Minggu, 04 Desember 2011 | 15:08 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Kaki kanan Anwar, 29 tahun, mendadak nyeri. Semua sendi kakinya nyeri dan ibu jari kakinya tak bisa digerakkan. "Saya jalan terpincang-pincang seperti orang keseleo," kata Anwar. "Seperti ada kerikil tajam di sendi," karyawan sebuah perusahaan swasta di Mampang, Jakarta Selatan, ini menambahkan.
Sudah dua tahun belakangan ini nyeri di persendian itu berkali-kali kambuh. Anwar tak tahu pasti penyebab sakit itu. Tapi suatu hari, setelah menyantap nasi goreng seafood, sakit itu menyerang lagi. Sendi kaki membengkak berwarna merah kehitaman. Setelah dicek ke dokter, ternyata kadar asam urat dalam darahnya tinggi.
Menurut dokter, pola makan yang buruk dan kurang berolahraga menjadi penyebab Anwar terkena penyakit yang disebut gout ini. Ia diminta menghindari menu makanan berupa jeroan, makanan laut, dan kacang-kacangan. Makanan tersebut banyak mengandung zat purin. Asam urat adalah sisa metabolisme purin. Normalnya, asam urat ini akan keluar bersama feses dan urine. Tapi masuknya zat purin yang berlebihan dan lemahnya kinerja ginjal dalam menyaring zat tersebut membuat gout menyerang.
Menurut dokter spesialis rematologi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, Harry Isbagio, di dalam tubuh, asam urat beredar bersama darah dalam bentuk asam monosodium urat. Tapi saat masuk ke sendi, asam ini mengendap dan akhirnya mengkristal. "Kalau dilihat dengan mikroskop, ujung kristalnya setajam jarum," katanya. Kristal yang "menusuk" sendi itulah yang menimbulkan peradangan sendi. "Saking nyerinya tak tertahankan, gout disebut sebagai rajanya penimbul rasa nyeri," Harry menjelaskan.
Yang berpotensi terkena gout adalah mereka yang orang tuanya juga menderita penyakit ini. Lalu, orang yang berusia 40 tahun ke atas. "Orang usia itu biasanya sudah mapan sehingga makan berlebihan dan sesuka hati karena punya banyak uang. Padahal semakin tua, kemampuan ginjal menyaring purin semakin menurun," ujar Harry.
Tapi belakangan ini, usia pasien gout yang datang ke klinik dokter Harry makin muda. Ini mencemaskan. Menurut Harry, itu disebabkan oleh gaya hidup masyarakat urban yang kurang pandai memilah makanan yang sehat.
Lantas mulai usia berapa gout mengintai? "Asam urat mulai menyerang lelaki ketika mulai suka perempuan dan menyerang perempuan ketika sudah tak suka lelaki," kata Harry mengulangi candaan seputar penyakit ini.
Kadar asam urat dalam tubuh lelaki cenderung meningkat saat memasuki usia remaja. Karena itu, gout lebih banyak menyerang pria. Sementara itu, pada perempuan justru menurun setelah haid pertama dan baru kembali naik setelah masuk masa menopause.
Harry menyarankan agar dilakukan pemeriksaan rutin paling tidak sekali dalam setahun. Jika kadar asam urat mencapai 8,5 miligram per desiliter, itu sudah mendesak untuk diobati. "Meskipun belum ada gejala sakit, jika angkanya sudah setinggi itu, ya harus cepat diturunkan," ujar guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini.
Jika kadar asam urat dalam darah dibiarkan tinggi, akan berpotensi menimbulkan hipertensi dan gangguan pada ginjal. Yang terberat adalah terjadi gagal ginjal. Namun Harry mewanti-wanti agar tak buru-buru menilai nyeri pada sendi sebagai asam urat. Menurut penelitian, hanya 7 persen radang sendi yang disebabkan oleh asam urat.
Tapi jika benar-benar terserang asam urat, pertolongan pertama adalah menghentikan aktivitas dan minum obat penghilang rasa sakit. Dokter biasanya menyarankan agar memperbaiki pilihan makanan. Jika itu tak membantu, barulah diberi obat. "Sebaiknya ditangani sampai tuntas, karena semakin tua usia, frekuensi kambuh akan semakin sering."
Asam urat memang tidak mematikan, tapi sangat merugikan kaum urban karena terpaksa harus berhenti beraktivitas. "Karena itu, penderitanya harus sadar sendiri dan disiplin memilih makanan sehat," kata Harry.
l OKTAMANDJAYA WIGUNA
No comments :
Post a Comment