TEMPO Interaktif, Oregon - Para pria yang selalu stres berat dalam hidupnya, minimal dua kali setahun, mempunyai peluang 50 persen untuk meninggal lebih cepat dibandingkan rekan-rekan seusianya. Hasil studi terbaru itu juga mengungkapkan hanya ada tiga hal yang membantu menurunkan tingkat stres kronis. Yaitu kesehatan yang baik, pernikahan, dan sesekali minum.
"Menjadi seorang peminum alkohol dan perokok berisiko terhadap kematian," ujar Carolyn Aldwin, profesor di bidang pengembangan manusia dan ilmu keluarga di Oregon State University, yang terlibat dalam penelitian ini. "Karena itu, menekan stres Anda ke tingkat yang paling rendah, menikah, dan sesekali minum anggur adalah rahasia untuk hidup panjang."
Para ilmuwan meneliti pola stres selama lebih dari 18 tahun, mulai 1985 hingga 2003. Mereka juga mendokumentasikan stres yang terkait dengan kelompok usia yang lebih tua, seperti orang-orang yang kehilangan pasangan atau berhadapan dengan orang tua berusia lanjut.
"Kebanyakan penelitian melihat tipe stres yang terjadi pada orang-orang muda seperti yang baru lulus kuliah, kehilangan pekerjaan, atau mempunyai anak pertama," ujar Aldwin. "Saya memodifikasi pengukuran stres untuk melihat berbagai jenis stres yang kita tahu dampaknya bertambah seiring bertambahnya usia. Dan kami terkejut melihat kaitan stres dengan tingkat kematian."
Hasil riset yang dipublikasikan secara online di Journal of Aging Research dan dikutip oleh Health Day pada Jumat lalu, menyurvei hampir seribu pria sehat dari kelas menengah dan kelas pekerja yang terdaftar pada Boston VA Normative Aging Study pada 1960-an.
Para pria yang hanya mengalami stres kecil setiap tahun selama hidupnya tetap dalam kondisi stres yang rendah. Sedangkan mereka yang ada di grup moderat mengalami tiga kali kejadian stres berat dan mereka yang mengalami stres berat enam kali setiap tahun dimasukkan dalam kategori tingkat tinggi. Hasil riset menemukan bahwa risiko kematian pada pria di grup moderat sama dengan mereka yang berada dalam grup stres tingkat tinggi.
"Tampaknya ada batas untuk stres dan maksimal adalah dua kali setahun," ujar Aldwin dalam siaran pers. "Kami juga terkejut dengan fakta bahwa efek dari stres ternyata tidak linear serta grup moderat mempunyai risiko yang sama dengan grup tingkat tinggi."
"Manusia memang kuat dan mereka bisa mengatasi stres berat setiap kali itu terjadi setiap tahun," ujar Aldwin. "Tetapi riset kami menunjukkan bahwa dalam jangka panjang, bahkan stres moderat bisa berefek mematikan."
ARBA'IYAH SATRIANI
No comments :
Post a Comment