Manfaat Mempelajari Ilmu Kesehatan

Manfaat Mempelajari Ilmu Kesehatan: "
Ilmu kesehatan sebagai ilmu pengetahuan terapan (applied science) yang mempelajari tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan usaha manusia untuk selalu dalam keadaan sehat. Ilmu kesehatan pada dasarnya berbeda dengan ilmu kedokteran. Ilmu kedokteran lebih berorientasi pada penyembuhan penyakit, sementara ilmu ilmu kesehatan lebih luas mencakup juga pengobatan, pencegahan, dan pemulihan. Banyak aspek yang harus dilakukan oleh seseorang agar dapat hidup. Setidak-tidaknya memahami bagaimana dia mengelola kehidupannya, rohani dan jasmani agar sehat dan pada gilirannya, hidupnya berkualitas. Perilaku orang yang sehat agar tetap sehat dan meningkat disebut perilaku sehat, yang mencakup perilakuperilaku dalam mencegah atau menghindar dari penyakit dan penyebab penyakit/masalah, atau penyebab masalah kesehatan, perilaku dalam mengupayakan meningkatnya kesehatan. Contoh: makan dengan gizi seimbang, olahraga teratur, tidak merokok dan minuman minuman keras, menghindari gigitan nyamuk, menggosok gigi setelah makan, cuci tangan pakai sabun sebelum makan dan sebagainya. Hakekat belajar ilmu kesehatan, menurut UNESCO (Delors, 1997), mencakup 4 (empat) tingkatan atau tujuan yaitu: pilar utama yang harus dilakukan dalam semua proses pendidikan adalah:
1. Belajar untuk mengetahui (learning to know),
2. Belajar untuk berbuat (learning to do),
3. Belajar untuk menjadi (learning to be); dan
4. Belajar untuk hidup bersama (learning to live together).

Gaya hidup sehat Salah satu perwujudan dan penerapan dari belajar ilmu kesehatan adalah terwujudnya pribadi yang memiliki pengetahuan, ketrampilan tentang kesehatan, dan terbentuknya sikap hidup yang dikenal dengan gaya hidup sehat. Banyak aspek yang harus dilakukan oleh seseorang setidak-tidaknya memahami bagaimana dia mengelola kehidupannya, rohani dan jasmani agar sehat dan pada gilirannya menyebabkan hidup yang berkualitas. Perilaku orang yang sehat agar tetap sehat dan kesehatannya meningkat disebut perilaku sehat, yang mencakup perilaku-perilaku dalam mencegah atau menghindar dari penyakit dan penyebab penyakit/masalah, atau penyebab masalah kesehatan, serta perilaku dalam mengupayakan meningkatnya kesehatan. Sebagai contoh adalah makan dengan gizi seimbang, olahraga teratur, tidak merokok dan minuman minuman keras, menghindari gigitan nyamuk, menggosok gigi setelah makan, cuci tangan pakai sabun sebelum makan dan sebagainya.


"
Baca selengkapnya - Manfaat Mempelajari Ilmu Kesehatan

STERILISASI DAN DESINFEKSI

STERILISASI DAN DESINFEKSI
Sterilisasi
Sterilisasi merupakan upaya pembunuhan atau penghancuran semua bentuk kehidupan mikroba yang dilakukan di rumah sakit melalui proses fisik maupun kimiawi. Sterilisasi juga dikatakan sebagai tindakan untuk membunuh kuman patogen atau apatogen beserta spora yang terdapat pada alat perawatan atau kedokteran dengan c:ara merebus, stoom, panas tinggi, atau bahan kimia. Jcnis stierilisasi antara lain sterilisasi cepat, sterilisasi panas kering, sterilisasi gas (Formalin, fl z02), radiasi ionisasi.

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada sterilisasi, di antaranya:
  1. Sterilisator (alat untuk mensteril) harus siap pakai, bersih dan masih berfungsi.
  2. Peralatan yang akan disterilisasi harus dibungkus dan diberi label yang jelas dengan menyebutkan jenis peralatan, jumlah, tanggal pelaksanaan steril.
  3. Penataan alat harus berprinsip semua bagian dapat steril.
  4. Tidak boleh menambah peralatan dalam sterilisator sebelum waktu mensteril selesai.
  5. Memindahkan alat steril ke dalam tempatnya dengan korentang steril.
  6. Saat mendinginkan alat steril tidak boleh membuka pembungkusnya, bila terbuka harus dilakukan sterilisasi ulang.
Desinfeksi
Desinfeksi adalah proses pembuangan semua mikroorganisme patogen pada objek yang tidak hidup dengan pengecualian pada endospora bakteri. Desinfeksi juga dikatakan suatu tindakan yang dilakukan untuk membunuh kuman patogen dan apatogen tetapi tidak dengan membunuh spora yang terdapat pada alat perawatan ataupun kedokteran. Desinfeksi dilakukan dengan menggunakan bahan desinfektan melalui cara mencuci, mengoles, merendam dan menjcmur dengan tujuan mencegah terjadinya infeksi, dan mengondisikan alat dalam keadaan siap pakai.

Kemampuan desinfeksi ditentukan oleh waktu sebelum pembcrsihan objek, kandungan rat organik, tipe dan tingkat kontaminasi mikroba, konsentrasi dan waktu pemaparan, kealamian objek, suhu, dan derajat pH.

"
Baca selengkapnya - STERILISASI DAN DESINFEKSI

Pedoman Pencegahan Infeksi

Pedoman Pencegahan Infeksi
TRANSMISI KUMAN
Transmisi kuman rnerupakan proses masuknya kuman ke dalam tubuh manusia yang dapat menimbulkan radang atau poses tersebut melibatkan beberapa unsur di antaranya:
1. Resevoir
2. Jalan Masuk
3. Inang (host)
4. Jalur Keluar
5. Jalur penyebaran

CARA PENULARAN MIKROORGANISME
Proses penyebaran rnikroorganisme ke dalam tubuh, baik pada manusia maupun hewan, dapat meialui berbagai cara, di antaranya:
1. Kontak Tubuh. Kuman masuk ke dalam tubuh melalui proses penyebaran secara langsung, maupun tidak langsung.
2. Makanan dan minuman
3. Serangga
4. Udara

FAKTOR YANG MEMENGARUHI PROSES INFEKSI
  1. Sumber Penyakit. Sumber penyakit dapat memengaruhi apakah infeksi berjalan cepat atau lambat.
  2. Kuman penyebab. Kuman penyebab dapat menentukan jumlah mikroorganisme, kemampuan mikroorganisme masuk ke dalam tubuh, dan virulensinva.
  3. Cara Membebaskan Sumber dari Kuman. kuman dapat menentukan apakah proses infeksi cepat/lambat, seperti tingkat keasaman (pH), suhu, dll.
  4. Cara Penularan. Cara penularan seperti kontak melalui makanan atau udara, dapat menyebabkan penyebar.
  5. Cara Masuknya Kuman. Proses penyebaran tergantung dari sifatnya. Kuman dapat masuk melalui pernapasan, saluran pencernaan, kulit, dan lain-lain.
  6. Daya Tahan Tubuh. Daya tahan tubuh yang baik dapat memperlambat proses infeksi atau mempercepat proses penyembuhan.
INFEKSI NOSOKOMIAL
Infeksi nosokomial adalah infeksi yang terjadi di rumah sakit dalam sistem pelayanan kesehatan yang berasal dari proses penyebaran sumber pelayanan kesehatan, baik melalui pasien, petugas kesehatan, maupun sumber lain.

Sumber Infeksi Nosokomial
Beberapa sumber penyebab terjadinya infeksi nosokomial adalah :
  1. Pasien. Pasien merupakan unsur pertama yang dapat infeksi ke pasien laimnya, petugas kesehatan, pengunjung atau uf alat kesehatan lainnya.
  2. Petugas Kesehatan. Petugas kesehatan dapat menyebarkan infeksi melalui kontak langsumg yang dapat rnenularkan berbagai kuman ke tempat lain.
  3. Pengunjung. Pengunjung dapat menyebarkan infeksi yang didapat dari luar ke dalam lingkungan rumah sakit atau sebaliknya, yang didapat dari dalam rumah sakit ke luar rumah sakit.
  4. Sumber Lain. Sumber lain yang dimaksud di sini adalah iingkungan rumah sakit yang meliputi lingkungan umum atau kondisi kebersihan rumah sakit atau alat yang ada di rumah sakit yang dibawa oleh pengunjung atau petugas kesehatan kepada pasien, dan sebaliknya.

PENCEGAHAN INFEKSI
Di masa lalu, fokus utamapenanganan masalah infeksi dalam pelayanan kesehatan adalah mencegah infeksi. Infeksi serius pascabedah masih merupakan masalah di beberapa negara, ditambah lagi dengan munculnya penyakit Acquired Immuno Defeciency Syndrome (AIDS) dan Hepatitis B yang belum ditemukan obafnya.

TINDAKAN PENCEGAHAN INFEKSI
Beberapa tindakan pencegahan infeksi yang dapat dilakukan adalah:
  1. Aseptik, yaitu tindakan yang dilakukan dalam pelayanan kesehatan. Istilah ini dipakai untuk menggambarkan semua usaha yang dilakukan untuk mencegah masuknya rnikroorganisme ke dalam tubuh yang kemungkinan besar akan mengakibatkan infeksi. Tujuan akhirnya adalah mengurangi atau menghilangkan jumlah mikroorganisme, baik pada permukaan benda hidup maupun benda mati agar alat-alat kesehatan dapat dengan aman di gunakan.
  2. Antiseptik, yaitu upaya pencegahan infeksi dengan cara membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada kulit dan jaringan tubuh lainnya.
  3. Dekontaminasi, tindakan yang dilakukan agar benda mati dapat ditangani oleh petugas kesehatan secara aman, terutama petugas pembersihan medis sebelum pencucian dilakukan. Contohnya adalah meja pemeriksaan, alat¬alat kesehatan, dan sarung tamgan yang terkontaminasi oleh darah atau aliiran tubuh di saat prosedur bedah/tindakan dilakukan.
  4. Pencucian, yaitu tindakan menghilangkan semua darah, eairan tubuh atau setiap benda asing seperti debu dan kotoran.
  5. Desfinfeksi, yaitu tindakan menghilangkan sebagian besar (tidak semua) mikroorganisme penyebab penyakit dari benda mati. Desinfeksi tingkat tinggi dilakukan dengan merebus atau dengan menggunakan larutan kirnia. Tindakan.ini dapat menghilangkan semua mikroorganisme, kecuaii beberapa bakteri endospora.
  6. Sterilisasi, yaitu tindakan untuk menghilangkan semua mikroorganisme (bakteri, jamur, parasit, dan virus) termasuk bakteri endospora.

PEDOMAN PENCEGAHAN INFEKSI
Cara efektif untuk mencegah penyebaran penyakit dari orang ke orang atau dari peralatan ke orang dapat dilakukan dengan meletakkan penghalang di antara mikroorganisme dan individu (pasien atau petugas kesehatan). Penghalang ini dapat berupa upaya fisik, mekanik ataupun kimia yang meliputi:
1. Pencucian tangan
2. Penggunaan sarung tangan (kedua tangan), baik pada saat melakukan tindakan, maupun saat memegang benda yang terkontaminasi (alat kesehatan/kain tenun bekas pakai).
3. Menggunaan cairan antiseptik untuk membersihkan luka pada kulit.
4. Pemrosesan alat bekas pakai (dekontaminasi, cuci dan bilas, desinfeksi tingkat tinggi atau sterilisasi).
5. Pembuangan sampah.



"
Baca selengkapnya - Pedoman Pencegahan Infeksi

Hak-hak Pasien

Hak-hak Pasien
Hak pasien merupakan bagian dari hak mengingat hak merupakan tyntutan secara rasional dalam situasi terte:nu- Setiap manusia mempunvai hak untuk dihargai sebagai manusia. Beberapa hak pasien dalam pelayanan kesehatan adalah sebagai berikut:
1. Hak mendapatkan pelayanan kesehatan memadai dan berkualitas.
2. Hak untuk diberikan informasi.
3. Hak untuk dilibatkan dalam pembuatam keputusann tentang pengobatan dan perawatan.
4. Hak untuk diberikan informed consent.
5. Hak untuk menolak suatu consent.
6. Hak untuk mengetahui nama dan status tenaga kesehatan yang menolong.
7. Hak untuk mempunyai pendapat.
8. Hak untuk diperlakukan secara horrnat.
9. Hak untuk konfidentialitas termasuk privasi.
10. Hak untuk memilih integritas tubuh.
11. Hak untuk kompensasi terhadap cedera ti ang tidak legal.
12. Hak untuk mempertahankam kemuliaan (elignitas) (Prihardjo, Robert, 1995)
"
Baca selengkapnya - Hak-hak Pasien

Kebutuhan Rasa Nyaman (Bebas Nyeri)

Kebutuhan Rasa Nyaman (Bebas Nyeri)
Pengertian Nyeri
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan wang tidak menyenangkan, bersifat sangat subyektif karena perasaan nt-eri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya, dan hanya pada orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya. Berikut adalah pendapart beberapa ahli rnengenai pengertian nyeri:
  1. Mc. Coffery (1979), mendefinisikan nyeri sebagai suatu keadaan yang memengaruhi seseorang yang keberadaanya diketahui hanya jika orang tersebut pernah mengalaminya.
  2. Wolf Weifsel Feurst (1974), mengatakan nyeri merupakan suatu perasaan menderita secara fisik dan mental atau perasaan yang bisa menimbulkan ketegangan.
  3. Artur C Curton (1983), mengatakan bahwa nyeri merupakan suatu mekanisme bagi tubuh, timbul ketika jaringan sedang dirusak, dan menyebabkan individu tersebut bereaksi untuk menghilangkan rangsangan nyeri.
  4. Scrumum mengartikan nyeri sebagai suatu keadaan yang tidak menyenangkan akibat terjadinya rangsangan fisik maupun dari serabut saraf dalam tubuh ke otak dan diikuti oleh reaksi fisik, fisiologis maupun emosional.

