Kamis, 09 Februari 2012 | 11:58 WIB
TEMPO.CO, Ohio - Seorang perempuan transgender yang menceritakan pengalaman luar biasanya tentang bagaimana dia menikah sebagai seorang pria kemudian mengubah jenis kelaminnya menjadi perempuan.
Chloe Prince, yang terlahir pria, sangat bahagia menikahi Renee selama delapan tahun. Dalam masa itu pasangan ini dikaruniai dua anak. Namun setelah itu Chloe mengalami reaksi penurunan tajam dalam hormon testosteronnya.
Kulitnya melembut dan ia berkembang menjadi lebih feminin. Sampai Ted menemukan dirinya lebih nyaman dengan tubuh barunya itu. Puncaknya, hal itu menginspirasikannya untuk menandatangani operasi perubahan ganti kelamin.
"Pasangan" asal Jackson, Ohio, itu pada 8 Februari 2012 waktu setempat tampil pada Anderson Cooper's Talk Show untuk mendiskusikan pengalaman mereka. Chloe, 40 tahun, menjelaskan bagaimana penurunan hormon testosteronnya merupakan kondisi genetik langka yang disebut sindrom Klinefelter, yakni seorang pria yang mengalami kelebihan kromosom X yang berarti lebih banyak unsur femininnya..
"Ini jelas terjadi pada kondisi transseksual saya," katanya. Ia menambahkan, "Hormon testosteron saya mulai turun karena payudara saya mulai berkembang, kulit melembut, berat badan saya berubah dan saya menyukai perubahan ini."
Dia mengakui saat masih kecil sangat nyaman mengenakan pakaian feminin. Namun saat itu ia bingung dengan perasaannya dan berharap bisa menjadi pria sepenuhnya seperti yang diinginkan orang tuanya. Ia berharap perasaan nyaman sebagai perempuan itu akan hilang.
Karena itu ia mulai berpikir bahwa ia pria sepenuhnya. "Saya merasa jika saya membangun sebuah kehidupan sebagai manusia, membeli sebuah sepeda motor, menikah, memiliki beberapa anak, perasaan ini meski saya tidak bisa menjelaskan, akan hilang (dengan sendirinya)," katanya.
"Sampai titik di mana saya mulai mendapatkan informasi yang saya butuhkan, saya hanya merasa ini semacam kebingungan dalam otak saya atau penyimpangan saya. Ini hanya godaan seksual."
Renee, 48, mengakui dia berjuang dengan keputusan suaminya untuk menjadi seorang wanita. Ia merasa malu saat pertama kalinya Chloe melangkah keluar mengenakan pakaian wanita.
Dia mempertimbangkan untuk mengakhiri pernikahan itu, tapi kemudian timbul gagasan untuk berdamai. "Saya bisa saja meninggalkan dia setiap saat. Tapi aku punya komitmen bersamanya dan yakin bisa tetap dalam komitmen itu."
Faktor anak-anaklah yang menjadi pertimbangan besar baginya untuk tetap bersama. "Dan juga cinta kami satu sama lain, sehingga membuat kami bersama-sama."
Namun mereka menekankan, meski tetap saling mencintai, pasangan ini tidak akan menggambarkan diri mereka sebagai pasangan lesbian karena tidak memiliki hubungan seksual.
Chloe menjelaskan: "Saya tertarik pada pria dan aku mengidentifikasi sebagai wanita heteroseksual. Dan ketika saya seorang laki-laki, saya adalah laki-laki heteroseksual."
Maka, mereka memutuskan tetap hidup bersama dan tinggal seatap.
DAILYMAIL| ISTIQOMATUL HAYATI
No comments :
Post a Comment