vaksin pada anak
VIVAnews - Kanker serviks atau leher rahim merupakan pembunuh diam-diam dengan dengan kasus kematian terbanyak kedua setelah kanker payudara. Tak adanya gejala dini kanker membuat kanker baru terdeteksi saat telah memasuki stadium lanjut dan sulit ditolong.
Para dokter ahli dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS merekomendasikan agar anak laki-laki usia 11-12 tahun mendapat vaksinasi HPV atau Human Papilloma Virus.
Mengapa? HPV merupakan sekelompok virus yang penyebarannya akibat kontak antara kulit serta kontak seksual. Ada sekitar 100 jenis HPV, namun hanya 15 jenis di antaranya yang menyebabkan gangguan pada genital, vulva, anus hingga menyebabkan kanker serviks dan vagina.
Vaksinasi anak laki-laki sebelum memasuki masa aktif seksual dapat membantu mencegah penularan HPV lewat hubungan seksual dengan pasangan di masa depan. Selama ini, vaksinasi HPV hanya dianjurkan kepada wanita maupun anak perempuan yang belum memasuki masa aktif seksual.
Anne Schuchat dari CDC untuk Imunisasi dan Penyakit Pernapasan mengatakan vaksinasi HPV Gardasil baru dilakukan untuk sebagian kecil anak. Hanya 44 persen anak perempuan menerima vaksin HPV, dan hanya 27 persen anak perempuan yang mendapat tiga vaksinasi HPV lengkap. Dan meskipun vaksinasi HPV Gardasil telah diuji dan aman dapat digunakan bagi anak laki-laki, hanya 1,5 persen yang memperoleh vaksinasi HPV.
Berbagai studi merilis kanker serviks paling sering terkait dengan HPV. Riset di AS yang dimuat dalam jurnal Lancet menyebut, 50 persen pria kemungkinan terinfeksi virus tersebut dan dapat menularkannya kepada pasangan.
Ahli merekomendasikan agar vaksin diberikan tiga kali bagi anak perempuan usia 9 hingga wanita dewasa. Mereka juga menyarankan agar orang tua memvaksinasi anak laki-laki saat berusia 11-12 tahun. Gunanya untuk melindungi terjadinya kanker serviks bagi wanita pembawa atau berisiko tinggi.
Asosiasi Obstetrik dan Ginekolog di AS pun merekomendasikan agar wanita yang aktif secara seksual memeriksakan diri setiap tiga tahun, bukan per tahun.
"Hubungan antara infeksi di usia muda dan perkembangan kanker 20-40 tahun kemudian belum diketahui," tulis Dr Charlotte Haug dalam Journal of American Medical Association.
"Dampak sebenarnya dari vaksin dapat ditentukan hanya melalui uji klinis dan tindak lanjut jangka panjang. Namun kami percaya, vaksin ini tidak membahayakan," kata Schuchat mengenai vaksin HPV.
• VIVAnews
Belum ada komentar untuk ditampilkan pada artikel ini.
' ); $.ajax({ type: "POST", url: "/comment/load/", data: "valIndex=" + a + "&articleId=" + b + "&defaultValue=" + c, success: function(msg){ $("#loadkomen").html(msg); //$(".balasan").hide(); } }) }
No comments :
Post a Comment