Fisiologi Nyeri

Munculnya nyeri sangat berkaitan dangan reseptor dan adanya rangsangan. Reseptor nyeri yang dimaksud adalah nociceptor, merupakan ujung-ujung saraf sangat bebas yang memiliki sedikit at;iu bahkan myelin yang tersebar pada kulit dan mukosa, khususnya pada organ viseral, persendian, dinding arteri, hati dan kandung empedu. Reseptor dapat memberikan respons akibat adanya stimulasi atau rangsangan.

Klasifikasi Nyeri
Klasifikasi nyeri secara umum dibagi menjadi dua, yakni nyeri akut dan kronis. Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat menghilang, tidak melebihi 6 bulan dan ditandai adanya peningkatan tegangan otot. Nyeri kronis merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-lahan, biasanya berlangsung dalam waktu cukup lama, yaitu lebih dari 6 bulan. Yang termasuk dalam katagori nyeri kronis adalah nyeri terminal, sindrom nyeri kronis, dan nyeri psikosomatik.

Nyeri menjalar adalah nyeri yang tc;rasa pada bagian tubuh yang lain, umumnya terjadi akibat kerusakan pada cedera organ visceral. Nyeripsikagenik adalah nyeri yang tidak diketahui sec.ara fisik biasanya timbul akibat psiknlngis. Nyeri phantom adalah nyeri yang disebabkan salah satu ekstremitas diamputasi. Nyeri neurnlogis adalah br,ntuk nycri yang tajarn karc;na adanya spasme di sepanjang atau di beberapa jalur saraf.

Stimulus Nyeri
Seseorang dapat Menoleransi menahan nyeri (pain tolerance), atau dapat mengenali jumlah stimulasi nyeri sebelum merasakan nyeri (pain threshold). Terdapat beberapa jenis stimulus nyeri, di antaranya:
1. Trauma pada jarmgan tubuh,
2. Gangguan pada jaringan tubuh,
3. Tumor,
4. Iskemia pada jaringan,
5. Spasme otot,

Teori Nyeri
Terdapat beberapa teori tentang terjadinya rangsangan nyeri, diantaranya:
  1. Teori Pemisahan (specificity theory). Menurut teori ini rangsangan sakit masuk ke medula spinalis (spinal cord) melalui kornu dorsalis yang bersinaps di daerah posterior. Kemudian naik ke tractus lissur dan menyilang di garis median ke sisi lainnya dan berakhir di korteks sensoris tempat rangsangan nyeri tersebut diteruskan.
  2. Teori Pola (pattern theory). Rangsangan nyeri masuk melalui akar ganglion dorsal ke medulla spinalis dan merangsang aktivitas sel. Hal ini mengakibatkan suatu respons yang merangsang ke bagian yang lebih tinggi, yaitu korteks serebri serta kontraksi menimbulkan persepsi dan otot berkontraksi sehingga menimbulkan nyeri. Persepsi dipengaruhi olch modalitas respons dari reaksi sel.
  3. Teori Pengendalian Gerbang (gate control theory). Mcnurut tcori ini, nycri tergantung dari kerja serat saraf besar dan kecil. Keduanya berada dalam akar ganglion dorsalis. Rangsangan pada serat besar akan meningkatkan aktivitas substansia gelatinosa yang mengakibatkan tertutupnya pintu mekanisme sehingga aktivitas sel T terhambat dan menyebabkan hantaran rangsangan terhambat. Rangsangan serat besar dapat langsung merangsang ke korteks serebri. 1-Iasil persepsi ini akan dikembalikan ke dalam medulla spinalis melalui serat eferen dan reaksinya memengaruhi aktifitas sel T. Rangsangan pada serat kecil akan menghambat aktivitas substansia qelatinosa dan membuka pintu mekanisme, sehingga merangsang aktivitas sel T yang selanjutnya akan menghantarkan rangsangan nyeri.
  4. Teori Transmisi dan Inhibisi. Adanya stimulus pada nociceptor memulai transmisi impuls-impuls saraf, sehingga transmisi impuls nyeri menjadi efektif oleh neurotransmiter yang spesifik. Kemudian, inhibisi impuls nyeri menjadi efektif oleh impuls-impuls pada scrabut-serabut besar yang memblok impuls-impuls pada serabut lamban dan endogcn opiate sistem supresif. (Barbara C Long, 1989)

Faktor yang Memengaruhi Nyeri
Pengalaman nyeri pada seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, di antaranya adalah:
1. Arti Nyeri
Arti nycri bagi seserang memiliki banyak perbedaan dan hampir sebagian arti nyeri merupakan arti yang negatif, sepc:rti membahayakan, merusak, dan lain-lain. Keadaan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti usia, jenis kelamin, latar belakang sosial kultural, lingkungan; dan pengalaman.

2. Persepsi Nyeri
Persepsi nyeri merupakan penilaian sangat subyektif tempatnya pada korteks (pada fungsi evaluatif kognitio. Yersepsi ini dipengaruhi oleh faktor yang dapat memicu stimulasi nociceptor.

3. Toleransi Nyeri
Toleransi ini erat hubungannya dengan adanya intensitas nyeri yang dapat memengaruhi seseorang menahan nyeri. Faktor yang dapat memengaruhi peningkatan toleransi nyeri antara lain alkohol, obat-obatan, hipnosis, gesekan atau garukan, pengalihan perhatian, kepercayaan yang kuat dan scbagianya. Sedangkan faktor yang menurunkan tolcransi antara lain kelelahan, rasa marah, bosan, cemas, nyeri yang tiidak kunjung hilang, sakit, dan lain-lain.

4. Reaksi terhadap Nyeri
Reaksi terhadap nyeri merupakan bentuk respons seseorang terhadap nyeri, seperti ketakutan, gelisah, cemas, menangis, dan menjerit. Semua ini merupakan bentuk recspons nyeri yang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti: arti nyeri, tingkat persepsi nyeri, pengalaman masa lalu, nilai budaya, harapan sosial, kesehatan fisik dan mental, takut, cemas, usia dan lain-lain.



"
Baca selengkapnya - Kebutuhan Rasa Nyaman (Bebas Nyeri)

Fisiologi Tidur

Fisiologi Tidur
Pengertian Tidur
Tidur merupakan suatu kondisi tidak sadar di mana individu dapat dibangunican oleh stimulus atau sensori yang sesuai (Guvton, i [}B6;, atau juga dapat dikatakan sebagai suatu keadaan tidak sadarkan diri yang rfaatif, bukar, hanya keadaan penuh ketenangan tanpa kegiaran akam tetapi lebih merupakan suatu urutan siklus yang berulang, dengan ciri adanya aktifitas yang minim, memiliki kesadaran vang bervariasi, terdapat perubahan proses fisiologis, dan terjadi respons terhadap rangsangan dari luar.

Fisiologi Tidur
Fisiologi tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur yang melibatkan mekanisme serebral yang secara bergant.ian agar mengaktifkan Pusat otak untuk dapat tidur dan bangun. Salah satu aktifitas oleh sistem pengaktivasi retikularis yang merupakan sistem yang rnj- seturuh tingkatan kegiatan susunan saraf pusat termasuk tidur. Pusat pengaturan aktivitas kewaspadaan dan tidh_m tc_rletak dalam •nesensefalon dan bagian atas pons. Selain itu RAS (dapat memberikan rangsangan visual, pendengaran, nyeri. dan perabaan juga dapat menerima stimulasi dari korteks serebri termasuk rangsangan emosi dan proses dalam keadaaan sadar, neuron dalam RaS akan melepaskan latekolamin seperti norepineprin.

Jenis-jenis Tidur
Berdasarkan proses tidur terdapat dua jenis tidur. Pertama, jenis tidur yang disebabkan menurunnya kegiatan di dalam sistem pengaktivasi retikularis atau aebut dengan tidur gelombang lambat karena gelombang otaknya sangat lambat
atau disebut tidur NREM. Kedua, jenis tidur yang disebabkan oleh penyaluran isyarat-isyarat a.bnormra dari dalam otak meskipun kegiatan otak mungkin tidak tertekan secara disebut dengan jenis tidur paradoks atau tidur REM (rapid eye moverment),

1. Tidur gelombang lambat (Slow wave sleep)
Jenis tidur ini dikenal dengan tidur yang dalam. Isrirahat penuh, dengan gelombang otak yang lebih lambat, tidur nyenyak. Ciri-ciri tidur nyenyak adalah menyegarkan, tanpa mimpi atau tidur dengan gelombang delta. Ciri lainnya berada dalam keadaan istirahat pemuh, tekanan darah menurun, frekuensi napas menurun, pergerakan bola 1?zata melambat, mimpi berkurang, metabolisme turun.

Perubahan selama proses NREM tampak melalui elektroensefalografi dengan mernperlihatkan gelombang otak berada pada setiap tahap tidur NREN4, vaitu: pertama, kewaspadaan penuh dengan gelombang beta yang berfrekuensi tinggi dan bervoltase rendah; kedua, istirohat tenang dapat diperlihatlcan pada gelombang alfa ketiga tidur ringan karena terjadi perlambatan gelombang alfa ke jenis teta atau delta yang bervoitase rendah; dan keempat, tidur nyenyak gelombang lambat dengan geiombang delta bervoltase tinggi dengan kecepatan 1-2 per detik.

Tahapan tidur jenis NREM
Tahap I
Tahap ini adalah tahap transisi antara bangi.rn dan tidur dengan ciri sebagai berikut: rileks, masih sadar dengan lingkungan, merasa mengantuk, bola mata bergerak dari samping ke samping, frekuensi Nadi dan napas sedikit menurun, dapat bangun segera selama tahap ini berlangsung selama 5 menit.

Tahap II
Tahap ini merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun dengan ciri sebagai berikut: mata pada umumnya menetap, denyut jantung dan frekuensi napas menurwn. temperatur tubuh menurun, metabolisme menurun, berlangsung pendek dan berakhir 10-15 menit

Tahap III
Tahap ini merupakan tahap tidur dengan ciri denyut nadi dan frekuensi napas dan proses tubuh lainnya lambat, disebabkan adanya dominasi sistem saraf parasimpatis sulit untuk bangun.

Tahap IV
Tahap ini merupakan tahap tidur dalam dengan ciri kecepatan jantung dan pernapasan turun, jarang bergerak, dan sulit dibangunkan, gerak bola mata cepat, sekresi lambung menurun, dan tonus otot menurun.

2. Tidur paradoks /tidur REM (rapid eye movement)
Tidur jenis ini dapat bcrlangsung pada tidur malam yang terjadi selama 5 - 20 menit, rata-rata timbul 90 menit. Periode pertama terjadi 80-100 menit, akan tetapi apabila kondisi orang sangat lclah maka awal tidur sangat cepat bahkan jemis tidur ini tidak ada. Ciri tidur REM adalah sebagai berikut:
a. Biasanya disertai dengan mimpi aktif.
b. Lebih sulit dibangunkan daripada selama tidur nyenyak
c. Tonus otot selama tidur nyenyak sangat tertekan, menunjukkan inhibisi kuat proyeksi spinal atas sistcm pengaktivasi retikularis.
d. Frekuensi jantung dan pernapasan menjadi tidak teratur
e. Pada otot perifer terjadi beberapa gerakan otot yang tidak teratiur.
f. Mata cepat tertutup dan terbuka, nadi cepat dan tidak teratur, tekanan darah meningkat atau berfluktuasi, sekrcsi gaster meningIcat, dan metabolisme meningkati.
g. Tidur ini penting untuk kescimbangan mental, emosi, juga berperan dalam belajar, memori, dan adaptasi

FUNGSI DAN TUJUAN TIDUR
Fungsi dan tujuan masih belum diketahui secara jelas. Meskipun demikian, tidur diduga bermanfaat untuk menjaga keseimbangan mental, emosional, dan kesehatan. Sclain itu, stres pada paru, sistem kardiovaskuler, endokrin, dan lain-lainnya juga menurun aktivitasnya. Energi yang tersimpan selama dari tidur diarahkan untuk fungsi-fungsi seluler yang penting. Secara umum terdapat dua efek fisiologis tidur, pertama efek pada sistem saraf yang dipeerkirakan dapat memulihkan kepekaan normal dan kcaeimbangan di antara berbagai susunan saraf. Kedua, efek pada struktur tubuh dengan memulihkan kesogaran dan fungsi organ dalam tubuh, mengingat tierjadinya penurunan aktivitas organ¬organ tubuh tersebut selama tidur.

