Dosen Teknik Elektro Fakultas Sains dan Teknik Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto, Dr. Eng Retno Supriyanti, ST., MT penemu alat deteksi dini katarak dengan menggunakan kamera poket sedang memperagakan cara melakukan deteksi dini katarak, Senin (9/1). TEMPO/Aris Andrianto
Selasa, 10 Januari 2012 | 16:37 WIB
TEMPO.CO, Purwokerto - Penyakit katarak bisa dideteksi sejak dini dengan kamera saku. Inilah yang sedang dikembangkan dosen Teknik Elektro Fakultas Sains dan Teknik Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto, Dr Eng Retno Supriyanti, bersama koleganya di Jepang. Dia mengembangkan aplikasi program itu untuk telepon pintar berbasis Android.
Aplikasi itu merupakan pengembangan aplikasi sejenis yang bisa digunakan untuk personal computer. "Saya lebih memilih untuk aplikasi Android karena bisa diunduh gratis oleh seluruh masyarakat Indonesia," kata Retno saat ditemui Tempo di ruang kerjanya, Senin, 9 Januari 2012.
Aplikasi itu bisa menggunakan kamera saku jenis apapun. Namun, khusus untuk kamera biasa atau kamera pintar belum bisa. Dia mengatakan, tingkat akurasinya 89,7 persen dan masih akan dikembangkan hingga mencapai 100 persen.
Tempo diajari cara melakukan deteksi dini dengan kamera saku. Dia memotret dari samping dengan sudut kemiringan 60 derajat dan jarak 30 sentimeter. Retno memilih mode macros dan menggunakan lampu blitz. "Harus menggunakan lampu blitz biar hasilnya akurat," kata Retno.
Temuan itu sudah mendapatkan dua hak paten pada 2009. Dua paten itu dari Japan Patent dengan nomor 2008-035367 dan International Patent dengan nomor PCT/JP2009/52572. Pengusaha Jepang dan Cina sudah menawar paten itu sekitar Rp 5 miliar. Seorang pengusaha Indonesia juga sudah menawar, tapi harganya kurang cocok.
Dalam penelitiannya, Retno didampingi konsultan kesehatan mata yang merekomendasikan penggunaan blitz tidak berbahaya bagi mata. Dia melakukan penelitian saat menjadi mahasiswa doktoral di Nara Institute of Science and Technology, Jepang.
Penyakit katarak merupakan salah satu penyakit mata yang banyak diderita penduduk Indonesia. "Apalagi di pedesaan, penyakit ini sudah cukup merisaukan," kata Retno. Dia memperkirakan pada 2020 penderita katarak di Indonesia mencapai 40 juta orang.
Kepala Dinas Kesehatan Banyumas dr. Widayanto menyatakan akan berkonsultasi dengan Kementerian Kesehatan. "Alat baru kan harus melewati serangkaian uji coba agar bisa digunakan secara massal," kata dia yang juga mengatakan selama ini dokter di puskesmas sudah bisa melakukan deteksi dini katarak hanya dengan lampu senter.
ARIS ANDRIANTO
No comments :
Post a Comment