KOMPAS.com - Brand kosmetik terkemuka dari Perancis, Lancome, untuk pertama kalinya mengontrak model muslim sebagai brand ambassador Lancome. Hanaa Ben Abdesslem, begitu nama model asal Tunisia berusia 22 tahun ini, tampil dalam kampanye untuk produk Teint Idole Ultra 24h Foundation.
Dipilihnya model asal Afrika Utara bukan sekadar kebetulan. Industri modeling saat ini memang giat berekspansi, mencari perempuan-perempuan muda dari seluruh dunia untuk menampilkan keberagaman budaya. "Warisan idealku di Ford (agensi modeling) akan terbuka terhadap segala bentuk kecantikan, tidak hanya yang klasik tetapi juga global. Aku ingin menemukan gadis-gadis di Mesir, Srilanka, atau India, pokoknya semua tempat dimana sebelumnya tidak dicari orang," papar Paul Rowland, kepala divisi perempuan di Ford, kepada harian New York Times.
Tampaknya, Lancome lah yang pertama mengambil langkah tersebut. Kebetulan, wajah Hanaa sendiri amat mirip dengan mantan model Lancome yang juga aktris Italia, Isabella Rossellini. "Luar biasa, betapa Hanaa mengingatkanku pada Isabella Rossellini. Kecantikannya yang universal dan sulit digambarkan menciptakan keunikan, kekuatan, dan daya tarik setiap perempuan Lancome," timpal Youcef Nabi, Presiden Lancome International.
Hanaa membuat debutnya di atas runway untuk peragaan busana Vivienne Westwood tahun lalu. Sejak itu ia melakukan pemotretan editorial untuk majalah Vogue terbitan Perancis, dan sudah melenggang untuk show Givenchy, Ralph Lauren, dan Oscar de la Renta. Meskipun tergolong model baru, Hanaa sudah mempunyai sikap dalam menjalani kariernya. Ia berniat mengubah persepsi masyarakat Tunisia mengenai industri modeling.
Hal ini berawal ketika ia bertemu seorang perempuan Arab, Sophie Galal, yang berbagi pandangan dan ide mengenai perubahan dan pemaparan tantangan yang sebenarnya dalam profesi modeling untuk dunia Arab. Galal kemudian menjadi manajer Hanaa, dan mengontrak gadis belia ini ke agensi modeling IMG.
"Mereka (orang Tunisia) memiliki pemahaman yang salah mengenai apa itu modeling. Modeling itu juga bisa menjadi pilihan karier. Aku berencana mengubah miskonsepsi ini dalam budayaku," katanya pada New York Magazine.
Meskipun begitu, Hanaa mengaku bangga dengan akar budayanya. Menurutnya, Tunisia negara yang kaya akan sejarah dan tradisi. Budayanya dipengaruhi dan dibentuk oleh suksesi peradaban Berber, Funisia, Roma, Arab Fatimiyah, dan Ottoman. "Aku tumbuh dikelilingi oleh semua pengaruh ini, dan aku bangga menjadi bagian dari budaya itu," ujarnya.
Sumber: The Daily Mail
No comments :
Post a Comment