TEMPO Interaktif, Jakarta - Acara tahunan trend show kembali digelar Ikatan Perancang Mode Indonesia (IPMI). Dalam perhelatan yang berlangsung di Assembly Hall, Plaza Bapindo, Jalan Sudirman, Jakarta, Rabu dan Kamis lalu, itu IPMI mengungkapkan prediksi tren mode pada 2012 yang akan mengusung tema besar: Percepatan.
Presiden IPMI Sjamsidar Isa mengatakan selama 26 tahun lembaganya selalu mengolah inspirasi dan visi menjadi karya yang meretas setiap masa. IPMI, kata dia, selalu fleksibel. Trend show menjadi salah satu acara yang paling ditunggu sebagai pencetus dan arahan mode berikut industri terkaitnya.
Mengenai tema ini, wanita yang disapa Chammy itu menjelaskan bahwa tren mode tahun depan adalah percepatan menuju sebuah masa depan yang sarat optimisme. Peragaan busana kali ini menampilkan karya perancang Adesagi Kierana, Ari Saputra, Barli Asmara, Denny Wirawan, Era Soekamto, Ghea Panggabean, Hutama Adhi, Syahreza Muslim, Tri Handoko, Tuty Cholid, dan Valentino Napitupulu. Mereka menerjemahkan karyanya dengan semangat tema "Acceleration" itu.
"Kami menyajikan karya yang mengangkat percepatan melalui perkembangan spiritualitas, teknologi, hingga esensi dari sebuah akselerasi," kata perancang Era Soekamto. Era mengatakan 2012 disebut-sebut sebagai titik klimaks dari sebuah perjalanan era milenium. Bahkan diramalkan sebagai "tahun kiamat".
"Tetapi kami tidak membahas sisi tersebut. Kami hanya ingin memberikan petunjuk tentang tren tahun berikut sebagai percepatan dari sebuah konsekuensi kemajuan teknologi," ujarnya.
Perancang Tri Handoko melalui subtema "Big Bang" mengangkat kekuatan dari harapan dan optimisme di tengah maraknya kekacauan, ketakutan, dan tekanan di seluruh dunia. Sedangkan Barli Asmara mengangkat macrame--jenis tekstil yang proses pembuatannya dengan teknik ikat atau simpul--yang mengolah benang pita dalam warna-warna natural menjadi sebuah koleksi yang sarat keindahan.
Barli meyakini kecantikan alam, eksotisme, serta nilai-nilai tradisional berpadu menjadi sebuah konsep yang penuh orisinalitas. "Dengan judul Natural Bond Beauty, yang memakai teknik dan kesulitan yang cukup tinggi, semua akan terbayar setelah melihat keindahan natural dalam aneka simpul unik dan rumit," kata perancang berkacamata ini.
Sementara itu, Valentino Napitupulu mencoba mengeksplorasi detail melalui sentuhan motif paisley (sayuran), bunga, dan dedaunan. Kepiawaian perancang berdarah Batak ini ditonjolkan melalui siluet yang ringan dan bebas menerjemahkan keanggunan wanita.
"Saya memilih The Touch of Art, dengan kekuatan garis rancangan klasik dan formal melalui sentuhan modern yang siap mencuri perhatian," ujar Valentino.
Lain lagi dengan subtema Almost Famous, yang menjadi inspirasi koleksi rancangan Adesagi Kierana. Perancang yang bajunya sering dipakai selebritas itu menerjemahkan keinginan wanita untuk selalu menjadi pusat perhatian. Ade menyajikan siluet yang terstruktur untuk memberi kepercayaan diri serta garis playful dan edgy dengan keindahan asimetris. Ade seakan ingin menegaskan bahwa tampil dramatis adalah pilihan tepat pada tahun depan.
Era Soekamto dengan Swargaloka terinspirasi oleh kecantikan wanita Indonesia dengan beragam budayanya yang memiliki hasrat untuk menemukan surga dalam dirinya. Era menyajikan perpaduan budaya Bugis dengan Jawa melalui kombinasi busana dan teknik lilit khas di kedua kerajaan daerah tersebut. Era menggandeng Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan melalui kain tenun ATBM dan sifon.
"Saya mengemasnya menjadi sebuah rangkaian koleksi modern dan dinamis, sebagai penggambaran percepatan kemajuan mode Indonesia," ujar perancang berparas ayu ini.
Terakhir, perancang senior Tuty Cholid menampilkan busana tradisional bodo asal suku Bugis yang menjadi sumber inspirasi dengan ragam warna. Di antaranya merah muda, oranye, hijau botol, toska, dan emas. Tuty mengaku terinspirasi oleh kecantikan wanita Bugis dengan semburat nuansa yang akrab dengan kebudayaan suku ini. "Judulnya Baine Gammara' yang berarti wanita cantik."
HADRIANI P
No comments :
Post a Comment