Sakit Kepala (doc Corbis)
VIVAnews - Anda sering pingsan atau kehilangan keseimbangan? Mungkin, Anda terserang vertigo. Meski tidak mematikan, vertigo bisa jadi merupakan gejala penyakit-penyakit serius seperti tekanan darah tinggi, tumor, dan stroke. Bahkan, bisa memicu kecelakaan fatal saat serangan muncul mendadak.
Vertigo terjadi ketika seseorang merasa diri atau lingkungan sekitarnya bergerak atau berputar. Bahkan sering kali disertai rasa mual yang hebat dan muntah.
Dr M Kurniawan, Sps, spesialis saraf Rumah Sakit Asri, mengatakan bahwa vertigo umumnya menimpa orang tua. "Angka kejadian vertigo akan terus meningkat pada usia lanjut. Tercatat, angka kejadian vertigo di usia 40 tahun adalah 40 persen," ujarnya saat peresmian Klinik Terpadu Vertigo RS Asri.
Pada usia lanjut, vertigo kerap terjadi karena munculnya gangguan pada pembuluh darah ke otak, kelainan di organ dalam telinga, dan kelainan saraf. Meski lazim terjadi pada usia lanjut, bukan berarti anak muda tidak mungkin mengalaminya. "Biasanya, vertigo pada orang muda terjadi karena adanya trauma atau pernah terbentur," ia menambahkan. Vertigo juga cenderung menyerang wanita daripada pria. "Menurut penelitian tahun 1956, angka kejadian pada wanita 48 persen, sedangkan pada pria 37 persen," ujar Dr Jenny Bashiruddin, PhD, spesialis THT RS Asri dan Head of Neurology Sub Division ENT Department Medical Faculty UI.
Terdapat dua jenis vertigo, yakni vertigo yang berasal dari bagian peripheral atau telinga bagian dalam dan bagian central atau otak. Namun, mayoritas terjadi pada bagian peripheral, yakni vertigo debris.
Vertigo debris muncul akibat endapan kristal batu (debris) yang terbentuk dari kalsium karbonat pada salah satu kanal dalam alat keseimbangan (utrikulus). Secara alami, debris terbentuk dari zat-zat gelatin dalam alat keseimbangan. Namun, karena berat jenis melebihi cairan di dalam utrikulus (endolymph), debris dapat berpindah tempat dan mengendap pada salah satu kanal di sekitar alat keseimbangan.
Lalu, bagaimana vertigo terjadi? Alat keseimbangan manusia bersifat dinamis sehingga sangat mudah terangsang oleh gerakan kepala. Bila kita memutarkan kepala, cairan endolymph akan ikut bergerak merangsang alat keseimbangan untuk beradaptasi.
"Bila terdapat endapan dan debris, maka cairan endolymph akan mengalami gaya dorong yang lebih besar dan merangsang alat keseimbangan dengan daya rangsang yang lebih besar. Sehingga orang yang mengalami vertigo akan merasa seperti berputar," ujar dr Entjep Hadjar, Sp THT-KL.
Solusi Tanpa Operasi Dulu, solusi untuk mengatasinya adalah dengan operasi pengeluaran debris. Namun ternyata, banyak terjadi komplikasi lantaran utrikulus berada dalam tulang yang paling keras di dalam tubuh manusia. Dalam perkembangannya, ditemukan cara non bedah yang lebih praktis akibat ketidaksengajaan seorang penderita berkebangsaan Prancis yang hendak berobat ke dokternya di Inggris.
Sang penderita mengalami vertigo yang luar biasa sehingga ia memutuskan untuk pergi ke Inggris untuk berobat dengan menggunakan kapal ferry meskipun ia tidak dapat tempat duduk. Ia pun terpaksa duduk di bawah dengan menyandarkan kepalanya pada mesin kapal.
Sesampainya di pelabuhan London, tiba-tiba vertigo yang selama ini ia rasakan hilang begitu saja. Penasaran, ia menceritakannya ke dokter. Dari cerita tersebut, dokter menganalisa dan mengambil kesimpulan bahwa getaran mesin kapal yang diterima oleh penderita mampu memecahkan debris pada alat keseimbangnya.
Dari latar belakang tersebut, dokter mengembangkan metode pengobatan bernama Hallpike Manouver yang terdiri dari dua cara yakni menghancurkan dan melepaskan endapan debris dengan menggunakan vibrator, lalu penderita akan diminta untuk melakukan posisi kepala tertentu untuk menggiring pecahan batu kembali ke utrikulus yang disebut dengan Canalith Repositioning Therapy (CRT).
"Metode ini 87 persen mampu menyembuhkan pasien dalam dua kali pertemuan. Setelahnya, pasien dianjurkan untuk melakukan olahraga keseimbangan, dan tidur dengan bantal yang tinggi. Jika olahraga tersebut dilakukan rutin, vertigo tidak akan kambuh," ujarnya.
Karena vertigo debris hanya salah satu jenis dari vertigo, diagnosa dokter sangat diperlukan untuk mengetahui jenis vertigo yang terjadi. Tak hanya itu, diagnosa dokter juga penting untuk mengetahui lebih lanjut penyakit yang sebenarnya terjadi mengingat vertigo hanya sebuah gejala.
Tak heran jika, pengobatan vertigo harus dilakukan secara terpadu melalui THT, saraf, dan penyakit dalam. Tidak hanya pada satu bidang pengobatan. Sayangnya, tak semua rumah sakit memberikan pelayanan terpadu sehingga pasien sering kali dibingungkan dengan penyakit yang tak kunjung sembuh.
Karenanya, jika Anda memiliki gejala vertigo, jadilah pasien pintar dengan meminta layanan pemeriksaan terpadu secara keseluruhan agar penyakit dapat lebih mudah diatasi, biaya pengobatan pun tidak akan membengkak.
• VIVAnews
Belum ada komentar untuk ditampilkan pada artikel ini.
' ); $.ajax({ type: "POST", url: "/comment/load/", data: "valIndex=" + a + "&articleId=" + b + "&defaultValue=" + c, success: function(msg){ $("#loadkomen").html(msg); //$(".balasan").hide(); } }) }
No comments :
Post a Comment