KEBUTUHAN TIDUR
Kebutuhan tidur pada manusia tcrgantung pada tingkat perkembangan,
Tabel 1.11 ini merangkum kebutuhan tidur manusia berdasarkan usia.
Tabel 1\Kebutuhan Tidur Manusia
Umur
0 - 1 bulan Tingkat Perkembangan
Bayi baru lahir Jumlah Kebutuhan tidur
14 - 18 jam/hr
1 bulan - 18 bulan Masa bayi 12 - 14 jam/ hari
18 bulan - 3 tahun Masa anak 11 - 12 jam/hari
3 tahun - 6 tahun Masa prasckolah 11 jam/hari
6 tahun - 12 tahun Masa sekolah 10 jam/ hari
12 tahun - 18 tahun Masa remaja 8,5 jam/hari
18 - 40 tahun Masa dewasa 7 - 8 jam/hari
40 tahun - 60 tahun Masa muda paruh baya 7 jam/hari
60 tahun keatas Masa dewasa tua 6 jam/hari

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TIDUR
Kualitas dan kuantitas tidur dipengaruhi oleh beberapa faktor. Kualitas terscbut dapat menunjukkan adanya kemampuan individu untuk tidur dan memperoleh jumlah istirahat sesuai dengan kebutuhannya. Di antara faktor yang dapat memengaruhinya adalah:
1. Penyakit
Sakit dapat memengaruhi kebutuhan tidur seseorang. Banyak penyakit yang dapat memperbesar kebutuhan tidur seperti penyakit yang disebabkan olch infeksi, terutama infeksi limpa. Infeksi limpa berkaitan dengan keletihan, sehingga penderitanya membutuhkan lebih banyak waktu tidur untuk mengatasinya. Banyak juga keadaan sakit yang menjadikan pasien kurang tidur, bahkan tidak bisa tidur.

2. Latihan dan kelelahan
Keletihan akibat aktivitas yang tinggi dapat memerlukan lebih banyak tidur untuk menjaga keseimbangan encrgi yang telah dikeluarkan. lIal tersebut tcrlihat pada seseorang yang telah melakukan aktivitas dan menc:apai kclelahan. Maka, orang tersebut akan lcbih cepat untuk dapat tidur karena tahap tidur gelombang lambatnya diperpendek.

3. Stres psikologis
Kondisi stres psikologis dapat terjadi pada sescorang akibat kc;tegangan jiwa. Seseorang yang memiliki masalah psikologis akan mengalami kegelisahan sehingga sulit untuk tidur.

4. Obat
Obat dapat juga memengaruhi proses tidur. Beberapa jenis obat yang mempengaruhi proses tidur jenis golongan obat diuretik dapat menyebabkan insomnia, antidepresan dapat menekan, kafein dapat meningkatkan saraf simpatis yang menyebabkan kesulitan untuk tidur, golongan beta bloker dapat berefek pada timbulnya insomnia dan golongan narkotik dapat mcnekan RF:M sehingga mudah mengantuk.

5. Nutrisi
Terpenuhinya kebutuhan nutrisi yang cukup dapat mempercepat proses tidur. Konsumsi protein yang tinggi maka sescorang tersebut akan mempercepat proses tcrjadinya tidur, karcna dihasilkan triptofan yang merupakan asam amino hasil pencernaan protein yang dicerna dapat membantu mudah tidur. Demikian sebaliknya, kebutuhan gizi yang kurang dapat juga memengaruhi prosca tidur, bahkan terkadang sulit untuk tidur.

6. Lingkungan
Keadaan lingkungan yang aman dan nyaman bagi scseorang dapat mempercepat proses terjadinya tidur. Sebaliknya lingkungan yang tidak aman dan nyaman bagi seseorang dapat menyebabkan hilangnya ketenangan sehingga mempengaruhi proses tidur.

7. Motivasi
Motivasi merupakan suatu dorongan atau keinginan seseorang untuk tidur, dapat memengaruhi proses tidur. Selain itu, adanya keinginan untuk tidak tidur dapat mcnimbulkan gangguan proses tidur.



"
Baca selengkapnya - Fisiologi Tidur

Perawatan Diri pada Alat Kelamin

Perawatan Diri pada Alat Kelamin
Perawatan diri pada alat kelamin yang dimaksud adalah pada alat kclamin perempuan, yaitu perawatan diri pada organ eksterna yang terdiri atas mons veneris, terletak di depan simpisis pubis, labia mayora yang merupakan dua lipatan besar yang membenntuk vulva, labia minora dua lipatan kecil di antara atas labia mayora, klitoris sebuah jaringan erektil yang serupa dengan penis laki-laki, kemudian juga bagian yang terkait di sc;kitarnya seperti uretra, vagina, perineum, dan anus.

Cara Vulva Higiene
Merupakan tindakan keperawatan pada pasien yang tidak mampu membersihkan vulva sendiri. Tujuannya adalah mencegah terjadinya infcksi pada vulva dan menjaga kebersihan vulva.
Alat dan Bahan:
1. Kapas sublimat atau desinfektan.
2. Pinset.
3. Bengkok.
4. Pispot.
5. Tempat membersihkan (cebok) yang berisi larutan.
6. Desinfektan sesuai dengan kebutuhan.
7. Pengalas.
8. Sarung tangan.

Prosedur Kerja:
1. Jelaskan prosedur pada pasien.
2. Cuci tangan.
3. Atur posisi pasien dengan posisi dorsal recumberl.
4. Pasang pengalas dan pispot, kemudian dile°takkan di bawah glutea pasien.
5. Gunakan sarung tangan.
6. Lakukan tindakan perawatan kebersihan vulva dcngan meletakkan tangan kiri untuk mcmbuka vulva memakai kapas sublimat dan tangan kanan mcnyiram vulva dengan Iarutan desinfektan.
7. Kemudian ambil kapas sublimat dengan pinset lalu bersihkan vulva dari atas ke bawah dan kapas kotor dibuang ke bengkok. Lakukan hingga bersih.
8. Setelah selesai ambil pispot dan atur posisi pasien.
9. Cuci tangan.



"
Baca selengkapnya - Perawatan Diri pada Alat Kelamin

Perawatan Diri pada Mulut dan Gigi

Perawatan Diri pada Mulut dan Gigi
Gigi dan mulut adalah bagian penting yang harus dipertahankan kebersihannya sebab melalui organ ini bc:rbagai kuman dapat masuk. Banyak organ yang berada dalam mulut seperti orofaring, kelenjar parotid, tonsil, uvula, kelenjar sublingual, kelenjar submaksilaris, dan lidah.

Masalah yang sering tc;rjadi pada kebersihan gigi dan mulut, antara lain:
1. Halitosis, bau napas tidak sedap yang dapat discbabkan adanya kuman atau lainnya.
2. Ginggivitas, radang pada daerah gusi.
3. Karies, radang pada gigi.
4. Stomatitis, radang pada daerah mukosa atau
5. Feridontal disease (gusi yang mudah berdarah dan bengkak).
6. Glostiitis, radang pada lidah.
7. Chilosis, bibir yang pecah-pecah.

Cara Perawatan Gigi dan Mulut
Merupakan tindakan keperawatan pada pasien yang tidak mampu mempertahankan kebc:rsihan mulut dan gigi dengan cara membc:rsihkan serta menyikat gigi dan mulut secara teratur. Tujuan perawatan ini adalah mencegah infeksi pada mulut akibat kerusakan pada daerah gigi dan mulut, membantu menambah nafsu makan dan menjaga kebcrsihan gigi dan mulut.
A1at dan Bahan:
1. Handuk dan kain pengalas.
2. Gelas kumur berisi.
a. Air masak/NaCI.
b. Obat kumur.
c. Boraks gliserin.
3. Spatel lidah telah dibungkus dengan kain kasa.
4. Kapas lidi.
5. Bengkok.
6. Kain kasa.
7. Pinset atau arteri klem.
8. Sikat gigi dan pasta gigi.

Prosedur Kerja:
1. Jelaskan prosedur pada pasien.
2. Cuci tangan.
3. Atur posisi pasien.
4. Pasang handuk di bawah dagu dan pipi pasien.
5. Ambil pinset dan bungkus dengan kain kasa yang berisi air dan NaCI.
6. Anjurkan pasien untiuk membuka mulut dengan sudip lidah bila pasien tidak sadar.
7. Lakukan pembersihan di mulai dari dinding rongga mulut, gusi, gigi, lidah, bibir bila sudah kotor letakkan di bengkok.
8. Lakukan hingga bersih setelali itu oleskan boraks gliserin.
9. Untuk perawatan gigi lakukan penyikatan dengan gerakan naik turun dan bilas lalu keringkan.
10. Cuci tangan.



"
Baca selengkapnya - Perawatan Diri pada Mulut dan Gigi

Perawatan Diri pada Rambut

Perawatan Diri pada Rambut
Rambut merupakan bagian dari tubuh yang memiliki fungsi proteksi dan pengatur suhu. lndikasi perubahan status kesehatan diri juga dapat dilihat dari rambut. Sec:ara anatomis rambut terdiri atas bagian batiang, akar rambut, sarung akar, folikel rambut, serta kelenjar sebasea.
Berbagai masalah yang terjadi pada rambut di antaranya:
1. Kutu.
2. Ketombe.
3. Alopecia (botak).
4. Seborrheic dermatitis (radang pada kulit di rambut).

Cara Perawatan Rambut
Merupakan tindakan keperawatan pada pasien yang tidak mampu memenuhi kebutuhan perawatan diri dengan c;ara mencuci dan menyisir rambut. Tujuannya adalah membersihkan kuman-kuman yang ada pada kulit kepala, menambah rasa nyaman, membasmi kutu atau ketombe yang melekat pada kulit, serta memperlancar sistem peredaran darah di bawah kulit.
Alat dan Bahan:
1. Handuk secukupnya.
2. Perlak atau pengalas.
3. Baskom berisi air hangat.
4. Sampo atau sabun dalam tempatnya.
5. Kasa dan kapas.
6. Sisir.
7. Bengkok.
8. Gayung.
9. Ember kosong.

Prosedur Kerja:
1. Jelaskan prosc;dur pada pasien.
2. Cuci tangan.
3. Tutup jendcla atau pasang sampiran.
4. Atur posisi pasien dengan tidur.
5. Letakkan baskom di bawah tempat tidur tepat di bawah kepala pasien.
6. Pasang perlak atau pcngalas di bawah kepala dan sambungkan kearah bagian baskom dengan pinggir digulung.
7. Tutup telinga dengan kapas.
8. Tutup dada dengan handuk sampai ke leher.
9. Kemudian sisir rambut dan lakukan pencucian dengan air hangat, selanjutnya menggunakan sampo dan bilas dcngan air hangat sambil dipijat.
10. Setelah selesai keringkan.
11. Cuci tangan.


"
Baca selengkapnya - Perawatan Diri pada Rambut

Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Cairan dan Elektrolit

Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
Kebutuhan cairan elektrolit dalam tubuh dipengaruhi oleh faktor-faktor:
  1. Usia perbedaan usia menen.tukan luas permukaan tubuh serta aktivitas organ, sehingga dapat me:mengaruhi jumlah kebutuhan cairan dan elektrolit.
  2. Temperatur yang tinggi menyebabkan proses pengeluaran c:airan melalui keringat cukup banyak, sehingga tubuh akan banyak kehilangan cairan.
  3. Diet apabila tubuh kekurangan zat gizi, maka tubuh akan memecah c:adangan makanan yang tersimpan dalam tubuh sehingga terjadi pergeerakan c;airan dari interstisial ke interseluler, yang dapat berpengaruh pada jumlah pe:menuhan kebutiuhan cairan.
  4. Stres dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan c:airan dan caektrolit, melalui proses peningkatan produksi ADI-I, karena pada proses ini dapat meningkatkan metabolisme sehingga mengakibatkan terjadinya glikolisis otot yang dapat menimbulkan retensi natrium dan air.
  5. Sakit pada keadaan sakit terdapat banyak sel yang rusak, sehingga untuk

HC03 plasma pH Plasma paC02 Plasma Gangguan Asam-Basa
meningkat menurun meningkat asidosis respiratorik
menurun menurun menurun asidodsis metabolik
menurun meningkat menurun alkalosis respiratorik
meningkat meningkat meningkat alkalosis metabolik

memperbaikinya sel membutuhkan proses pemenuhan kebutuhan cairan yang cukup. Keadaan sakit menimbulkan ketidakscimbangan sistem dalam tubuh seperti ketidakseimbangan hormonal yang dapat mengganggu keseimbangan keebutuhan cairan.

TINDAKAN UNTUK MENGATASI MASALAH/GANGGUAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
1. Pemberian Cairan Melalui Infus
Pemberian cairan melalui ifus merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien dengan c:ara memasukan cairan melalui intra vena dengan bantiuan pe°rangkat infus, dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan cairan dan celektrolit se:rta sebagai tindakan pengobatan dan pemberian makan.
Alat dan Bahan:
1. Standar infus.
2. Perangkat infus.
3. Cairan sesuai dengan kebutuhan pasien.
4. Jarum infus/aboath atau sejenisnnya sesuai dengan ukuran.
5. Pengalas.
6. Tourniquet/pembendung.
7. Kapas alkohol 70%.
8. Plester.
9. Gunting
10. Kasa Steril
11. Betadine
12. Sarung tangan

Prosedur Kerja:
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3. Hubungkan cairan dan infus set dengan menusukan ke dalam botol infus (cairan).
4. Isi cairan ke dalam perangkat infus dengan menekan bagian ruang tetesan hingga ruangan tetesan terisi sebagian dan buka penutup hingga selang terisi dan keluar udaranya.
5. Letakkan pengalas.
6. Lakukan pembendungan dengan tourniquet.
7. Gunakan sarung tangan.
8. Desinfeksi daerah yang akan ditusuk.
9. Lakukan penusukkan dengan arah jarum ke atas.
10. Cek apakah sudah mengenai vena (cirinya adalah darah keluar melalui jarum infus/ abocath. )
11. Tarik jarum infus dan hubungkan de;ngan sdang infus.
12. Buka tetesan.
13. :akukan desinfe;ksi dengan Betadine dan tutup de:ngan kasa steril.
14. Beri tanggal, dan jam pelaksanaan infus pada plester.
15. Catat respons yang terjadi
16. Cuci tangan.

