Digalakkan Lagi, Pemberian
Makanan Tambahan Anak Sekolah
Makanan Tambahan Anak Sekolah
JAKARTA (Suara Karya): Pemerintah kembali menggalakkan program pemberian makanan tambahan anak sekolah (PMTAS) dengan alokasi dana hingga Rp 225 miliar. Program yang menjangkau 1,2 juta anak Taman Kanak-Kanak (TK) dan sekolah dasar (SD) itu diharapkan dapat meningkatkan status gizi dan kecerdasan anak. "Banyak anak pergi ke sekolah dengan perut kosong. Akibatnya anak tidak belajar dengan optimal," kata Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas), Muhammad Nuh saat pencanangan program PMTAS di SD Negeri 3 Jayasari Kecamatan Cimarga dan SD Negeri 1 Muara Dua, Kecamatan Cikulur, Kabupaten Lebak, Banten, Selasa (21/9). Pilihan pada kabupaten Lebak, Banten, karena daerah itu memiliki angka partisipasi murni (APM) SD yang cukup rendah sekitar 95 persen. Padahal daerah lain di lingkungan provinsi lain di Banten, APM SD sudah mencapai lebih dari 100 persen. "Diharapkan APM SD di Lebak sudah lebih dari 100 persen pada tahun 2015," kata M Nuh yang dibenarkan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Banten, Eko E Koswara. Nuh mengatakan, anak TK dan SD harus mengonsumsi makanan yang bergizi tinggi dan berimbang karena mempengaruhi kesehatan dan kemampuan anak dalam menyerap mata pelajaran yang diajarkan di sekolah. "Makanan tambahan ini juga untuk mencegah siswa terkena gizi buruk. Penderita gizi buruk dapat memicu tingginya tingkat putus sekolah karena ketidaknyamanan belajar dan ketahanan fisik anak," tutur M Nuh. Apalagi, lanjut Mendiknas, tahapan usia TK dan SD merupakan "golden age" atau usia keemasan sehingga perlu mendapat asupan gizi yang baik. "Jika anak belajar tidak mendapatkan asupan gizi yang baik, tentu sangat berdampak terhadap anak sendiri seperti sering mengantuk dan kehilangan konsentrasi belajar," katanya. Ditambahkan, Kemdiknas mengalokasikan dana Rp 228 miliar untuk program PMTAS hingga tahun 2011. Dananya langsung ditransfer ke rekening sekolah masing-masing. Dana yang diberikan untuk setiap siswa sebesar Rp 2.250/orang untuk kawasan Indonesia barat dan Rp 2.600/orang untuk kawasan Indonesia timur. "Saya harapkan program ini dapat terus berlanjut, karena manfaatnya yang baru terlihat setelah 6-10 tahun," kata M Nuh. Ia menjelaskan, penyediaan makanan tambahan akan diberikan dalam bentuk makanan ringan dua sampai tiga kali seminggu selama satu semester 2010. Adapun, penyediaan jenis makanan diserahkan ke masing-masing sekolah. Namun demikian, ditegaskan Mendiknas, pemberian makanan tambahan tersebut harus memenuhi kriteria gizi dan mengandung 10-20 persen dari kebutuhan kalori dan protein siswa, mengandung energi 300 kilo kalori dan 5 gram protein. Pemberian makanan tambahan harus berbasis lokal, selain menghidupkan perekonomian daerah sendiri juga mempertahankan jenis makanan khas daerah seperti makanan tiwul, getuk dan lontong. Selain itu juga makanan bervariatif dengan mengandung karbohidrat dan protein. "Dengan makanan tambahan ini diharapkan menjadikan generasi yang berkualitas," kata Mendiknas menandaskan. (Tri Wahyuni)
Sumber: http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=262310
No comments :
Post a Comment