Remaja Pun Berburu Chanel....
KOMPAS.com - Kini, segmen umur pemakai tas mewah otentik kian mengarah ke perempuan usia belia, yakni pada usia belasan dan dua puluhan tahun. Sementara dulu tas-tas mewah cenderung baru dinikmati perempuan pada usia 30-an tahun ke atas. Kini cewek abege pun ikut-ikut memburunya.
"Abege sekarang udah enggak mau lagi pakai tas Anya yang bergambar anjing-anjing itu, lho. Sekarang mereka nyarinya Chanel vintage!" seru Erna, penjaga butik Precious, yang masih satu perusahaan dengan Socialite. Anya yang dimaksud adalah Anya Hindmarch.
Karena dicari-cari abege, harga tas Chanel bekas pakai versi lama itu pun terdongkrak di pasaran. Dari semula harga bekasnya "hanya" Rp 3 juta, kini melambung di kisaran Rp 10 juta. Orang pun biasanya mencari-cari suatu tas tertentu ketika beberapa selebriti Hollywood memakainya, lalu fotonya tersebar luas.
Menurut Karen Widjaja, pemilik Second Chance, butik tas mewah bekas pakai, kecenderungan remaja dan perempuan dua puluhan menenteng tas bermerek high-end tak terlepas dari proses belajar dari orangtuanya.
Nia G Syarif, pemilik butik tas mewah Socialite dan Precious, juga mengakui hal serupa. "Saya belajar jadi konsumtif dari orangtua. Ha-ha-ha.... Waktu aku masih kuliah, Papa yang suka menawarkan, mau tas Louis Vuitton yang baru enggak? Pokoknya semua harus bermerek," imbuh Nia.
Natalia Gunarso (25), yang ditemui tengah melihat-lihat di butik Second Chance, mengaku mulai menyukai tas mewah sejak usia 17 tahun. Kegemarannya akan tas mewah diwarisi dari almarhum ibunya. Natalia masih mengingat, saat itu tas mewah yang dimilikinya pertama kali adalah Gucci, pemberian orangtuanya. "Tapi aku enggak mau yang palsu. Rugi, enggak bisa dijual lagi kalau udah bosen," kata Natalia yang siang itu menjinjing tas Herbag dari Hermes.
Salon tas
Tas mewah perlu perlakuan spesial. Jangan kaget kalau ada spa khusus tas, di butik Hermes di Singapura. Ongkos spa untuk tasnya itu 350 dollar Singapura atau sekitar Rp 2,46 juta. Kini, di Jakarta pun sudah ada "salon tas", tempat yang menyediakan jasa pencucian dan pemolesan tas-tas mewah. Lama waktu spa untuk tas cukup lama, 3-6 bulan. Bahkan, jika spa di Singapura tersebut tidak bisa menangani suatu kasus, tas akan dikirim ke spa di Paris, Perancis.
Salah satunya adalah Color Wash di Plaza Indonesia. Ticco Chandra, pemilik Color Wash, mengatakan, kehadiran Color Wash di Jakarta sejak tahun 2010 memang dalam rangka merengkuh pasar orang Indonesia yang selama ini ke Singapura untuk menyalonkan tas-tasnya. Di Singapura, Color Wash telah berdiri sejak delapan tahun lalu, dan 15 persen pelanggannya asal Indonesia.
Ongkos cuci tas di Color Wash Jakarta terentang dari Rp 70.000 hingga Rp 490.000. Sementara jasa recoloring dan coating yaitu Rp 245.000-Rp 1,75 juta. "Masalah tas yang umumnya kami tangani seperti noda jamur, noda makanan, noda bekas kena celana jins, kena minyak wangi, hingga luka gores. Pelanggan kami banyak juga reseller (penjual tas mewah bekas pakai)," cerita Chandra.
Banyak pula pemilik tas-tas mewah model lama yang memasukkan tasnya ke salon untuk kemudian dijual kembali. Bagi yang memiliki koleksi Chanel vintage yang kini tengah digandrungi remaja, setelah dibawa ke salon dan dijual kembali untungnya masih lumayan.
(Sarie Febriane)
Baca juga:
Status Sosial dalam Kemewahan Tas
Memilih Model Tas Sesuai Bentuk Tubuh
Tips Memilih dan Merawat Tas Kulit
Memilih Tas Tangan yang Klop
Lebih Cermat Memilih Tas
Sent from Indosat BlackBerry powered by
Sumber: Kompas Cetak
No comments :
Post a Comment