Cara Menghitung Tetesan Infus:
a. Dewasa:
Jumlah cairan yang masuk
Tetesan/Menit =
Lamanya infus (jam) x 3

b. Anak:
Jumlah cairan yang masuk
Tetesan per menit (mikro)=
Lamanya infus (jam)

2. Tranfusi Darah
Transfusi darah merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien yang membutuhkan darah dengan c;ara memasukkan darah me;lalui vena dengan menggunakan seperangkat alat tranfusi. Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan darah dan memperbaiki perfusi jaringan.
Alat dan Bahan:
1. Standar infus.
2. Perangkat tranfusi .
3. NaCl 0,9%.
4. Darah sesuai dengan kebutuhan pasien.
5. Jarum infus/abocath atau sejenisnya sesuai dengan ukuran.
6. Pengalas.
7. Tourniquet/pembendung.
8. Kapas alkohol 70%.
9. Plester
10. Gunting
11. Kasa steril.
12. Betadine
13. Sarung tangan.

Prosedur Kerja:
1. Cuci tiangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3. Hubungkan cairan NaCI 0,9% dan perangkat tranfusi dengan cara menusukan.
4. Isi cairan NaCI 0,9% ke dalam perangkat tiranfusi dengan menekan bagian ruang tetesan hingga ruangan tetesan terisi sebagian dan buka penutup hingga selang terisi dan keluar udaranya.
5. Letakan pengalas.
6. Lakukan pembendungan dengan tourniquet.
7. Gunakan sarung tangan.
8. Desinfeksi daerah yang akan ditusuk.
9. Lakukan penusukan dengan arah jarum ke atas.
10. Cek apakah sudah mengenai vena dengan ciri darah keluar melalui jarum infus/ abocath.
11. Tarik jarum infus dan hubungkan dengan sdang tranfusi.
12. Buka tetesan.
13. hakukan deainfeksi dengan Be;tadine dan tutup dengan kasa steril.
14. Beri tanggal, dan jam pelaksanaan infus pada plester.
15. Setelah NaCl 0,9% masuk kurang lebih 15 me:nit ganti dengan darah yang sudah disiapkan.
16. Darah sebelum dimasukkan terlebih dahulu, cek warna darah, identitas pasien, jenis golongan darah, dan tanggal kadaluwarsa.
17. hakukan observasi tanda-tanda vital selama pemakaian transfusi.
18. Catat respons terjadi
19. Cuci tangan.



"
Baca selengkapnya - Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Cairan dan Elektrolit

Sistem Tubuh yang Berperan dalam Eliminasi Urine

Sistem Tubuh yang Berperan dalam Eliminasi Urine
Sistem Tubuh yang Berperan dalam Eliminasi Urine eliminasi urine adalah ginjal, ureter, kandung kemih dan uretra
Saluran perkemihan dilapisi membran mukosa, dimulai dari meatus uretra hingga ginjal. Meskipun mikroorganisme secara normal tidak ada yang bisa melewati uretra bagian bawah, namun membran mukosa ini pada keadaan patologis yang terus menerus akan menjadikannya sebagai media yang baik untuk pertumbuhan beberapa patogen.

Proses Berkemih
Kemih merupakan proses pengosongan vesika urinaria (kandung kemih). Jika urinaria dapat menimbulkan rangsangan saraf bila urinaria berisi kurang 450 cc (pada orang dewasa) dan 200-250 cc (pada anak-anak). Mekanisme berkemih terjadi karena vesika urinaria berisi urine yang dapat menimbulkan rangsangan pada saraf-saraf di dinding vesika urinaria. Kemudian ,sangan tersebut diteruskan melalui medulla spinalis ke pusat pengontrol yang terdapat di korteks serebral. Selanjutnya otak memberikan impuls/rangsangan melalui medulla spinalis ke neuromotoris di daerah sakra;, kemudian terjadi koneksasi otot detrusor dan relaksasi otot sfingter internal. Urine dilepaskan dari vesika urinaria, tetapi masih tertahan sfingter eksternal. Jika waktu dan tempat memungkinkan akan menyebabkan relaksasi sfingter eksternal dan kemungkinan dikeluarkan (berkemih).

Komposisi Urine:
1. Air (96''0).
2. Larutan (4 °Xa).
a. Larutan organik:
Urea, ammonia, kreatin, dan asam nitrat
b. Larutan anorganik
Natrium (sodium), klorida, kalium lpasium, sulfat, magnesium, fosfor. Natrium klorida merupakan gararn anorganik yang paling banyak.



"
Baca selengkapnya - Sistem Tubuh yang Berperan dalam Eliminasi Urine

Faktor yg Mempengaruhi Eliminasi Urine

Faktor yg Mempengaruhi Eliminasi Urine
1. Diet dan Asupan (intake)
Jumlah dan tipe makanan merupakan faiKtcw utama yang memengaruhi output urine (jumlah urine). Protein dapat menentukan jumlah urine yang dibentuk. Selain itu, juga dapat meningkatkan pembentukan urine.

2. Respons Keinginan Awal untuk Berkemih
Kebiasaan mengabaikan keinginan awal untuk berkemih dapat menyebabkan urine banyak tertahan di dalam urinaria sehingga memengaruhi ukuran vesika urinaria dan jumlah urine.

3. Gaya Hidup
Perubahan gaya hidup dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi dalam kaitannya terhadap tersedianva fasilitas toilet.

4. Stres Psikologis
Meningkatnya stres dapat mengakibatkan meningkatnya frekuensi keinginan berkemih. Hal ini karena meningkatnya sensitivitas untuk keinginan berkemih dan jumlah urine yang diproduksi.

5. Tingkat Aktivitas
Eliminasi urine membutuhkan tonus otot vesika urinaria yang baik untuk fungsi sfingter. Hilangnya tonus otot vesika urinaria menyebabkan kemampuan pengontrolan berkemih menurun dan kemampuan tonus otot didapatkan dengan beraktivitas.

6. Tingkat Perkembangan
Tingkat pertumbuhan dan perkembangan juga dapat memengaruhi pola berkemih. I-Ial tersebut dapat ditemukan pada anak, yang lebih memiliki mengalami kesulitan untuk mengontrol buang air kecil. Namun dengan usia kemampuan dalam mengontrol buang airkecil

7. Kondisi Penyakit
Kondisi penyakit dapat memengaruhi produksi urine, seperti diabetes melitus.

8. Sosiokultural
Budaya dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi urine, seperti adanya kultur pada masyarakat tertentu yang meaarang untuk buang air kecil di tempat tertentu.

9. Kebiasaan Seseorang
Seseorang yang memiliki kebiasaan berkemih di mengalamikesulitan untuk berkemih dengan melalui urineal/pot urine bila dalam keadaan sakit.

10. Tonus Otot
Tonus otot yang memiliki peran penting dalam membantu proses berkemih adalah otioti kandung kemih, otot abdomen dan pelvis. Ketiganya sangat berperan dalam kontraksi pengontirolan pengeluaran urine.

11. Pembedahan
Efek pembedahan dapat menye;babkan penurunan pemberian obat anestesi menurunkan filtrasi glomerulus yang dapat jumlah produksi urine karena dampak dari

12. Pengobatan
Pemberiantindakanpengobatandapatberdampakpadaterjadinyapeningkatan atau penurunan -proses perkemihan. Misalnya pemberian diure;tik dapat meningkatkan jumlah urine, se;dangkan pemberian obat antikolinergik dan antihipertensi dapat menyebabkan retensi urine.

13. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik ini juga dap'at memengaruhi kebutuhan eliminasi urine, khususnya prosedur-prosedur yang berhubungan dengan tindakan pemeriksaan saluran kemih seperti IVY (intra uenus pyelogram), yang dapat membatasi jumlah asupan sehingga mengurangi produksi urine. Se;lain itu tindakan sistoskopi dapat menimbulkan edema lokal pada uretra yang dapat mengganggu pengeluaran urine.
Baca selengkapnya - Faktor yg Mempengaruhi Eliminasi Urine

Gangguan Masalah Kebutuhan Eliminasi

Gangguan Masalah Kebutuhan Eliminasi
1. Retensi Urine
Merupakan penumpukan urine dalam kandung kemih akibat ketidakmampuan kandung kemih untuk mengosongkan kandung kemih, sehingga menyebabkan distemsi veaika urinaria, atau merupakan keadaan ketika seseorang me:ngalami pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap. Dalam keadaan distensi, vesika urinaria dapat menampung urine sebanyak 3000-4000 ml urine.

Tanda klinis retensi:
a. Keaidaknyamanan daerah pubis.
b. Distensi vesika urinaria
c. Ketidaksanggupan untuk berkemih.
d. Sering berkemih saat vesika urinaria berisi sedikit urine (25-50 ml).
e. Ketidakseirribangan jumlah urine yang dikeluarkan dengan asupannya.
f. Meningkat keresahan dan keinginan berkemih.
g. Adanya urine sebanyak 3000-4000 ml dalam kandung kemih.

Penyebab
a. Operasi pada daerah abdomen bawah, pelvis vesika urinaria.
b. Trauma sumsum tulang belakang.
c. Tekanan uretra yang tinggi disebabkan oleh otot detrusor yang lemah
d. Sfingter yang kuat.
e. Sumbatan (striktur uretra, pembesaran kelenjar prostat).

2. Inkontinensia Urine
Adalah ketidakmampuan otot sfingter eksternal sementara atau menetap untuk mengontrol ekskresi urine. Secara umum penyebab dari inkontinensia urine adalah: proses penuaan (aging process), pembesaran kelenjar prostati, penurunan kesadaran, penggunaan obat narkotik dan sedatif.

3. Enuresis
Enuresis merupakan ketidaksanggupan menahan kemih (memgompol) yang diakibatkan tidak mampu mengontrol spingter eksterna enuresis biasanya terjadi pada anak atau orang jompo. Umumnya terjadi pada malam hari (noeturnal enuresis).

Faktor penyebab enuresis:
  1. Kapasitas vesika urinaria lebih besar dari normal.
  2. Anak-anak yang tidurnya bersuara dan tanda-tanda dari indikasi keinginan kxerke;mih tidak diketahui, yang mengakibatkan ierlambatnya bangun tidur untuk ke kamar mandi.
  3. Vesika urinaria peka rangsang dan seterusnya tidak dapat menampung urinoc dalam jumlab besar.
  4. Suasana emosional yang tidak menyenangkan di rumah (misalnya persaingan dengan saudara kandung atau ce:ke;ok dengan orangtua).
  5. Orang tua yang mempunyai pendapat bahwa anaknya akan mengatiasi kebiasaannya tanpa dibantu untuk mendidiknya.
  6. Infeksi saluran kemih atau perubahan Fisik atau neurologis sistem perkemihan.
  7. Makanan yang banyak mengandung garam dan mineral.
  8. Anak yang takut jalan gelap untuk ke kamar mandi.
4. Perubahan Pola Eliminasi Urine
Perubahan pola eliminasi urine merupakan keadaan seseorang yang mengalami gangguan pada eliminasi urine yang dis<:babkan oleh obstruksi anatomis, ke;rusakan motorik sensorik, infeksi saluran kemih. Perubahan pola eliminasi terdiri atas:
a. Frekuensi.
Frekuensi merupakan banyaknya jumlah berkemih dalam sehari. Meningkatnya frekuensi berkemih dikarenakan meningkatnya jumlah cairan yang masuk. Frekuensi yang tinggi tanpa suatu tekanan asupan cairan dapat diakibatkan karena sistitis. Frekuensi tinggi dapat ditemukan juga pada ke:adaan stres atau hamil.

b. Urgensi.
Adalah perasaan seseorang yang takut mengalami inkontinensia jika tidak berkemih. Pada umumnya, anak kecil memiliki kemampuan yang buruk dalam mengontrol sfingter eksternal. Yerasaan segera ingin berkemih biasanya terjadi pada anak karena komampuan sfingter untuk mengontrol berkurang.

c. Disuria.
Disuria adalah rasa sakit dan kesulitan dalam berkemih. Hlal ini sering ditemukan pada penyakit infeksi saluran kemih, trauma, dan striktur uretra.

d. Poliuria.
Poliuria merupakan produksi urine abnormal dalam jumlah besar oleh ginjal, tanpa adanya peningkatan asupan cairan. Hal ini biasanya dapat ditemukan pada penyakit diabetes melitus dan penyakit ginjal kronis.

e. Urinaria supresi.
Urinaria supresi adalah berhentinya produksi urine secara mendadak. Sec:ara normal urine diproduksi oleh ginjal secara terus-menerus pada kecepatan 60-120 ml/jam.

