Perajin batik kontemporer di sentra batik Cigadung, Bandung, Jawa Barat (24/12). Pengunjung dapat belajar membatik, mengetahui pengetahuan batik, manajemen menjadi pengusaha batik. TEMPO/Prima Mulia
TEMPO Interaktif, Bandung - Batik Jawa Barat kini sudah berkembang di 23 kota dan kabupaten. Ragam batiknya semarak karena tiap daerah punya corak sendiri sesuai kekhasan wilayahnya.
"Batik Jawa Barat punya banyak warna, dinamis, cerah, lebih centil," kata Ketua Yayasan Batik Jawa Barat Sendy Dede Yusuf, Ahad, 2 Oktober 2011.
Menurut Sendy, pada 2008 jumlah usaha batik hanya tersebar di 10 kota dan kabupaten di Jawa Barat. Kini jumlahnya berlipat menjadi 23 daerah. Uniknya, masing-masing perajin batik di setiap daerah punya corak motifnya sendiri.
Batik Kota Cimahi yang terhitung baru, misalnya, punya motif militer dengan bahan katun. Desainnya, kata Sendy, ada yang memasukkan bentuk granat dan tank. "Baru diluncurkan tapi sudah sukses," ujarnya.
Adapun perajin batik dari Kabupaten Bandung memakai motif daun singkong. Pilihan itu menyesuaikan masyarakat adat Cirendeu yang turun-temurun hingga kini tetap setia memakan singkong sebagai makanan utama pengganti beras.
Perajin batik di Bogor, memakai motif hujan gerimis, kujang, serta kijang. Sedangkan Sumedang mengandalkan motif bunga wijaya kusuma. Dari Kota Bandung, batik yang dihasilkan lebih kontemporer dengan motif geometris. Cirebon dengan mega mendung yang telah dikenal dunia internasional, dan batik Garut dengan warna gumading atau kekuning-kuningan.
Saat ini, berdasarkan hasil survey Yayasan Batik Jawa Barat, tercatat ada 300 pengusaha dengan 6.000 perajin batik di Jawa Barat. Batik Cirebon yang paling banyak produksinya, kini sudah diekspor ke Jepang dalam bentuk kimono, sejumlah negara Asia, dan Eropa seperti Belanda. "Ancaman sekarang masih dari tekstil batik dari Cina," ujarnya.
ANWAR SISWADI
No comments :
Post a Comment