Implan payudara (Corbis)
VIVAnews -- Kerumunan perempuan marah itu berdemonstrasi di depan Kementerian Kesehatan, Prancis. Memprotes skandal operasi plastik terbesar dalam sejarah negara itu: implan payudara.
Bayangkan, sekitar 30.000 perempuan mengisi payudaranya dengan silikon kualitas industri yang biasa digunakan untuk komponen komputer dan elektronik, alih-alih memenuhi standar medis.
"Kami ingin keadilan!," teriak mereka, berapi-api, seperti dimuat Guardian, 14 Desember 2011. Di antara para demonstran, ada seorang pekerja pabrik, dengan wajah pucat menahan tangis, memeluk jaketnya. Dia adalah salah satu korban -- dari puluhan ribu wanita yang mengeluh hidupnya bagai di neraka pasca memperbesar buah dada dengan implan murahan itu.
"Saya selalu menderita depresi dan rekanan mental, berkaitan dengan kondisi tubuh saya," kata perempuan 48 tahun asal Normandy itu menceritakan alasannya memperbesar payudara. Namun, ia menolak menyebut nama untuk menghindari steorotipe buruk.
Dengan penghasilan sebulan sebesar 1.000 euro, ia baru mampu melakukan operasi plastik di usia akhir 40-an. Pasca operasi, percaya dirinya melonjak, ia merasa bersemangat hingga menyingkirkan obat antidepresi yang biasa dikonsumsi.
Namun, itu hanya sesaat, sampai ia mengetahui, implan yang diisikan ke buah dadanya beracun. "Aku sangat takut, itu akan pecah atau bahkan meledak suatu saat," kata dia.
Sejak saat itu, ia memilih tidur terlentang. "Sebagian orang menghindari latihan fisik ekstrem karena khawatir implan mereka rusak, tapi aku tak bisa menghindar, kerjaku di pabrik," kata perempuan itu. "Perasaanku tak karuan saat tidur, juga ketika bangun. Rasanya seperti hidup dengan bom waktu dalam tubuhku."
Para demonstran menuntut pertanggungjawaban. Pemerintah diminta membayar biaya pengangkatan impan. Sebab, Kementerian Kesehatan dinilai tak berbuat maksimal untuk mencegah tragedi itu terjadi. "Kami muak ditelantarkan," kata seorang perempuan yang melakukan implan setelah payudaranya diangkat karena kanker.
Apalagi, kebanyakan dari korban adalah pekerja dengan gaji rendah, yang bahkan harus berutang demi bisa operasi. Mereka jelas tak mampu membayar biaya pengangkatan payudara.
Selama 10 tahun belakangan, lebih dari 30.000 perempuan di Prancis, dan ribuan lainnya di Spanyol dan Inggris dihantui kepanikan.
Ini gara-garanya: Poly Implant Prosthesis (PIP), yang berbasis di selatan Prancis adalah salah satu yang terdepan di dunia dalam produksi implan. Sampai tahun lalu, ketika perusahaan itu kepergok memotong ongkos produksi sampai 1 miliar euro setahun -- dengan cara menggunakan silikon industri, bukan yang memenuhi standar medis. Casing atau wadah silikon juga diketahui rawan pecah atau bocor.
Sebuah penyelidikan yudisial sedang dimulai untuk menyelidiki kaitan ulah nakal perusahaan dengan empat perempuan dengan implan yang menderita kanker, dua di antaranya meninggal dunia.
Industri kosmetik dan operasi plastik Prancis adalah salah satu terbesar di Eropa. Antara 400.000 dan 500.000 wanita di Perancis memiliki implan payudara. Sebanyak 21.000 operasi payudara dilakukan setiap tahunnya -- terpopuler setelah sedot lemak dan anti-kerut.
Mengapa mereka terobsesi pada kecantikan? Sebuah studi pada 2009 menemukan, meski tubuh perempuan Prancis adalah yang 'tertipis' dan terlangsing di Eropa Barat, mereka dihadapkan pada kompleksitas terbesar soal standar tubuh ideal, dan standar tertinggi soal bentuk tubuh.
Ahli bedah mengatakan jumlah operasi payudara telah menurun sejak skandal implan terkuak. Pihak berwenang Prancis dan Inggris, mengatakan bahwa perempuan dengan implan PIP harus melakukan tes kesehatan -- menghindari pecah atau kebocoran.
Tahun ini, regulator kesehatan Inggris mengatakan, tidak ada bukti keberadaan potensi kanker atau racun kimia dari implan PIP. Namun, beberapa dokter Perancis sekarang mengatakan, bahkan implan yang belum pecah pun harus diangkat, untuk tindakan pencegahan. (eh)
• VIVAnews
Belum ada komentar untuk ditampilkan pada artikel ini.
Kirim Komentar
Anda harus Login untuk mengirimkan komentar
No comments :
Post a Comment