TINDAKAN MENGATASI MASALAH ELIMINASI URINE
Pengumpulan Urine untuk Bahan Pemeriksaan
Mengingat tujuan pemeriksaan dengan bahan urine te rsebut berbeda-beda, maka dalam pengambilan atau pengumpulan urine juga dibedakan sesuai dengan tujuannya. Di antara cara pengambilan urine tersebut antara lain: pengambilan urine biasa, pengambilan urine steril, dan pengumpulan selama 24 jam.
  1. Pengambilan urine biasa merupakan pengambilan urine dengan cara mengeluarkan urine sec:ara biasa yaitu buang air kecil. Pengambilan urine biasa ini biasanya digunakan untuk pemeriksaan kadar gula dalam urine, pemeriksaan kehamilan, dan lain-lain.
  2. Pengambilan urine steril merupakan pengambilan urine de:ngan menggunakan alat stieril, dilakukan dengan cara kateterisasi atau fungsi suprapubis yang bertujuan mengetahui adanya infeksi pada uretra, ginjal, atau saluran kemih lainnya.
  3. Pengambilan urine selama 24 jam merupakan pengambilan urine yang dikumpulkan dalam waktu 24 jam, bertujuan untuk mengetahui jumlah urine selama 24 jam dan mengukur berat jenis, asupan dan output, serta mengetahui fungsi ginjal.
Alat :
1. Botol penampung beserta penutup.
2. Etiket khusus.

Prosedur Kerja (untuk pasien mampu buang air kecil sendiri):
  1. Cuci tangan.
  2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
  3. Bagi pasien yangtidak mampu sendiri untuk buang air kecil maka bantu untuk buang air kecil (lihat prosedr menolong buang air kecil), keluarkan urine.z, setelah itu tampung ke dalam botol.
  4. Bagi pasien yang mampu untuk buang air kecil sendiri anjurkan pasien untuk buang air kecil biarkan urine yang pertama keluar dahulu, kemudian anjurkan menampung urine ke dalam botol.
  5. Catat nama pasien, dan tanggal pengambilan bahan pemeriksaan.
  6. Cuci tangan.
Menolong Buang Air Kecil dengan Menggunakan Urineal
Merupakan tindakan ke;perawatan dengan membantu pasien yang tidak mampu buang air ke°.cil sendiri di kamar kecil dengan menggunakan alat penapung (urineal) dengan tujuan manampung urine dan mengetahui kelainan dari urine (warna, dan jumlah).
Alat dan bahan:
1. Urineal.
2. Pengalas.
3. Tisu.

Prosedur Kerja:
1. Cuci tangan ,
2. Jelaskan prosedur pada pasien.
3. Pasang alas urineal di bawah glutea.
4. hepas pakaian bawah pasien.
5. Yasang urinceal di bawah glutea/pinggul atau di antara kedua paha.
6. Anjurkan pasien untuk berkemih.
7. Setelah selesai rapikan alat.
8. Cuci tiangan, catat warna, dan jumlah produksi urine.

Melakukan Kateterisasi
Kateterisasi merupakan c:ara memasukkan kate;ter ke dalam kandung kemih melalui uretira yang bertujuan membantu memenuhi kebutuhan eliminasi, se;bagai pengambilan bahan pemeriksaan. Pelaksanaan kateterisasi te:rbagi menjadi dua tipe: tipe intermiten (straight katetier) dan tipe; indwelling (foley kateter).
Indikasi:
Tipe Intermiten
a. Tidak mampu berkemih 8-12 jam setelah operasi. .
b. Reetensi akut setelah trauma uretra.
c. 'fidak mampu berkemih akibat obat sedatif atau analgesik. d. Cedera tulang belakang.
e. l)egenerasi neuromuskular secara progresif.
f. Untuk me:ngeluarkan urine residual.

Tipe Indwelling
a. Obstruksi aliran urine.
b. J'os1 p urelra dan strukfur disekitarnya (TUR-P).
c. Obstruksi uretra.
d. Inkontinensia dan disorientasi berat.
Baca selengkapnya - Gangguan Masalah Kebutuhan Eliminasi

Elimanasi ALVI (Buang Air Besar)

Elimanasi ALVI (Buang Air Besar)
ELIMINASI ALVI (BUANG AIR BESAR)
Sistem yang Berperan dalam Eliminasi ALVI
Sistem tubuh yang memiliki peran dalam prosf;s eliminasi alvi (buang air besar) adalah sistem gastrointestinal bawah yang meliputi usus halus dan usus besar. Usus halus terdiri atas duodenum, jejunum, dan ileum dengan panjang kurang lebih 6 meter dengan diameter 2,5 cm, serta berfungsi absorpsi elektrolit Na', Cl-, K, Mg', HC03, dan kalsium. Usus besar dimulai dari rektum, kolon hingga anus yang memiliki panjang kurang lebih 1,5 meter atau 50-F0 inci dengan diameter 6 cm. Usus besar merupakan bagian bawah atau bagian ujung dari saluran pencernaan, dimulai dari katup ileum caecum sampai ke dubur (anus).

Pada batas antara usus besar dan ujung usus halus terdapat katup ilcocaecal. Katup ini biasanya mencegah zat yang masuk ke usus beaar sebelum waktunya, dan menc:egah produk buangan untuk kembali ke usus halus. Produk huangan yang memasuki usus besar isinya berupa c;airan. Setiap hari saluran anus menyerap sekitar 800-1000 ml cairan. Penyerapan inilah yang menye:babkan feses mempunyai bentuk dan setengah padat. Jika penyerapan tidak baik, produk buangan c:epat melalui usus besar, feses itu lunak dan berair. Kalau feses terlalu lama dalam usus besar, maka terlalu banyak air yang diserap sehingga feaes menjadi kering dan keras.

Kolon sigmoid mengandung feses yang sudah siap untuk dibuang dan diteruskan ke dalam rektum. Panjang rektum 12 cm (5 inci), 2,5 cm (1 inci) merupakan saluran anus. Dalam rektum terdapat tiga lapisan jaringan transversal. Segitiga lapisan terse;but merupakan rektum yang menahan feses untuk sementara, dan setiap lipatan lapisan tersebut mempunyai arteri dan vena.

Gerakan peristaltik yang kuat dapat mendorong feses ke depan. Uorakan ini terjadi 1-4 kali dalam waktu 24 jam. Peristaltik sering terjadi sesudah makan. Biasanya 1/2-1/3 dari produk buangan hasil makanan di<;ernakan dalam waktu 24 jam, dibuang dalam feses dan sisanya sesudah 24-48 jam berikutnya.

Makanan yang diterima oleh usus halus dari lambung dalam bentuk setengah padat, atau dikenal dengan nama chyme, baik berupa air, nutrien, maupun elektrolit kemudian akan diabsorbsi. Usus akan mensekresi mukus, kalium, bikarbonat, dan enzim. Se:cara umum, kolon berfungsi sebagai tempati absorpsi, proteksi, sekresi, dan eliminasi. Proses perjalanan makanan dari mulut hingga sampai rektum me;mbutuhkan waktu selama 12 jam. Proses perjalanan makanan, khususnya pada daerah kolon, memiliki beberapa gerakan, di antaranya haustral suffing atiau dikenal sebagai gerakan mencampur zat makanan dalam bentuk padat untuk mengabsorpsi air, ke;mudian diikuti dengan kontraksi haustral atau gerakan mendorong zat makanan/air pada daerah kolon dan terakhir terjadi gerakan pe;ristaltik yaitu geerakan maju ke anus.
Otot lingkar (sf ngter) bagian dalam dan luar saluran anus menguasai pembuangan feses dan gas dari anus. 12angsangan motorik disalurkan oleh sistem simpatis dan rangsangan pe:nghalang oleh sistem parasimpatis (kraniosakral). Bagian dari sistem saraf otonom ini memiliki sistem kerja yang berlawanan dalam keseimbangan yang dinamis. Sfingter luar anus merupakan otot bergaris dan di bawah penguasaan parasimpatis. Baik di waktu sakit maupun sehat dapat terjadi gangguan pada fungsi normal pembuangan oleh usus yang dipengaruhi oleh jumlah, sifat cairan, makanan yang masuk, taraf kegiatan, dan keadaan emosi.



"
Baca selengkapnya - Elimanasi ALVI (Buang Air Besar)

Proses Buang Air Besar (Defekasi)

Proses Buang Air Besar (Defekasi)
Defekasi adalah proses pengosongan usus yang sering disebut buang air besar. 'Perdapat dua pusat yang momguasai refieks untuk defe:kasi, yang te:rletak di medula dan sumsum tulang belakang. Apabila terjadi rangsangan parasimpatis, sfingter anus bagian dalam akan mengendor dan usus besar mengucup. Reflek defe;kasi dirangsang untuk buang air beaar, kemudian sfingter anus bagian luar yang diawasi oleh sistem saraf parasimpatis, setiap waktu menguncup atau mengendor. Selama defekasi berbagai otot lain membantu proses itiu, seperti otot dinding perut, diafragma, dan otot-otot dasar pelvis.

Feses terdiri atas sisa makanan seperti selulosa yang tidak direncanakan dan zat makanan lain yang seluruhnya tidak dipakai oleh tubuh, berbagai macam mikroorganisme, sekresi kelenjar usus, pigmen empedu, dan cairan tubuh. feaes yang normal terdiri atas masa padat, berwarna coklat karena disebabkan ole;h mobilitas sebagai hasil reduksi pigmen empedu dan usus kecil.

Secara umum, terdapat dua macam refleks yang membantu proses defekasi yaitu pertama, refieks, defekasi intrinsik yang dimulai dari adanya zat sisa makanan (feses) dalam rektum sehingga terjadi distensi, kemudian flexus mesenterikus merangsang gerakan peristaltik, dan akhirnya feses sampai di anus, lalu pada saat sfingter interna relaksasi, maka terjadilah proses defekasi. Kedua, refieks defekasi parasimpatis. Adanya feses dalam rektum yang merangsang saraf rektum, ke spinal cord, dan merangsang ke kolon desenden, ke;mudian ke sigmoid, lalu ke rektum dengan gerakan peristaltik dan akhirnya terjadi relaksasi sfingte:r interna, maka terjadilah proses defekasi saat sfingter interna berelaksasi.



"
Baca selengkapnya - Proses Buang Air Besar (Defekasi)

Gangguan Masalah Eliminasi ALVI

Gangguan Masalah Eliminasi ALVI
Konstipasi
Konstipasi merupakan keadaan individu yang mengalami atau berisiko tinggi mengalami stasis usus besar sehingga menimbulkan caiminasi yang jarang atau keras, atau keluarnya tinja terlalu kering dan keras.
Tanda Klinis:
a. Adanya feses yang keras.
b. Defekasi kurang dari 3 kali seminggu.
c. Menurunnya bising usus.
d. Adanya keluhan pada rektum.
e. Nyeri saat mengejan dan defekasi.
f. Adanya perasaan masih ada sisa feses

Kemungkinan Penyebab:
  • Defek persarafan, kelemahan pelvis, imobilitas karena cedera serebrospinalis, CVA (cerebro uaskular accident) dan lain-lain.
  • Pola defekasi yang tidak teratur.
  • Nyeri saat defekasi karena hemoroid.
  • Menrunnya peristaltik karena stres psikologis.
  • Penggunaan obat seperti antasida, laksantif, atau anaestesi.
  • Proses menua (usia lanjut).

Diare

Diare merupakan keadaan individu yang mengalami atau beresiko sering mengalami pengeluaran feses dalam bentuk cair. Diare sering disertai kejang usus, mungkin ada rasa mual dan muntah.
Tanda Klinis:
a. Adanya pengcauaran feses cair.
b. Frekuensi lebih dari 3 kali sehari.
c. Nyeri/kram abdomen.
d. Bising usus meningkat.

Kemungkinan Penyebab:
a. Malabsorpsi atau inflamasi, proses infeksi.
b. Peningkatan peristaltik karena peningkatan metabolisme.
c. Efek tindakan pembedahan usus.
d. Isfek penggunaan obat seperti antasida, laksansia, antibiotik, dan lain-lain. e. Stres psikologis.

Inkontinensia Usus
Inkontiinesia usus merupakan keadaan individu yang mengalami perubahan kebiasaan dari proses de:fekasi normal mengalami proses pengeluaran fesca tak disadari. Hlal ini juga disebut sebagai inkontinensia alvi yang merupakan hilangnya kemampuan otot untuk mengontrol pengeluaran feses dan gas melalui sfingter akibat kerusakan sfingter.
Tanda Klinis:
a. Pengeluaran feeses yang tidak dikehendaki.

Kemungkinan Penyebab:
a. Gangguan sfingter rektal akibat cedera anus, pembedahan, dan lain¬lain.
b. Distensi rektum berlebih.
c. Kurangmya kontrol sfingter akibat cedera medula spinalis, CVA, dan lain-lain.
d. Kerusakan kognitif.

Kembung
Kembung merupakan keadaan penuh udara dalam perut karena pengumpulan gas secara berlebihan dalam lambung atau usus.

Hemorroid
Hemorroid merupakan keadaan terjadinya pelebaran vena di daerah anus sebagai akibat peningkatan tekanan di daerah anus yang dapat disebabkan karena konstipasi, perenggangan saat defe;kasi, dan lain-lain.

Fecal Impaction
Fecal impacaion merupakan masa feses keras dilipatan rektum yang diakibatkan oleh retensi dan akumulasi materi feses yang berkepanjangan. 1'enyebab konstipasi asupan kurang, aktivitas kurang, diet rendah serat, dan kele•.mahan tonus otot.

