KOMPAS.com - Tren mode di dunia semakin berkembang, termasuk di Indonesia. Namun, masih sangat sulit menemukan kamus atau ensiklopedi dunia mode yang bisa memberi panduan cukup memadai mengenai istilah-istilah mode, jenis-jenis kain yang merupakan warisan budaya Indonesia, atau deskripsi mengenai bahan tekstil yang kerap digunakan dalam busana.
Harapan ini terjawab ketika tiga tokoh dunia mode Indonesia: Irma Hadisurya (mantan Wakil Pemimpin Redaksi Majalah Femina), Ninuk Mardiana Pambudy (wartawan senior KOMPAS), dan Herman Jusuf (pakar wastra dan busana tradisional Indonesia), bekerjasama untuk meluncurkan Kamus Mode Indonesia (KMI).
Menurut Irma, menyusun kamus mode sebenarnya sudah menjadi mimpinya sejak lama. Namun ia baru mulai mengumpulkan isinya sedikit demi sedikit setelah meluncurkan buku Warna Bagi Citra dan Penampilan pada 2004. Tetapi, diakuinya bahwa bekerja seorang sendiri umumnya membuat orang tidak memiliki target tenggat waktu, sehingga proyek ini sedikit terbengkalai. Oleh karena itu ia lalu mengajak Ninuk dan Herman menyelesaikan buku ini. Tugas Irma mengumpulkan istilah-istilah mode, Ninuk mengisi direktori desainer, dan Herman menulis sesuai kapasitasnya, yaitu menyusun ragam hias dan jenis kain (wastra) dan busana tradisional Indonesia.
"Kamus ini sangat esensial bagi mode, bisnis, dan industri mode. Sebab selama ini banyak istilah yang salah kaprah. Misalnya, kalau ada busana dengan payet saja sudah dibilang adibusana," tutur Irma, saat peluncuran kamus mode ini di sela-sela event Jakarta Fashion Week 2012 di Pacific Place, Jakarta, beberapa waktu lalu.
Meskipun sudah ada pembagian kerja, ketiga penulis tetap berusaha saling mengisi untuk melengkapi kamus ini. Dengan pembagian tersebut, KMI berhasil memuat lebih dari 1.600 istilah atau nama berikut arti, definisi, atau deskripsinya. Entri dalam kamus ini banyak memakai istilah asing yang lazim digunakan dalam dunia mode, dilengkapi dengan padanannya dalam bahasa Indonesia.
"Saya sendiri biasanya menulis istilah mode itu dengan bahasa aslinya, lalu menambahkan padanan dalam bahasa Indonesia. Setelah istilah dalam bahasa Indonesia itu sering dipakai, pelan-pelan istilah dalam bahasa aslinya saya hilangkan," ungkap Ninuk pada Kompas Female.
Entri dalam kamus ini antara lain memuat istilah atau deskripsi tentang serat, bahan/tekstil, tren, gaya, potongan, pelengkap busana pria atau wanita, teknik pola/gunting, perancangan, produksi, ritel, manajemen, jenis kain dan busana tradisional Indonesia, hingga berbagai profesi dalam bisnis mode dan industri mode. Selain itu disajikan juga direktori nama-nama dan biodata perancang mode Indonesia, organisasi dan kegiatan mode secara nasional, hingga sekolah-sekolah mode Indonesia. Entri disusun secara alfabetik, dan beberapa di antaranya dilengkapi ilustrasi untuk memperjelas uraian serta memudahkan pembaca memahaminya.
Baik Irma maupun Ninuk menyadari bahwa kamus ini pasti masih memiliki kekurangan. Direktori perancang, misalnya, dibatasi pada perancang yang memiliki keajegan dalam mengadakan peragaan busana, produknya tersedia di pasar, dan konsumen tahu dimana mencari produk para perancang tersebut. Maka, ada kemungkinan beberapa nama desainer yang tidak disebut. Selain itu, direktori desainer hanya dibatasi pada perancang busana, sedangkan perancang sepatu dan aksesori tidak termasuk.
Kamus setebal 300 halaman ini diharapkan dapat menjadi rujukan bagi siapa saja yang bergiat di dunia mode, dari pengajar dan siswa sekolah mode, desainer, penulis, perajin, pengusaha, hingga produsen.
No comments :
Post a Comment