Jum'at, 20 Januari 2012 | 17:15 WIB
TEMPO.CO, Massachusetts -- Pikiran dan pengalaman negatif bisa makin terasa menjengkelkan jika Anda cepat-cepat tidur karena ingin melupakan masalah tersebut. Akan lebih baik jika Anda mencerna masalah itu saat masih terjaga.
Begitulah hasil penelitian terbaru yang dilakukan tim peneliti University of Massachusett Amherst, Amerika Serikat, seperti dilansir The Huffington Post, Rabu, 18 Januari 2012 lalu. Temuan ini kontradiktif dengan hasil studi sebelumnya yang menyatakan bahwa tidur dan bermimpi bisa melupakan pengalaman sedih dan emosi
Studi ini melibatkan 106 anak muda sebagai partisipan. Mereka disodori serangkaian gambar yang mengesalkan, lalu tingkat respons emosi mereka diukur. Kemudian, setelah jeda 12 jam, para relawan itu diberi berbagai jenis gambar yang berbeda-beda dan diminta memberikan umpan balik.
Hasilnya, para ilmuwan menemukan bahwa mereka yang tidur di antara waktu melihat kedua set gambar tersebut bisa mengenali gambar-gambar lebih baik dan mengingatnya lebih kuat, sekaligus lebih mempertahankan perasaan negatifnya. Kondisi seperti itu tidak didapat pada partisipan yang hanya melihat rangkaian gambar itu sekali pada pagi hari, kemudian melihatnya sekali lagi di sore hari, tanpa ada jeda tidur di antara keduanya.
Selanjutnya, para peneliti memutuskan untuk melihat situasi ini dari perspektif evolusi. Menurut mereka, mempertahankan kenangan negatif adalah cara untuk mengajarkan otak agar menghindari pengalaman yang sama di kemudian hari.
"Kami menemukan bahwa jika Anda melihat sesuatu yang mengganggu, misalnya adegan kecelakaan, dan Anda melakukan kilas balik atau Anda diminta untuk melihat adegan yang sama beberapa waktu kemudian, respons emosi Anda akan berkurang," kata Dr. Rebecca Spencer, salah satu peneliti. Artinya, ia melanjutkan "Anda akan merasakan adegan itu berkurang menjengkelkannya ketika Anda terjaga ketimbang jika Anda tidur."
Menurut Spencer, studi ini mengungkapkan bahwa tidur dapat memelihara memori dan sensitivitas kita terhadap peristiwa tersebut. "Beberapa studi sebelumnya hanya meneliti memori itu sendiri, bukan meneliti perubahan reaktif emosional," kata dia, "Ketika memori itu diamati terhadap perubahan respons kita, ternyata mereka memiliki ukuran yang terbatas dan berbeda."
HUFFINGTON POST | ARBA'IYAH SATRIANI
No comments :
Post a Comment