FAKTOR YANG MEMENGARUHI PROSES DEFEKASI
1. Usia
Setiap tahap perkembangan/usia memiliki kemampuan mengontrol proses defekasi yang berbeda. Bayi belum memiliki kemampuan mengontrol sec;ara penuh dalam buang air besar, sedangkan orang dewasa sudah memiliki kemampuan mengontrol secara penuh, kemudian pada usia lanjut proses pengontrolan tersebut mengalami penurunan.

2. Diet
Diet atau pola atau jenis makanan yang dikonsumsi dapat meme:ngaruhi proses defekasi. Makanan yang memiliki kandungan serat tinggi dapat membantu proses percepatan defekasi dan jumlah yang dikonsumsi pun dapat memengaruhinya.

3. Asupan cairan
Pemasukan cairan yang kurang dalam tubuh membuat defekasi menjadi keras oleh karena proses absorpsi air yang kurang sehingga dapat memengaruhi kesulitan proses defekasi.

4. Aktivitas
Aktivitas dapat memengaruhi proses defekasi karena melalui aktivitas tonus otot abdomen, pelvis, dan diafragma dapat membantu keelancaran proses defekasi, sehingga proses gerakan kelancaran proses defekasi.

5. Pengobatan
Pengabatan juga dapat me:mengaruhinya proses defeekasi seperti pengunaan obat-obatan laksatif atau antasida yang terlalu sering.

6. Gaya Hidup
Kebiasaan atau gaya hidup dapat memengaruhi proses defe:kasi. I-lal ini dapat terlihat pada seseorang yang memiliki gaya hidup se hat/kebiasaan melakukan buang air besar ditempat yang bersih atau toilet, maka ketika seseorang terse:but buang air besar ditempat yang terbuka atau tempat yang kotor maka ia akan mengalami kesulitan dalam proses defekasi.

7. Penyakit
Beberapa penyakit dapat memengaruhi proses defekasi, biasanya penyakit penyakit tersebut berhubungan langsung dengan sistem pencernaan seperti gastroenteristis atau penyakit infeksi lainya.

8. Nyeri
Adanya nyeri dapat memengaruhi kemampuan/keinginan untuk berdefekasi seperti nyeri pada kasus hemoroid, dan episiotomi.

9. Kerusakan Sensoris dan Motoris
Kerusakan pada sistem sensoris dan motoris dapat memengaruhi proses defekasi karena dapat menimbulkan proses penurunan stimulasi sensoris dalam berdefekasi. Hal tersebut dapat diakibatkan karena kerusakan pada tulang belakang atau kerusakan saraf lainnya.

TINDAKAN MENGATASI MASALAH ELIMINASI ALVI (BUANG AIR BESAR)
Menyiapkan Feses untuk Bahan Pemeriksaan
Menyiapkan feses untuk bahan pemeriksaan merupakan cara yang dilakukan untuk mengambil feses sebagai bahan pemeriksaan, yaitu pemeriksaan lengkap dan pemeriksaan kultur (pembiakan).
  1. Pemeriksaan feses lengkap merupakan pemeriksaan feses yang terdiri atas pemeriksaan warna, bau, konsistensi, lendir, darah, dan lain-lain.
  2. Pemeriksaan feses kultur merupakan pemeriksaan feses melalui biakan dengan cara toucher (lihat prosedur pengambilan feses melalui tangan).
Alat:
1. Tempat penampung atau botol penampung beserta penutup.
2. Etiket khusus.
3. Dua batang lidi kapas sebagai alat untuk mengambil feses.

Prosedur Kerja:
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3. Anjurkan untuk buang air besar lalu ambil feses melalui lidi kapas yang telah dikoluarkan. Setelah selesai anjurkan untuk membe;rsihkannya daerah sekitar anus.
4. Elsupan bahan pemeriksaan ke dalam botol yang telah disediakan.
5. Catat nama pasien dan tanggal pengambilan bahan peme;riksaan.
6. Cuci tiangan.

Menolong Buang Air Besar dengan Menggunakan Pispot
Menolong buang air besar dengan menggunakan pispot merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien yang tidak mampu buang air . beaar sec:ara sendiri di kamar kecil dengan cara membantu menggunakan pispot (penampung) untuk buang air besar di tempat tidur, dengan tujuan me:menuhi kebutuhan eliminasi alvi.
Alat dan Bahan:
1. Alas/perlak.
2. Pispot.
3. Air besih.
4. Tisu.
5. Sampiran apabila tempat pasien di bangsal umum.
6. Sarung tangan.

Prosedur Kerja:
1. Cuci tangan.
2. JElaskan prosedur yang akan dilaksanakan.
3. Pasang sampiran kalau di bangsal umum.
4. Gunakan sarung tangan.
5. Pasang pengalas di bawah glutea.
6. Mempatkan pispot di antara pengalas tepat di bawah glutea dengan posisi bagian lubang pispot. tepat di bawah rektum.
7. Setelah pispot tepat di bawah glutea, tanyakan pada pasie,n apakah sudah nyaman atau belum kalau be;lum, atur sesuai dengan kebutuhan.
8. Anjurkan pasien untuk buang air besar pada pispot yang disediakan.
9. Setelah selesai siram dengan air hingga bersih dan keringkan dengari tisu.
10. Catat tanggal dan jam defekasi serta karakteristiknya.
11. Cuci tangan.

Memberikan Huknah Rendah
Merupakan tindakan keperawatan dengan cara memasukan cairan hangat ke dalam kolon desendeen dengan menggunakan kanula rekti melalui anus, yang bertujuan untuk mengosongkan usus pada proses prabedah agar dapat mencegah terjadinya obstruksi makanan sebagai dampak dari pas(:aoperasi dan merangsang buang air be;sar bagi pasien yang mengalami kesulitian dalam buang air besar.
Alat dan Bahan:
1. Pengalas.
2. Irigator lengkap dengan kanula rekti.
3. Cairan hangat kurang lebih 700 m1-1000 ml dengan suhu 40,5-43 derajat ccelcius pada orang dewasa.
4. Bengkok.
5. Jeli.
6. Pispot.
7. Sampiran.
8. Sarung tangan.
9. Tisu.

Prosedur Kerja:
  1. Cuci tangan.
  2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
  3. Atur ruangan, letakkan sampiran apabila di bangsal umum atau tutup pintu apabila di ruang 'sendiri.
  4. Atur posisi pasien dengan posisi sim miring ke kiri.
  5. Pasang pengalas di bawah glutea.
  6. Irigator diisi cairan hangat sesuai dengan suhu ceacius) dan hubungkan kanula rekti, kemudian cekkanula dan keluarkan air ke bengkok dan berikan jeli pada ujung kanula.
  7. Gunakan sarung tangan dan asupan kanula kira-kira 15 cm ke dalam rektum ke arah kolon desenden sambil pasiendiminta untuk bernapas panjang dan memegang irigator setinggi 50 cm dari tempat tidur. Buka klemnya dan air dialirkan sampai pasien menunjukkan keinginan untuk buang air besar.
  8. Anjurkan pasien untuk momahan se;bentar bila mau buang air besar dan pasang pispot atau anjurkan ke toilet. Jika pasien tidak mampu mobilisasi jalan bersihkan daerah sekitar rektum hingga bersih.
  9. Cuci tangan.
  10. Catat jumlah feses yang keluar, warna, konsistensi dan reapons pasien.
Memberikan Huknah Tinggi
Memberikan huknah tinggi me;rupakan tindakan keperawatan d<;ngan c:ara memasukkan cairan hangat ke dalam kolon asenden dengan menggunakan kanula usus, dengan tujuan untuk mengosongkan usus pada pasien prabedah atau untuk prosedur diagnostik.
Alat dan Bahan:
1. Pengalas.
2. Irigator lengkap dengan kanula usus.
3. Cairan hangat (seperti huknah rendah).
4. Bengkok.
5. Jeli.
6. Pispot.
7. Sampiran.
8. Sarung tangan.
9. Tisu.

Prosedur Kerja:
  1. Cuci tangan.
  2. Alaskan prosedur yang akan dilakukan.
  3. Atur ruangan, gunakan sampiran apabila pasien berada di ruang bangsal umum atau tutup pintu.
  4. Atur posisi pasien dengan posisi sim miring ke kanan.
  5. Gunakan sarung tangan.
  6. Irigator diisi cairan hangat sesuai dengan suhu badan dan hubungkan kanula usus, kemudian cek aliran dengan membuka kanula dan keluarkan air ke bengkok lalu berikan jeli pada ujung kanula.
  7. Masukkan kanula ke dalam re;ktum ke arah kolon asenden kurang lebih 15-20 cm sambil pasien disuruh napas panjang dan pegang irigator setinggi 30 cm dari te;mpat tidur dan buka k1c;m sehingga air mengalir pada rectum sampai pasie:n me;nunjukkan ingin buang air besar,
  8. Anjurkan pasie;n untuk me:nahan sebe;ntar bila rnau buang air besar dan pasang pispot atau anjurkan ke; toilet, kalau tidak mampu ke toilet bersihkan dengan air sampai bersih dan keringkan dengan tisu.
  9. Buka sarung tangan dan catat jumlah, warna, konsistensi, dan respons pasien.
  10. Cuci tangan
Memberikan Gliserin
Memberikan gliserin merupakan tindakan keperawatan dengan cara memasukkan c;airan gliserin kedalam poros usus dengan menggunakan spuit glise;rin,, be:rtujuan me,rangsang peristaltik usus, se:hingga pasien dapat buang air beaar (khus-Lisnya pada orang yang mengalami sembelit) dan juga dapat digunakan untuk pe;rsiapan ope;rasi,
Alat dan liahan:
1. Spuit gliserin,
2. Gliserin dalam tempatnya.
3. Bengkok.
4. Pengalas.
5. Sampiran.
6. Sarung tangan.
7. Tisu.

Prosedur Kerja:
  1. Cuci tangan.
  2. Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan.
  3. Atur ruangan, apabila pasien sendiri rnaka tutup pintu, dan gunakan sampiran bila di ruang bangsal umum.
  4. Atur posisi pasien (miringkan ke kiri), dan berikan pengalas di bawah glutea, serta buka pakaian ke arah pasien.
  5. unakan sarung tangdn, kemudian spuit diisi gliserin kurang lebih 10-20 cc; dan cek kehangatan c:airan gliserin.
  6. Masukkan gliserin pe;rlahan-lahan ke; dalam anus dengan c;ara tangan kiri mendnrong pe;renggangan daerah rektum, tangan kanan memasukkann spuit kedalam anus sampai pangkal kanula dengan ujung spuit diarahkan kedepan dan anjurkan pasien napas dalam.
  7. Setelah selesai, cabut dan masukkan ke dalam bengkok. Anjurkan pasien untuk menahan sebentar rasa ingin defekasi dan pasang pispot. Apabila pasien tidak mampu ke toilet, bersihkan dengan air hingga bersih dan keringkan dengan tisu.
  8. Pasang pispot atau anjurkan ke toilet.
  9. Lepaskan sarung tangan, catat jumlah feses yang keluar, warna, konsistensi, dan respons pasien.
  10. Cuci tangan.
Mengeluarkan Feses dengan Jari
Mengeluarkan feses dengan jari merupakan tindakan keperawatan dengan cara memasukkan jari ke dalam rektum pasien c:ara ini digunakan untuk me;ngambil atau menghancurkan massa feses sekaligus mengeluarkannya. Indikasi tindakan ini adalah apabila massa feses terlalu keras dan dalam pemberian enema tidak berhasil, konstipasi serta terjadi pengerasan feses pada lansia yang tidak mampu dikeluarkan.
Alat dan Bahan:
1. Sarung tangan.
2. Minyak pelumas/jeli.
3. Alat penampung atau pispot.
4. Pengalas.
5. Sarung tangan.

Prosedur Kerja:
  1. Cuci tangan.
  2. Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan.
  3. Gunakan sarung tangan dan beri minyak pelumas (jeli) pada jari telunjuk.
  4. Posisi miring dengan lutut rileks.
  5. Masukkan jari ke dalam rektum dan dorong dengan perlahan-lahan sepanjang dinding rektum ke arah umbilikus (ke arah masa feses yang impaksi).
  6. Secara perlahan-lahan lunakkan massa dengan masase daerah feses yang impaksi (arahkan jari pada inti yang keras).
  7. Gunakan pispot bila ingin buang air besar atau bantu ke toilet.
  8. Lepaskan sarung tangan, kemudian catat jumlah feses yang keluar, warna, kepadatan, serla respons pasien.
  9. Cuci tangan.



"
Baca selengkapnya - Gangguan Masalah Eliminasi ALVI

Perawatan Diri (Personal Hygiene)

Perawatan Diri (Personal Hygiene)
Perawatan diri atau kebersihan diri (personal hygiene) merupakan perawatan diri sendiri yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan baik secara fisik maupun psikologis. Pemenuhan perawatan diri dipengaruhi berbagai faktor, di antaranva: budaya, nilai sosial pada individu atau keluarga, pengetahuan terhadap peerawatan diri, serta persepsi terhadap perawatan diri.

