Ayah dan bayinya (Corbis)
VIVAnews - Dikaruniai seorang buah hati merupakan pengalaman yang sangat dinantikan setiap orang tua. Seorang pria yang menjadi ayah dan turut membesarkan anak akan mengalami penurunan hormon seksual terkait kejantanan mereka.
Para ilmuwan percaya menjadi seorang ayah akan menurunkan tingkat testosteron seiring dengan usaha mereka menjadi orang tua yang baik. Sebuah penelitian seperti dilansir laman Mirror mengungkap, semakin tinggi intensitas para ayah mengurus bayinya, kadar testosteron mereka akan semakin menurun.
Penelitian ini melibatkan 624 pria berusia 21-26 tahun di Filipina yang diukur tingkat testosteronnya. Para ilmuwan menemukan, bahwa pria yang belum menjadi ayah walau sudah menikah memiliki tingkat dorongan seksual yang sama dengan pria lajang. Namun pria yang mempunyai anak menunjukkan rata-rata penurunan testosteron sebesar 34 persen. Para ayah dengan bayi yang baru lahir memiliki kadar testosteron yang paling rendah daripada ayah dengan usia anak lebih dari setahun.
"Ini bukan berarti pria dengan testosteron yang rendah dapat menjadi ayah," kata seorang peneliti dari Universitas NorthWestern di Illinois, Lee Gettler. Ia mengatakan sebaliknya pria dengan testosteron yang tinggi lebih mendekati sebagai seorang ayah. Namun sekali mereka menjadi ayah, testosteron mereka akan menurun drastis.
Para ilmuwan percaya penurunan testosteron ini disebabkan para ayah tidak terlalu membutuhkannya untuk melakukan hubungan seksual. Studi juga menujukkan para ayah akan mengalami penurunan testosteron yang tajam, namun hanya bersifat sementara di tahun pertama kelahiran anak.
"Menjadi seorang ayah dan tuntutan mempunyai anak yang baru menguras banyak emosi, psikologi dan fisik para ayah," ungkap Gettler yang menjadi pemimpin studi. Ia juga menambahkan, biologis pria akan menyesuaikan untuk memenuhi tuntutan tersebut.
Studi juga menemukan dampak dari sifat pria yang mirip dengan spesies lainnya dimana para pejantan membantu dalam membesarkan anak mereka. "Manusia adalah jenis mamalia yang tidak biasa dimana bayi-bayi manusia bergantung pada orang tua mereka untuk memberi makan dan perlindungan pada mereka selama lebih dari 10 tahun," kata penulis karya ilmiah Profesor Christopher Kuzawa.
Studi diterbitkan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences. (Rudy Bun)
• VIVAnews
Belum ada komentar untuk ditampilkan pada artikel ini.
' ); $.ajax({ type: "POST", url: "/comment/load/", data: "valIndex=" + a + "&articleId=" + b + "&defaultValue=" + c, success: function(msg){ $("#loadkomen").html(msg); //$(".balasan").hide(); } }) }
No comments :
Post a Comment