Konsep Dasar Model Adaptasi Roy

Model Roy memfokuskan pada konsep adaptasi manusia (person), keperawatan, sehat, lingkungan dan aktivitas keperawatan yang semuanya saling berhubungan satu sama lain. Lima (5) elemen utama Roy Adaptation Model. (Dikutip Haryanto J, 2001; hal. 47)
2.1.1 Person
Penerima asuhan keperawatan bisa seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat. Masing-masing dilihat sebagaii Holistic adaptive System. Sistem adaptasi ini merupakan gabungan antara adaptasi dan sistem. Roy memandang seseorang secara menyeluruh (holistik) yang merupakan suatu kesatuan. Salah satu ciri sistem adalah keterbukaan. Dunn, seorang tokoh dalam teori sistem mengatakan bahwa unit terkecil dari kehidupan adalah sel. Sel adalah sistem terbuka, dari luar sel mendapatkan zat-zat yang dibutuhkan sel untuk hidup sedangkan dari dalam ia harus memelihara kehidupan molekul atau organ-organ selnya. Interaksi yang konstan antara person dengan lingkungan akan dapat mengakibatkan perubahan baik internal naupun eksternal. Dalam menghadapi perubahan ini manusia harus memelihara integritas dirinya dan ia selalu beradaptasi sehingga manusia (person) dianggap sebagaii "holistic adaptive system" yaitu sistem yang selalu beradaptasi secara menyeluruh.
Mengaplikasikan individu sebagaii sistem yang holistik, masing-masing aspek dari individu membentuk unfied being. Sebagaii living system seseorang secara konstan berinteraksi dengan lingkungan, sehingga antara sistem dan lingkungan terjadi pertukaran informasi, materi dan energi yang akan dapat menimbulkan respon. Ini merupakan pengaruh dari keterbukaan sistem.
Sistem adaptasi mendapatkan input dan menimbulkan output. Roy mengidentifikasi input sebagaii stimulus. Stimulus merupakan suatu kesatuan informasi, bahan-bahan atau hal-hal atau energi dari lingkungan atau dari dalam diri seseorang itu sendiri yang dapat menimbulkan respon. Tingkat adaptasi seseorang tergantung dari stimulus yang diterima dan yang masih dapat di adaptasi secara biasa. Rentang respon ini adalah unik untuk setiap person. Setiap tingkat adaptasi setiap person selalu berubah-ubah, karena dipengaruhi oleh mekanisme koping (upaya penanganan) person tersebut.
Roy mengidentifikasi Output sebagaii prilaku. Prilaku yang terlihat dapat secara eksternal maupun internal. Hal ini dapat diobservasi, di ukur atau secara subyektif melalui wawancara sebagaii yang dilaporkan person. Prilaku ini merupakan umpan balik untuk sistem. Roy mengkategorikan output sistem sebagaii respon yang adaptif atau respon yang mal adaptif. Respon adaptif dapat meningkatkan integritas person.
Integritas person secara keseluruhan dapat terlihat bila person tersebut mampu untuk melaksanakan tujuan yang berkenan dengan kelangsungan hidup (Survival), perkembangan (Growth), reproduksi dan keunggulan (Mastery), sedangkan respon yang tidak effektif (Mal-adaptive) tidak mendukung terciptanya : kelangsungan hidup (Survival), perkembangan (Growth), reproduksi dan keunggulan (Mastery).
Roy telah menggunakan bentuk mekanisme koping untuk menjelaskan proses kontrol person sebagaii adaptive system. Beberapa mekanisme koping diwariskan atau genetik, seperti sel darah putih, sebagaii sistem pertahanan tubuh terhadap mikroorganisme asing. Mekanisme yang lain yang dipelajari seperti penggunaan antiseptik untuk membersihkan luka. Roy memperkenalkan konsep ilmu keperawatan yang unik yaitu mekanisme kontrol.
Mekanisme kontrol ini disebut "Regulator" dan "Cognator" Roy adaptation model's menganggap mekanisme koping regulator dan cognator adalah subsistem.
Person, An Adaptation System
INPUT PROSES EFEKTOR OUTPUT


Keterangan :
An adaptive System, ada input (dalam / luar) yang merupakan rangsangan (info, matter, energy) dan timbul respon sejalan dengan rangsangan itu level adaptasi seseorang bertindak sebagaii adaptive system.
Level Adaptasi : merupakan rentang dari stimuli dimana seseorang dapat merespon secara adaptive dengan usaha yang biasa (ordinary).
Rentang respon ini unik bagi individu dan dipengaruhi oleh mekanisme koping individu.
Output, dari person sebagai sistem adalah perilaku.
Regulator sebagai subsistem mempunyai komponen-komponen seperti : Input, proses internal dan output. Transmiter regulator sistem adalah chemical, neural atau endocrine. Automatic refleks adalah respon neural dalam brain stem dan spinal cord yang diteruskan sebagai perilaku dari regulator subsistem. Banyak proses fisiologis yang dapat dinilai sebagai prilaku regulator subsistem.
Misal : Bila tubuh terdapat peningkatan terhadap kadar CO2 maka chemoreseptor di medulla oblongata akan terangsang untuk meningkatkan frekuensi sehingga hasilnya terjadi peningkatan ventilasi 6 sampai 7 kali.
Cognator subsistem, Stimulus untuk subsistem bisa eksternal maupun internal. Sedangkan output yang dihasilkan berupa prilaku. Kognator kontrol proses berhubungan dengan fungsi otak dalam memproses informasi, penilaian dan emosi. Persepsi atau proses informasi berhubungan dengan proses internal dalam memilih atensi, mencatat dan memori.