JENIS PERAWATAN DIRI BERDASARKAN WAKTU PELAKSANAAN
Perawatan diri berdasarkan waktu pelaksanaan-dibagi menjadi empat, yaitu:
  1. Perawatan Dini Hari. Merupakan perawatan diri yang dilakukan pada waktu bangun dari tidur, untuk melakukan tindakan . seperti perapian dalam pengambilan bahan pemeriksaan (urine atau feses), memberikan pertolongan, mempersiapkan pasien dalam melakukan makan pagi dengan melakuhan tindakan perawatan diri seperti mencuci m> rka dan tangan serta menjaga kebersihan mulut.
  2. Perawatan Pagi Hari. Perawatan yang dilakukan setelah melakukan makan pagi dengan melakukan perawatan diri seperti melakukan pertolongan dalam pemenuhan kebutuhan eliminasi (buang air besar dan keeil), mandi atau mencuci rambut, melakukan perawatan kulit, melakukan pijatan pada punggung, membersihkan mulut, kuku, dan rambut, serta merapikan tempat tidur pasien.
  3. Perawatan Siang Hari. Perawatan diri yang dilakukan setelah melakukan berbagai tindakan pengobatan atau pemeriksaan dan setelah makan siang. Berbagai tindakan perawatan diri yang dapat dilakukan antara lain mencuci muka dan tangan, membersihkan mulut, merapikan tempat tidur, serta melakukan pemeliharaan kebersihan lingkungan kesehatan pasien.
  4. Perawatan Menjelang Tidur. Perawatan diri yang dilakukan pada saat rnenjelang tidur agar pasien dapat tidur atau beristirahat dengan tenang. Berbagai kegiatan yang dapat dilakukan antara lain pemenuhan kebutuhan eliminasi (buang air besar dan keeil), mencuci tangan dan muka, membersihkan mulut, dan memijat daerah punggung.
Tujuan umum perawatan diri adalah untuk mcmpertahankan perawatar, diri baik secant sendiri maupun dengan menggunakan bantuan, dapat melatih hidup sehat/bersih dengan eara memperbaiki gambaran atau persepsi terhadap kesehatan dan kebersihan serta menciptakan penampilan yang sesuai dengan kebutuhan kesehatan. Membuat rasa nyaman dan relaksasi dapat dilakukan untuk menghilangkan kelelahan serta mencegah infeksi, mencegah gangguan sirkulasi darah, dan mempertahankan integritas pada jaringan.



"
Baca selengkapnya - Perawatan Diri (Personal Hygiene)

Perawatan Kulit

Perawatan Kulit
Kulit merupakan salah satu bagian penting dari tubuh yang dapat melindungi tubuh dari berbagai kuman atau trauma, sehinggadiperlukan perawatan yang adekuat (cukup) dalam mempertahankan fungsinya. Sebagai bagian dari organ pelindung, kulit seeara anatomis terdiri atas dua lapisan yaitu lapisan epidermis atau dikenal dengan nama kutikula dan lapisan dermis atau disebut dengan korium. Lapisan epidermis terdiri atas bagian bagian seperti stratum korneum, stratum lusidum, dan stratum granulosum. Lapisan kedua at:atn lapisan dermis yang terdiri atras ujung saraf sensorik, kelenjar keringat, dan kelenjar sebaseus.

Fungsi Kulit
Kulit secara umum memiliki berbagai fungsi, di antaranya:
  1. Melindungi tubuh dari berbagai masuknya kuman atau trauma jaringan bagian dalam yang juga dapat menjaga keutuhan kulit.
  2. Mengatur keseimbangan suhu tubuh dan membantu dalam produksi keringat serta penguapan.
  3. Sebagai alat peraba yang dapat membantu tubuh untuk menerima rangsangan dari luar melalui rasa sakit, sentuhan, tekanan, atau suhu.
  4. Sebagai alat ekskresi keringat melalui pengeluaran air, garam, dan nitrogen. Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit yang bertugas mencegah pengeluaran cairan tubuh secara berlebihan.
  5. Memproduksi dan menyerap vitamin D sehagai penghubung atau pemberi vitamin D dari sinar ultraviolet yang datang dari sinar matahari.

Faktor-faktor yang Memengaruhi Kulit
Perubahan dan keutuhan pada kulit dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, di antaranya:
  1. Umur. Perubahan kulit dapat ditentukan oleh umur seseorang, hal ini dapat terlihat pada bayi yang berumur relatif masih muda, kondisi kulitnya sangat rawan terhadap berbagai trauma atau masuknya kuman. Sebaliknya pada orang dewasa, keutuhan kulit sudah memiliki kematangan sehingga fungsinya sebagai pelindung sudah baik.
  2. Jaringan Kulit. Perubahan dan keutuhan kulit dapat dipengaruhi oleh struktur jaringan kulit. Apabila jaringan kulit rusak, maka terjadi perubahan pada struktur kulit.
  3. Kondisi/Keadaan Lingkungan. Beberapa keadaan lingkungan atau kondisi yang dapat memengaruhi keadaan kulit secara utuh, antara lain keadaan panas, adanya nyeri akibat sentuhan dan tekanan, dan sebagainya.
Tindakan Perawatan Diri pada Kulit
Merupakan tindakan keperawatan dengan melakukan perawatan pada kulit. yang mengalami atau berisiko terjadi kerusakan jaringan lebih lanjut khusunya pada r;acwai~ vang mengalami tekanan (tonjolan). Tujuannya adalah untuk mencegah -ve,ngatasi terjadinya luka dekubitus akibat tekanan lama dan tidak hilang.

A1at dan Bahan:
1. Baskom cuci.
2. Sabun
3. Air.
4. Agen pembersih.
5. Balutan.
6. Pelindung kmlit.
7. Plester.
8. Sarung tangan.

Prosedur Kerja:
1. Jelaskan prosedur pada pasien.
2. Cuci tangam dan gunakan sarung tangan.
3. Tutup pintu ruangan.
4. Atur posisi pasien.
5. Kaji luka/kulit tertekan dengan memperhatikan warna, kelembapan, penampilan sekitar kulit, ukur diameter kulit, ukur kedalaman.
6. Cuci kulit sekitar luka dengan air hangat atau sabun cuci secara menyeluruh dc:ngan air.
7. Perlahan-lahan keringkan kulit secara menyeluruh yang disertai dengan pij atan.
8. Bersihkan luka secara menyeluruh dengan cairan normal atau larutan pembersih, gunakan semprit irigasi luka pada luka yang dalam.
9. Setelah selesai berikan obat atau agen topikal.
10. Catat hasil.
11. Cuci tangan.



"
Baca selengkapnya - Perawatan Kulit

Keseimbangan Asam Basa

Keseimbangan Asam Basa
Aktivitas sel tubuh memerlukan keseimbangan asam-basa, keseimbangan asam¬basa tersebut dapat diukur dengan pII (derajat keasaman). Dalam keadaan normal pI-1 cairan tubuh 7,35-7,45.
Keseimbangan asam-basa dapat dipertahankan melalui proses meaabolisme. dengan sistem buffer pada seluruh cairan tubuh dan oleh pernapasan de:ngan sistem regulasi (pengaturan di ginjal). liga macam sistem larutan buffer cairan tubuh yaitu larutan bikarbonat, larutan buffer fosfat dan larutan buffer protein. Sistem buffer itu sendiri terdiri atas natrium bikarbonat (NaHC03), kalium bikarbonat (KHC03), asam karbonat (H2C:03).

Pengaturan keseimbangan asam-basa dilakukan oleh paru. melalui pengangkutan kelebihan CO 2 dan kelebihan H2C03 dari darah yang dapat meningkatan pII menjadi standar (normal). Ventilasi dianggap memadai apabila suplai O2seimbang dengan kebutuhan O2 demikian juga pembuangan O2. 1'embuangan melalui paru harus seimbang dengan pembentukan CO2 agar ventilasi memadai. Ventilasi yang memadai dapat mempertahankan kadar paCOJ sebesar 40 mmHg.
Jika pembentukan C02 metabolik meningkat, konsentrasinya dalam cairan ekstrasel juga meningkat. Sebaliknya penurunan metabolism(,, memperkecil konsentrasi CO2, jika kecepatan ventilasi paru meningkat, kecepatan pengeluaran CO., juga meningkat, dan ini me;nurunkan jumlah CO2 yang berkumpul dalam c:airan ekstrasel. peningkatan dan penurunan ventilasi alveolus e°.feknya akan memengaruhi pH c:airan ekstra sel. peningkatan paCOz menurunkan pl-I sebaliknya paCO2 meningkatkan pH darah. Perubahan ventilasi alveolus juga akan mengubah konsentrasi ion H. Sebaliknya konsentrasi ion H+ dapat memengaruhi kecepatan ventilasi alveolus (umpan balik). Kadar pH yang rendah, konsentrasi ion IP yang tinggi disebut asidosis, sebaliknya pI-I yang tinggi, konsentrasi ion H' remdah disebut alkalosis.

JENIS ASAM-BASA
Cairan basa (alkali) digunakan untuk mengoreksi asidosis. Keadaan asidosis dapat disebabkan karena henti jantung dan koma diabetikum. Contoh c:airan alkali antara lain natrium (sodium laktat) dan natrium bikarbonat. laktat merupakan garam dari asam lemah yang dapat mengambil ion H dari cairan, sehingga mengurangi keasaman (asidosis). Ion H diperole;h dari asam karbonat (H2C03), yang mana terurai menjadi IIC03- (bikarbonat) dan H'. Selain sistem pernapasan, ginjal juga berperan untuk mempertahankan keseimbangan asam¬basa yang sangat kompleks. Csinjal mengeluarkan ion hidrogen dan membentuk ion bikarbonat sehingga pH darah normal. Jika pH plasma turun dan menjadi lebih asam, ion hidrogen dikeluarkan dan bikarbonat dibentuk kembali.


GANGGUAN/MASALAH KESEIMBANGAN ASAM-BASA
1. Asidosis Respiratorik
Asidosis respiratorik merupakan suatu ke:adaan yang disebabkan oleh kare:na kegagalan sistem pernapasan dalam membuang karbon dioksida dari c:airan tubuh sehingga terjadi kerusakan pada pernapasan, peningkatan paCO2 arteri di atas 45 mmHlg dan penurunan pada pH yakni kurang dari 7,35 yang dapat disebabkan adanya penyakit obstruksi, trauma kepala, perdarahan dan lain-lain.

2. Asidosis Metabolik
Asisdosis metabolik merupakan suatu keadaan kehilangan basa atau terjadi penumpukan asam yang ditandai dengan adanya penurunan pH kurang dari 7,35 dan IIC03 kurang dari 22 mEq/h.

3. Alkalosis Respiratorik
Alkoholik respiratorik suatu keadaan kehilangan CO 2 dari paru yang dapat menimbulkan terjadinya paCOz arteri kurang dari 35 mmIIg, pII lebih dari 7,45 yang dapat disebabkan oleh karena adanya hiperve:ntilasi, ke;cemasan, emboli paru, dan lain-lain.

4. Alkalosis Metabolik
Alkalosis metabolik suatu keadaan kehilangan ion hidrogen atau penambahan basa pada cairan tubuh dengan adanya peningkatan bikarbonat plasma le:bih dari 26 mEq/h dan pI-I arteri lebih dari 7,45, atau secara umum keadaan asam-basa dapat dilihat sebagaimana tabel berikut.



"
Baca selengkapnya - Keseimbangan Asam Basa

Pengaturan Elektrolit

Pengaturan Elektrolit
1. Pengaturan Keseimbangan Natrium
Natrium merupakan kation dalam tubuh yang berfungsi dalam pengaturan osmolaritas dan volume cairan tubuh. Natrium ini paling banyak pada c:airan ekstrasel. Yengaturan konsentrasi cairan ekstrasel diatur oleh ADH dan aldosteron. Aldosteron dihasilkan oleh korteks suprarenal dan berfungsi untuk mempertahankan keseimbangan konsentirasi natrium dalam plasma dan prosesnya dibantu oleh ADH. ADH mengatur sejumlah air yang diserap ke;mbali ke dalam ginjal dari tubulus renalis. Aldosteron juga mengatur keseimbangan jumlah natrium yang diserap kembali oleh darah. Natrium tidak hanya berge:rak ke dalam atau ke luar tubuh, tetapi juga mengatur keseimbangan c;airan tubuh. Ekskresi dari natrium dapat dilakukan melalui ginjal atau sebagian kecil meelalui tinja, keringat dan air mata.

2. Pengaturan Keseimbangan Kalium
Kalium merupakan kation utama yang terdapat dalam c:airan intrasel dan berfungsi mengatur keseimbangan elektrolit. Keseimbangan kalium diatur oleh ginjal dengan mekanisme perubahan ion natrium dalam tubulus ginjal dan sekresi aldosteron. E1ldosteron juga berfungsi mengatur keseimbangan kadar kalium dalam plasma (c;airan ekstrasel). Sistem pengaturannya melalui tiga langkah, yaitu:
  • Peningkatankonsentrasi kalium dalam cairan ekstirasel yang menyebabkan peningkatan produksi aldosteron.
  • Meningkatan jumlah aldosteron akan memengaruhi jumlah kalium yang dikeluarkan melalui ginjal.
  • Peningkatan pengeluaran kalium; konsentrasi kalium dalam cairan ekstra sea menurun.
Kalium berpengaruh terhadap fungsi sistem pernapasan. Partikel penting dalam kalium ini berfungsi untuk menghantarkan impuls listrik ke jantung, otot lain, jaringan paru, jaringan usus pencernaan. Ekskresi kalium dilakukan melalui urine, dan sebagian lagi melalui tinja dan keringat.

