TEMPO Interaktif - Labu rempah-rempah beraroma dan penyegar udara beraroma pinus bagi sebagian orang bisa membangkitkan rasa nyaman seperti sedang berlibur. Sedangkan bagi sebagian yang lain, aroma tersebut justru menjadi pemicu terjadinya alergi--hidung meler, gatal dan bersin-bersin--hingga serangan asma.
Pakar alergi mengatakan bahwa seiring meningkatnya popularitas produk-produk beraroma, komplain mengenai dampak produk tersebut juga meningkat di kalangan masyarakat.
"Kami melihat semakin banyak pasien dengan masalah tersebut," kata Dr. Stanley Fineman, Presiden terpilih the American College Allergy, Asthma, and Immunology (ACAAI).
"Saya sering bertemu pasien yang berkata, 'Saya pergi ke rumah seseorang yang mempunyai penyegar udara dan tidak bisa bertahan di sana. Saya mengalami gangguan hidung, bersin dan batuk'. Tidak ada tes alergi kulit untuk penyegar udara, tetapi orang bisa saja mengalami respon psikologis terhadap indikasi tersebut."
Fineman yang juga pakar alergi dari Atlanta Allergy & Asthman Clinic di Georgia, mempresentasikan risiko dari penyegar udara dan liliin beraroma dalam pertemuan ACAAI di Boston pada Minggu, 6 November 2011. Ia mengungkapkan hasil penelitiannya yang dilakukan pada 2009 dan dipublikasikan di Journal of Environmental Health yang menemukan jumlah signifikan orang Amerika yang terpengaruh oleh polusi udara dari produk-produk tersebut setiap hari.
Sekitar 11 persen dari 2 ribu orang dewasa yang disurvei dilaporkan hipersensitif terhadap produk-produk umum binatu. Sekitar 31 persen dilaporkan mengalami "reaksi balik" terhadap produk-produk beraroma yang dikenakan orang lain dan sekitar 19 persen dikatakan mengalami gangguan pernapasan, sakit kepala, dan masalah kesehatan lainnya ketika terekspos penyegar udara. Angka ini lebih tinggi pada mereka yang menderita penyakit asma.
"Lilin beraroma dan penyegar udara mengandung senyawa organik yang mudah menguap, yang merupakan bahan kimia yang membentuk gas atau uap pada suhu kamar," ujar Fineman.
Senyawa organik yang terkandung dalam penyegar udara itu biasanya mengandung formaldehida, minyak sulingan, limonene, alkohol dan ester. Tingginya konsentrasi senyawa organik tersebut bisa menyebabkan gangguan pada mata dan pernapasan yang mengakibatkan iritasi, sakit kepala, pusing, bahkan gangguan ingatan.
Dr. J. Allen Meadows, pakar alergi dari Montgomery Alabama, mengatakan beberapa pasiennya mengaku harus "berperang" dengan minyak beraroma yang disemprotkan atau deodoran yang dipasang di tempat kerja. Seorang rekan kerja akan menyalakan atau memasangnya dan yang berada terdekat dengannya akan mulai bersin dan batuk. Sementara karyawan yang suka aroma tersebut berpikir bahwa mereka yang komplain itu adalah "menyebalkan."
HEALTH DAY I ARBA'IYAH SATRIANI
No comments :
Post a Comment