sakit di tempat kerja (inmagine)
VIVAnews - Banyak karyawan memaksakan diri tetap bekerja walau sedang sakit. Kenapa? Mayoritas terpaksa melakukannya karena khawatir kehilangan pekerjaan.
Sebuah studi yang melibatkan 1.600 pekerja kantoran di Inggris menunjukkan, sekitar 30 persen cenderung memaksakan diri tetap pergi ke kantor saat sakit, lantaran terjebak iklim ekonomi yang tak mendukung. Sekitar 50 persen bahkan mengatakan bahwa keamanan karier adalah faktor terpenting.
Seperti dikutip mirror.co.uk, Marcus Powell, pemimpin Nuffied Health, mengatakan, "Studi kami menunjukkan bahwa kemerosotan ekonomi membuat orang lebih rela bekerja meskipun sakit, karena mereka tak ingin jadi pengangguran."
Yang paling banyak melakukannya adalah kelompok usia 16 hingga 24 tahun dengan penghasilan pas-pasan. Namun jika melihat perbandingan gender, wanita lebih banyak yang melakukannya dengan persentase 33 persen, dibandingkan pria yang hanya 27 persen.
Ketakutan dipecat jika terlalu banyak izin tidak masuk juga dipengaruhi faktor tekanan di lingkungan pekerjaan. Mereka yang bekerja di sektor ritel adalah yang paling sering nekat masuk kerja saat sakit. Diikuti mereka yang bekerja di sektor manufaktur dan pendidikan.
Dr Andy Jones, direktur medis di Nuffield Kesehatan, menambahkan, "Masalahnya ketika pekerja tetap memaksa masuk ketika sakit, justru berpotensi menginfeksi atau memengaruhi pekerja lain, kerja juga tak efektif. Makanya, setiap dokter akan menyarankan pekerja untuk tinggal di rumah dan beristirahat jika mereka sakit."
Atasan Tak Percaya Tekanan lingkungan kerja memang menjadi faktor penting yang membuat pekerja memaksakan diri masuk kerja. Salah satu tekanan itu mungkin rendahnya kepercayaan bos atau atasan ketika pekerjanya izin tak masuk dengan alasan sakit.
Pendapat itu diperkuat dengan survei Sambucol, sebuah brand multivitamin, terhadap 3.000 atasan. Sekitar 75 persen dari mereka tidak percaya ketika bawahannya meminta izin sakit. Para atasan cenderung berpikir kalau bawahannya hanya ingin beristirahat di rumah.
Lebih dari 60 persen dari atasan juga mengatakan rendahnya tingkat kehadiran pasti berpengaruh negatif pada pada promosi atau kenaikan gaji para pekerja. Sebagian mengatakan, flu dan sakit kepala dianggap bukan alasan kuat untuk izin tidak masuk kerja. Demikian juga rasa nyeri dan diare.
Menurut juru bicara Sambucol, seperti dikutip dari Genius Beauty sebagian besar pengusaha Inggris, berharap para karyawannya tidak mengajukan izin sakit, kecuali jika keadaaannya benar-benar buruk. (eh)
• VIVAnews
Kirim Komentar
Anda harus Login untuk mengirimkan komentar
No comments :
Post a Comment