Kebahagiaan adalah merupakan salah satu bentuk balasan terhadap perbuatan seorang manusia. Dia tak terhitung sempoa. Hitungan yang rasional andai semakin banyak semakin mungkin kebahagiaan tercapai. Semakin banyak berbuat baik, semakin mungkin kebahagiaan tercapai. Persoalannya, bagaimana bisa konsisten pada perbuatan baik?
Ada dua bentuk balasan perbuatan, yaitu : kebahagiaan dan bukan kebahagiaan (tidak bahagia). Karena ada dua bentuk balasan, maka tidaklah berlebihan kebahagiaan menuntut perbuatan tertentu,yaitu: perbuatan baik. Perbuatan tidak baik balasannya berupa ketidak bahagiaan. Baik perbuatan baik maupun perbuatan tidak baik adalah perbuatan yang karenanya jelas ada dalam satu titik. Titik yang berpotensi menjadi awal dua garis berbeda di dalam satu titik juga. Ini berarti, seseorang suatu ketika dapat berbuat baik dan di lain ketika berbuat tidak baik. Sehingga konsistensi perbuatan baik, disini, tidak berarti bersih sama sekali tanpa noda melainkan seperti baik tidak baik kembali baik, tidak baik menjadi baik. Pendek kata baik-baik.
Emh ehm..ehm siapa sih yang ndak mau bahagia? kebahagiaan menuntut perbuatan baik. Perbuatan yang tak hendak membuat seseorang menangis bersedih. Demikianlah kata vokalis wali berdendang.
Terima kasih wali, memang, baik-baik itulah yang sesuai dengan seorang manusia. Ini berarti jika sebaliknya adalah tentu bukan manusia. Manusia bukan Ridwan yang dari cahaya, juga bukan dari api yang selalu membara. Membara mengejar kebahagiaan yang berkesempatan tak tercapai dalam keberadaannya.
Sebagai kesempatan, setiap kejadian dalam hidup senantiasa mempunyai sisi positif. Sebagai kesempatan sisi negatif pun dapat digenggam dan dipandang materi atau bahan ajar. Persediaan atau imunisasi daripada keberhasilan konsistensi perbuatan baik. Artinya, daya tarik garis perbuatan tidak aik relatif lemah dan berdurasi domisili yang singkat. Kat ..singkatnya dengan menyadari dan memegang kuat hidup itu kesempatan konsistensi perbuatan baik dapat direalisasikan dan demi kebahagiaan.
sumber: organisasi dot org
Ada dua bentuk balasan perbuatan, yaitu : kebahagiaan dan bukan kebahagiaan (tidak bahagia). Karena ada dua bentuk balasan, maka tidaklah berlebihan kebahagiaan menuntut perbuatan tertentu,yaitu: perbuatan baik. Perbuatan tidak baik balasannya berupa ketidak bahagiaan. Baik perbuatan baik maupun perbuatan tidak baik adalah perbuatan yang karenanya jelas ada dalam satu titik. Titik yang berpotensi menjadi awal dua garis berbeda di dalam satu titik juga. Ini berarti, seseorang suatu ketika dapat berbuat baik dan di lain ketika berbuat tidak baik. Sehingga konsistensi perbuatan baik, disini, tidak berarti bersih sama sekali tanpa noda melainkan seperti baik tidak baik kembali baik, tidak baik menjadi baik. Pendek kata baik-baik.
Emh ehm..ehm siapa sih yang ndak mau bahagia? kebahagiaan menuntut perbuatan baik. Perbuatan yang tak hendak membuat seseorang menangis bersedih. Demikianlah kata vokalis wali berdendang.
Terima kasih wali, memang, baik-baik itulah yang sesuai dengan seorang manusia. Ini berarti jika sebaliknya adalah tentu bukan manusia. Manusia bukan Ridwan yang dari cahaya, juga bukan dari api yang selalu membara. Membara mengejar kebahagiaan yang berkesempatan tak tercapai dalam keberadaannya.
Sebagai kesempatan, setiap kejadian dalam hidup senantiasa mempunyai sisi positif. Sebagai kesempatan sisi negatif pun dapat digenggam dan dipandang materi atau bahan ajar. Persediaan atau imunisasi daripada keberhasilan konsistensi perbuatan baik. Artinya, daya tarik garis perbuatan tidak aik relatif lemah dan berdurasi domisili yang singkat. Kat ..singkatnya dengan menyadari dan memegang kuat hidup itu kesempatan konsistensi perbuatan baik dapat direalisasikan dan demi kebahagiaan.
sumber: organisasi dot org
No comments :
Post a Comment