Neural Spinal Cord Brain Respon
Stem Refleks Efektor refleks
Otonom otomatis
STIMULI
INTERNAL
Chemical


Intact ë jalan ke 8 ë Respon Respon
Circulation dari CNS ë Kelenjar ë Output ë organ
ë Respon endokrin hormon target
Tubuh
Jaringan
Chemical


STIMULI Respon
EKSTERNAL Persepsi ë Memori ë organ
Pendek target ë
Efektor
jaringan
Neural

Memori
Panjang


Belajar berkolerasi dengan proses imitasi, reeforcement (penguatan) dan insight (pengertian yang mendalam). Pemecahan masalah dan pengambilan keputusan adalah proses internal yang berhubungan dengan penilaian atau analisa. Emosi adalah proses pertahanan untuk mencari keringanan, mempergunakan penilaian dan kasih sayang.


STIMULI
INTERNAL

ëRespon ë Effektor


STIMULI
EKSTERNAL

Gambar : Cognator subsistem menurut Roy's Model
Untuk menggambarkan proses internal seseorang sebagaii sistem adaptif, lebih lanjut Roy mengemukakan sistem efektor yang merupakan adaptive modes yang terdiri dari empat aspek, yaitu :
Fungsi fisiologi
Konsep diri
Fungsi Peran
Interdependence
Mekanisme regulator dan cognator berfungsi dalam keempat model diatas. Manifestasi tingkat adaptasi seseorang mencerminkan penggunaan mekanisme koping. Perawat mempunyai tugas mengobservasi dan identifikasi perilaku seseorang sebagaii responnya (adaptive/ineffective) dalam situasi sehat-sakit.
Fungsi Fisiologi
Oksigenasi, menjelaskan penggunaan O2 sehubungan dengan respirasi dan sirkulasi.
Nutrisi, berkaitan dengan zat gizi.
Eliminasi, menjelaskan pola-pola latihan / kerja.
Indera perasa, menjelaskan fungsi sensori-persepsual.
Cairan dan elektrolit, menjelaskan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh.
Fungsi neurologis, menjelaskan pola neural kontrol dan pengaturan intelektual.
Fungsi endokrin, menjelaskan pola pengaturan respon stress dan sistem reproduksi.
Konsep Diri
Mengenal pola-pola nilai keyakinan, emosi yang berhubungan dengan gambaran diri mengenai :
Physical Self
Personal Self
Moral – Ethical Self
Fungsi Peran
Mengenai pola interaksi sosial seseorang dalam hubungannya dengan orang lain
yang dicerminkan oleh peran primer, sekunder dan tersier.

Interdependence
Nilai-nilai manusiawi yang terjadi pada proses hubungan interpersonal yang berupa kasih sayang, cinta dan ketegasan.
Keempat adaptive model ini mencoba menjawab kepada, "bagaimana seseorang beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi".
2.1.2 Keperawatan
Keperawatan bertujuan untuk membantu individu dalam usaha adaptasi dengan menata lingkungan, sehingga dapat tercapai tingkat kesehatan yang maksimal. Sebagaii sistem yang terbuka, individu menerima input atau stimulus baik dari lingkungan maupun diri sendiri. Tujuan keperawatan adalah membantu manusia (individu) untuk meningkatkan kemampuan beradaptasi terhadap kebutuhan fisik, konsep diri, fungsi peran dan interdependensi, serta hubungan saling ketergantungan selama sehat dan sakit (Ann Marriner, 1986, hal 301).
2.1.3 Lingkungan
Lingkungan adalah seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok. Lingkungan adalah input kedalam diri seseorang sebagai sistem adaptasi yang melibatkan baik faktor internal maupun eksternal (Ann Marriner, 1986, hal 301).
Dengan demikian perubahan lingkungan menuntut peningkatan penggunaan energi untuk dapat beradaptasi. Faktor-faktor dalam lingkungan yang mempengaruhi seseorang dikategorikan sebagaii stimulus fokal, konseptual dan residual.

2.1.4 Kesehatan
Kesehatan dan penyakit tidak dapat dielakkan dari pengalaman total kehidupan seseorang (Ann Marriner, 1986, hal 301).
Kesehatan terjadi ketika manusia secara kontinyu beradaptasi terhadap stimulus, sehingga mereka bebas merespons stimulus yang lainnya. Pembebasan energi dari usaha-usaha penanggulangan yang tidak efektif dapat meningkatkan kesembuhan dan kesehatan.
Aktivitas Keperawatan
Suatu tindakan keperawatan untuk memanipulasi rangsangan fokal, contextual dan residual terhadap seseorang. Perawat mengantisipasi potensial inefektif respon terhadap rangsangan tertentu yang terjadi pada situasi tertentu atau menyiapkan seseorang untuk mengantisipasi perubahan dan memperkuat mekanisme koping.

No comments :

KOTAK PENCARIAN:

ARTIKEL YANG BERHUBUNGAN:

=====
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...