TEMPO Interaktif, Bandung - Jumlah psikiater di Indonesia masih sangat kurang. Saat ini jumlahnya baru 600 dokter, padahal kebutuhan idealnya mencapai 8.000 orang.
Menurut Kepala Subdit Bina Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan, Suyatmi, di Bandung, idealnya di antara 30 ribu orang dalam suatu populasi terdapat seorang psikiater. "Saat ini rata-rata satu psikiater menangani 240 ribu orang," ujarnya di Bandung, Jumat, 9 September 2011.
Untuk menambah kekurangan itu, Kementerian Kesehatan kini telah membuka 8 pusat pendidikan yang mencetak tenaga psikiater. Selain itu, dokter-dokter Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) dilatih psikiater rumah sakit pusat daerah untuk mendeteksi secara dini kesehatan jiwa masyarakat. Kebutuhan tenaga medis itu untuk menangani masalah gangguan jiwa di Indonesia.
Saat ini diperkirakan lebih dari 19 juta orang Indonesia yang berusia 15 tahun ke atas mengalami gangguan emosional, seperti cemas dan depresi. Gangguan itu paling banyak dialami warga Jawa Barat. Jumlahnya mencapai 20 persen.
Depresi menjadi faktor penyebab terbanyak kasus bunuh diri. Khusus di kalangan anak-anak, angka kasus tersebut paling banyak terjadi di daerah Gunung Kidul, juga Bali. "Umumnya disebabkan oleh kemiskinan," kata Suyatmi. Adapun gangguan jiwa berat sekurangnya mencapai satu juta warga berdasarkan riset kesehatan dasar 2007.
Menurut Albert Maramis, dokter spesialis kesehatan jiwa dari WHO Indonesia, masyarakat masih kurang memahami gejala gangguan jiwa, seperti depresi, cemas, hingga gangguan neurotik. Di sisi lain, upaya pemerintah juga belum banyak untuk menyehatkan jiwa warganya. "Kesenjangan pengobatan gangguan jiwa di Indonesia masih lebih dari 90 persen," ujarnya.
WHO mencatat sekitar 450 juta orang di seluruh dunia mengalami gangguan jiwa. Kasus terbanyak 150 juta orang karena depresi, 90 juta orang dengan gangguan penggunaan alkohol, obat-obatan, dan narkotika. Albert mengatakan pemerintah belum punya sarana pemulihan untuk menanggulangi pasien ketergantungan alkohol. "Anggaran kesehatan jiwa di kementerian cuma 1 persen," katanya. WHO di antaranya merekomendasikan penghapusan kemiskinan dan angka kematian ibu serta bayi untuk mencegah bertambahnya pasien jiwa.
ANWAR SISWADI
No comments :
Post a Comment