TEMPO Interaktif, Leni, perempuan berusia 30-an tahun, awalnya tak menganggap serius sakit pinggang yang sering dialaminya. Pertama kali terserang ia malah sama sekali tak menghiraukannya. "Saya pikir, paling keseleo. Nanti diurut juga hilang," kata karyawan swasta di Jakarta itu.
Hingga suatu kali ia terpaksa kerja lembur di kantornya. Saat mencoba membantu sedikit mengangkat beberapa barang, tiba-tiba Leni tersentak. Ia merasakan rasa sangat sakit, yang membuatnya sampai tak bisa bergerak hingga beberapa hari kemudian. "Rasa sakit masih bisa tertahankan dalam posisi duduk. Tapi untuk berjalan lima menit saja tidak sanggup."
Leni sempat mencoba pengobatan alternatif hingga 10 kali pertemuan. "Bukannya sembuh, saya malah merasa kesemutan dari ujung kaki hingga bokong." Lalu Leni bertemu dengan Dr Muki Partono, SpOT, ahli bedah tulang dari Rumah Sakit Puri Indah, Jakarta, di dunia maya. Lewat konsultasi via Internet dilanjutkan dengan pertemuan di tempat Dr Muki bertugas, Leni mendapat kepastian. Dia didiagnosis mengalami HNP, atau herniated nucleus pulposus.
HNP adalah salah satu jenis nyeri pinggang karena nukleus pulposus atau bantalan lunak yang terdapat di antara ruas tulang belakang mengalami tekanan dan pecah. Luruhnya nukleus pulposus ini dalam beberapa kasus, seperti yang dialami Leni, menyebabkan penyempitan dan menekan urat-urat saraf yang melalui tulang belakang. Inilah sebenarnya sumber rasa nyeri itu. HNP biasanya ditandai dengan rasa kesemutan, atau baal.
Sebenarnya ini kondisi yang mudah ditemui. Pria dan wanita memiliki risiko yang sama dalam mengalami HNP, terutama di kelompok usia produktif, yakni 30-50 tahun. "Saya sendiri pernah menangani pasien yang berusia 23 tahun," kata Dr Muki. Tapi efek HNP lumayan berat karena akan mengurangi mobilitas dan produktivitas pengidapnya.
Dulu HNP memang sering diatasi dengan operasi besar dengan sayatan yang besar pula. Dengan teknik micro-discectomy per endoscopy (MDE), yang diperkenalkan oleh salah satu guru Dr Muki, yaitu Dr John Destandeu dari Universitas Bordeaux di Prancis, operasi besar itu tak diperlukan lagi.
Dengan dipandu kamera endoskopi, dokter akan memasukkan semacam capit yang digunakan untuk mengambil bagian nukleus pulposus yang pecah sedikit demi sedikit hingga tak ada lagi bagian yang menekan saraf.
Leni memilih teknik yang lebih sedikit membutuhkan sayatan ini, lebih cepat proses pembedahan dan lebih singkat pula masa perawatannya. Hanya butuh waktu satu hari penanganan HNP dengan teknik MDE itu.
HNP memang hanya satu dari banyak jenis penyebab nyeri pinggang. "Nyeri pinggang jangan dianggap sepele karena, jika dibiarkan, bisa mengakibatkan pembengkokan tulang belakang," kata Dr Muki. Ia mengingatkan, diagnosis yang ditegakkan harus benar-benar jernih sebelum mengambil tindakan medis. "Karena kalau tidak hati-hati bisa over atau under correction."
Penyebab sakit pinggang juga bermacam-macam. Sebuah penelitian di Skandinavia menyebutkan bahwa orang yang merokok lebih dari sebungkus dalam sehari berisiko mengalami sakit pinggang kronis hingga 70 persen. Namun hubungan sebab-akibat dua hal ini belum terungkap.
Merokok cuma salah satu sebab yang diduga menjadi pemicu masalah sakit pinggang. Namun, selain merokok, ada sejumlah penyebab yang sudah dipastikan menjadi penyebab sakit pinggang, misalnya fraktur kompresi atau fraktur osteoporosis.
Ada lagi penyebab nyeri pinggang lain, misalnya tumor tulang. Tumor tulang ini bisa terjadi karena memang tumor berada di tulang, tapi bisa juga akibat metastasis atau penyebaran sel tumor dari tempat lain. Pada perempuan sering kali merupakan metastasis dari mamae atau tumor payudara, bisa pula dari tiroid. Sedangkan pada kelompok pria sering terjadi akibat metastasis dari tumor prostat. Penyebab lain dari nyeri pada pinggang adalah spinal stenosis atau penyempitan lubang saraf.
Nyeri pinggang terbagi atas nyeri pinggang yang akut dan kronik. Yang akut biasanya kurang dari enam minggu dan kebanyakan disebabkan oleh cedera saat olahraga, melakukan aktivitas sehari-hari, atau mengangkat benda yang berat. Sedangkan nyeri pinggang kronis berlangsung lebih dari dua bulan dan rasa nyerinya sering kali memberat seiring dengan berjalannya waktu.
Seperti teknik MDE, kemajuan teknologi kini mengizinkan penanganan penderita nyeri pinggang tak harus lewat operasi besar. Banyak cara bisa dilakukan, dari penggunaan obat-obatan antinyeri, fisioterapi, treatment fisik seperti manipulasi otot, sampai pemijatan. Bahkan dengan penggunaan korset khusus atau olahraga, seperti berenang, yoga, atau pilates.
UTAMI WIDOWATI
No comments :
Post a Comment