Rancangan Era Sukamto dan Tuty Cholid pada pagelaran IPMI Trend Show 2012 (VIVAnews/Febry Abdinnah)
VIVAnews - Kesan tradisional sangat kental saat menyaksikan rancangan Era Sukamto dan Tuty Cholid pada pagelaran IPMI Trend Show 2012 bertajuk 'Acceleration'.
Didukung Gubernur Sulawesi Selatan, Syahrul Yasin Limpo, keduanya menampilkan pakaian tradisional Makassar yang telah dimodifikasi menggunakan bahan-bahan kerajinan masyarakat lokal seperti kain tenun ikat, tenun ATBM, serta kain sutera Makassar.
Era Sukamto hadir dengan koleksi bertemakan 'Swargaloka'. Ia mencoba menerjemahkan kecantikan wanita yang hidup dalam keberagaman budaya dan memiliki hasrat untuk menemukan surga dalam dirinya. Ia mengawinkan budaya Jawa dan Bugis lewat perpaduan baju bodo dan kebaya, serta teknik lilit kerajaan Bugis dan Jawa.
"Pakaian etnis seperti kebaya saat ini sudah salah kaprah sehingga tidak kelihatan nilai-nilai tradisionalnya lagi. Saya sebagai desainer ingin mengembangkan kreativitas tanpa batas tapi juga tidak ingin merusak nilai-nilai dari etnisnya sendiri," ujarnya.
Desainer cantik ini menggabungkan budaya Jawa dan Bugis bukan tanpa sebab. Menurutnya, kedua budaya memiliki inner connection yang telah lama terlihat pada sejarah lewat politik beusan pada masa kerajaan.
"Dulu, wanita Makassar menggunakan kain dengan teknik dodotan sama seperti di Jawa. Inilah keterkaitannya. Tapi di Makassar dikempit, kalau di Jawa kain itu disampir," ia menambahkan.
Meski terinspirasi dari baju bodo Makassar, Era tidak terpancing menggunakan warna-warna berani yang mencolok. Ia justru menggunakan warna-warna yang lebih kalem. "Saya memang sengaja memilih warna yang lebih kalem karena tren warna di tahun 2012 akan lebih lembut," ujarnya.
Kolaborasi Bugis dan Jawa sangat terlihat pada baju pengantin yang dipamerkan. Model menggunakan dodotan berwarna merah marun yang dipadu dengan kain tenun Bugis dan batik Yogyakarta. Riasannya pun dipilih menggunakan paes ageng khas Keraton Yogyakarta.
Sementara Tuty Cholid hadir dengan perpaduan budaya yang lebih mengakar. Rancangannya bertemakan 'Baine Gammara', yang dalam bahasa Sulawesi Selatan berarti wanita cantik. Mengolaborasikan budaya Bugis, Cina dan India.
Tuty menggunakan berbagai macam tenun dari Sulawesi Selatan seperti tenun ikat, tenun sungkit, dan tenun ATBM. Ia pun mengangkat warna-warna berani khas Makassar menjadi tren warna 2012. "Saya ingin menjadikan baju bodo dan sarung khas Makassar sebagai tren global," tuturnya.
Ingin merasakan kolaborasi budaya khas rancangan kedua desainer? Klik di sini.
• VIVAnews
Belum ada komentar untuk ditampilkan pada artikel ini.
' ); $.ajax({ type: "POST", url: "/comment/load/", data: "valIndex=" + a + "&articleId=" + b + "&defaultValue=" + c, success: function(msg){ $("#loadkomen").html(msg); //$(".balasan").hide(); } }) }
No comments :
Post a Comment