3. Pengaturan Keseimbangan Kalsium
Kalsium dalam tubuh berfungsi untuk pembe:ntukan tulang, penghantar impuls kontraksi otiot, koagulasi darah (pemb(;kuan darah), dan membantu beberapa enrim pankreas. Kalsium diekskresi melalui urine dan keringat. Konsentrasi kalsium dalam tubuh diatur langsung oleh hormon paratiroid melalui proses reabsorpsi tulang. Jika kadar kalsium darah me:nurun, kelenjar paratiroid akan merangsang pembentukan hormon paratiroid yang langsung meningkatkan jumlah kalsium dalam darah.

4. Pengaturan Keseimbangan Klorida
Klorida merupakan anion utama dalam cairan ekstrasea tetapi khlorida dapat ditemukan pada cairan ekstrasel dan intrasel. Fungsi klorida biasanya bersatu dengan natrium yaitu mempertahankan keseimbangan tekanan osmotik dalam darah. I-Iipokloremia merupakan suatu keadaan kekurangan kadar klorida dalam darah. Sedangkan hiperkloremia merupakan kelebihan klor dalam darah. Kadar klorida yang normal dalam darah orang de;wasa adalah 95-108 mHq/ I,.

5. Pengaturan Keseimbangan Magnesium
Magnesium merupakan kation dalam tubuh yang terpenting kedua dalam cairan intrasel. Keseimbangannya diatur oleh kelenjar paratiroid. Magnesium diabsorpsi dari saluran pencernaan. Magnesium dalam tubuh dipengaruhi oleh konsentrasi kalsium. Ilipomagnesemia te°.rjadi bila konsentrasi serum turun kurang dari 1,5 mLq/ I, dan bila hipermagneaemia kadar magnesiumnya lebih dari 2,5 mEq/h.

6. Pengaturan Keseimbangan Bikarbonat
Bikarbonat merupakan elektrolit utama dalam larutan buffer (penyangga) dalam tubuh.

7. Pengaturan Keseimbangan Fosfat (POa)
Fosfat bersama-sama dengan kalsium berfungsi dalam pembentukan gigi dan tulang. Fosfat diserap dari saluran pencernaan dan dikeluarkan melalui urine.

JENIS CAIRAN ELEKTROLIT
Cairan eleektrolit adalah cairan saline atau cairan yang memiliki sifat bertegangan tetap. Cairan salin terdiri atas cairan isotonik, hipotonik, dan hipertonik. Konsentrasi isotonik disebut juga normal saline yang banyak dipergunakan. Contohnya:
1. Cairan Ringer's terdiri atas: Na, K', C 1-, Cal'.
2. Cairan Ringer's laktat, terdiri atas: Na', K', Mg', C1-, Cal', HC03 .
3. Cairan Buffer's terdiri atas: Na', K`, Mg2+', C1-, HC03-.



"
Baca selengkapnya - Pengaturan Elektrolit

Gangguan Masalah Kebutuhan Cairan Tubuh

Gangguan Masalah Kebutuhan Cairan Tubuh

1. Hipovolumi atau Dehidrasi

Kekurangan cairan ekste:rnal terjadi kare:na penurunan asupan cairan dan kelebihan pengeluaran c:airan. '1'ubuh akan merespons kekurangan c:airan tubuh dengan mengosongkan cairan vaskular. Sebagai kompensasi akibat penurunan cairan interstisial, tubuh akan mengalirkan cairan keluar sel. Pengosongan cairan ini terjadi pada pasien diare dan muntah. Ada tiga macam kekurangan volum cairan eksternal atau dehidrasi, yaitu:
  • Dehidrasi isotonik, terjadi jika kehilangan sejumlah c:airan dan elektrolitnya yang seimbang.
  • Dehidrasi hipertonik, terjadi jika kehilangan sejumlah air yang lebih banyak dari pada elektrolitnya.
  • Dehidrasi hipotonik, terjadi jika tubuh lebih banyak kehilangan elektrolitnya daripada air.
Kehilangan cairan ekstrasel yang berlebihan akan menyebabkan volume ekstrasel berkurang (hipovolume). Pada keadaan dini, tidak terjadi perpindahan cairan daerah intrasel ke permukaan, sebab osmolaritasnya sama. .Jika terjadi kekurangan cairan ekstrasel dalam waktu yang lama, kadar urea dan nitrogen serta kreatinin meningkat dan menyebabkan terjadinya perpindahan cairan intrasel ke pembuluh darah. Kekurangan cairan dalam tubuh dapat terjadi secara lambat atau cepat dan tidak selalu cepat diketiahui. Kelebihan asupan pelarut sepcrtii protein dan klorida/natrium akan menycbabkan ekskresi atau pengeluaran urine secara berlebihan, serta berkeringat banyak dalam waktu lama dan terus-menerus. Kelainan lain yang menyebabkan kelebihan pengeluaran urine adalah adanya gangguan pada hipotalamus, kele:njar gondok dan ginjal, diare, muntah yang terus-menerus, terpasang drainage, dan lain-lain.
Macam dehidrasi (kurang volume cairan) berdasarkan derajatnya:
a. Dehidrasi Berat
  • Pengeluaran/kehilangan cairan 4-6 L.
  • Serum natrium 159-166 mhq/h.
  • Hipotensi.
  • Turgor kulit buruk.
  • Oliguria.
  • Nadi dan pernapasan meningkat.
  • Kehilangan cairan mencapai > 10% BB
b. Dehidrasi Sedang
  • Kehilangan cairan 2-4 1 atau antara 5-10% BB
  • Serum natrium 152-158 ml;q/h.
  • Mata cekung.
c. Dehidrasi Ringan dengan ciri-ciri mengalami kehilangan cairan mencapai 5% B atau 1,5-2 L.

2. Hipervolumi atau Overhidrasi
Terdapat dua manifestiasi yang ditimbulkan akibat kelebihan cairan yaitu hipervolume (peningkatan volume darah) dan edema (kelebihan c:airan pada interstisial). Normalnya cairan interstisial tidak terikat dengan air, teaapi elastis dan hanya terdapat di antara jaringan. Keadaan hipervolumi dapat menyebabkan Pitting edema merupakan edema yang berada pada darah perife;r atau akan mencekung setelah ditekan pada daerah yang bengkak, hal ini disebabkan karena perpindahan cairan ke: jaringan melalui titik tekanan. Cairan dalam jaringan yang edema tidak digerakkan ke permukaan lain dengan penekanan jari. Nonpitting edema tidak menunjukkan tanda kelebihan cairan ekstrasel, tetapi sering karena infeksi dan trauma yang menyebabkan pengumpulan membekunya cairan pada permukaan jaringa.n. Kelebihan cairan vaskular dapat meningkatkan hidrostatik cairan dan akan menekan cairan ke permukaan interstisial, sehingga dapat menyebabkan edema anasarka (edema yang terdapat diseluruh tubuh).

Peningkatan tekanan hidrostatik yang besar dapat me:nekan sejumlah cairan hingga ke membran kapiler paru sehingga menyebabkan edema paru, dan dapat mengakibatkan kematian. Manifestasi edema paru adalah penumpukan sputum, dispnea, batuk, dan suara ronki. Keadaan edema mi disebabkan karena gagal jantung yang mengakibatkan pe:ningkatan pene:kanan pada kapiler darah paru dan perpindahan cairan ke jaringan paru.



"
Baca selengkapnya - Gangguan Masalah Kebutuhan Cairan Tubuh

Jenis Cairan bagi Kebutuhan Tubuh

Jenis Cairan bagi Kebutuhan Tubuh

1. Cairan Zat Gizi (nutrien)

Pasien yang istirahat di tempat tidur memerlukan kalori 450 kalori setiap hari. Cairan nutrien dapat diberikan melalui intravena dalam bentuk karbohidrat, nitrogen dan vitamin untuk metiabolisme. Kalori yang terdapat dalam cairan nutrien dapat berkisar antara 200-1500 kalori per liter. Cairan nutrien terdiri atas:
  1. Karbohidrat dan air, contoh: dekstrosa (glukosa), lcvulosa (fruktosa), invert sugar dektrosa dan '1-2 levulosa).
  2. Asam amino, contoh: amigen, aminosol, dan travamin.
  3. Lemak, contoh: lipomul dan liposyn.
2. Blood Volume Expanders
Mood volume expanders merupakan jenis cairan yang berfungsi meningkatkan volume, pembuluh darah sesudah kehilangan darah aiau plasma. Hal ini terjadi pada saat pasien mengalami perdarahan berat, maka pemberian plasma akan mempertahankan jumlah volume darah. 1'ada pasien dengan luka bakar yang berat, sebagian besar cairan akan hilang dari pembuluh darah di daerah luka. Plasma sangat perlu diberikan untuk menggantikan cairan ini. Jenis blood volume expanders antara lain: humart serum albumin dan dextran dengan konsentrasi yang berbeda. Kedua cairan ini mempunyai tekanan osmotik, sehingga secara langsung dapat menin-katkan jumlah volume darah.



"
Baca selengkapnya - Jenis Cairan bagi Kebutuhan Tubuh

Cara Perpindahan Cairan

Cara Perpindahan Cairan
1. Difusi
Difusi merupakan bercampurnya molekul-molekul dalam cairan, gas, atau cat padat secara bebas atau acak. Proses difusi dapat terjadi bila dua zat bercarnpur dalam sel membran. Dalam tubuh, proses difusi air, elektrolit, dan zat-zat lain terjadi melalui membran kapiler yang permeabel. Kecepatan proses difusi bervariasi tergantung pada faktor ukuran molekul, konsentrasi cairan, dan temperatur cairan.

Zat dengan molekul yang besar akan bergerak lambat dibanding rnolekul kecil. Moiekul akan lebih mudah berpindah dari larutan berkonsentrasi tinggi ke larutan berkonsentrasi rendah. Larutan dengan konsentrasi yang tinggi akan mempercepat pergerakan molekul, sehingga proses difusi berjalan lebih cepat.

2. Osmosis
Osmosis adalah proses perpindahan zat ke larutan lain melalui membran semipermeabel biasanya terjadi dari larutan dengan konsentrasi yang kurang pekat ke larutan dengan konsentrasi lebih pekat. Solut adalah zat pelarut, sedang solven adalah larutannya. Air merupakan solven, sedang garam adalah solut. Proses osmosis ini penting dalam pengaturan keseimbangan cairan ekstra dan intrasel.

Osmolaritas adalah cara untuk mengukur kepekatan larutan dengan menggunakan satuan mol. Natrium dalam NaCl berperan penting dalam pengaturan keseimbangan cairan dalam tubuh. Apabila ada tiga jenis larutan garam dengan kepekatan yang berbeda, dan di dalamnya di masukkan sel darah merah maka larutan yang mempunyai kepekatan sama yang akan seimbang dan berdifusi terlebih dahulu. Larutan NaCl 0,9 % merupakan larutan yang isotonik, karena larutan NaC 1 mempunyai kepekatan yang sama dengan larutan dalam sistem vaskular. Larutan isotonik merupakan larutan yang mempunyai kepekatan sama dengan larutan yang dicampur. larutan liipotonik mempunyai kepekatan lebih rendah dibanding dengan larutan intrasel.

Pada proses osmosis, dapat terjadi perpindahan larutan dengan kepekatan rendah ke larutan yang kepekatannya lebih tinggi melalui rnembran semipermeabel, sehingga larutan yang berkonsentrasi rendah volumenya akan berkurang, sedangkan larutan yang berkonsentrasi lebih tinggi akan bertambah volumenya.

3. Transpor Aktif
Proses perpindahan cairan tubuh dapat menggunakan mekanisme transpor aktif. Transpor aktif merupakan gerak zat yang akan berdifusi dan berosmosis. Proses ini penting untuk mempertahankan natrium dalam cairan intra dan ekstrasel.

Proses pengaturan cairan dipengaruhi oleh dua faktor yakni tekanan cairan dan membran semipermeabel.
  1. Tekanan cairan. Proses difusi dan osmosis melibatkan adanya tekanan cairan. Proses osmotik juga menggunakan tekanan osmotik, yang merupakan kemampuan partikel pelarut untuk menarik larutan melalui membran. Bi1a dua larutan dengan perbedaan konsentrasi maka larutan yang mempunyai konsentrasi lebih pekat molekul intinya tidak dapat bergabung, larutan tersebut disebut: koloid. Sedangkan larutan yang mempunyai kepekatan yang sama dapat becrgabung maka larutan tersebut discbut kristaloid. Scbagai contoh, larutan kristaloid adalah larutan garam. Sedangkan koloid adalah apabila protein bercampur dengan plasma. Secara normal, perpindahan cairan menembus membran sel permeabel tidak terjadi. Prinsip tekanan osmotik ini sangat penting dalam proses pembcrian cairan intravena. Biasanya larutan yang sering digunakan dalam pemberian infus intrmuskular bersifat isotonik karena mempunvai konsentrasi yang sama dengan plasma darah. Hal ini penting untuk mencegah perpindahan cairan dan elektrolit ke dalam intrasel. larutan intravena yang hipotonik, yang larutan mempuyai konsentrasi kurang pekat disbanding dengan konsenirasi plasma darah. Hal ini menyebabkan tekanan osmotic plasma akan lebih besar dibandingkan dengan tekanan osmotik cairan interstisial, karena konsentrasi protein dalam plasma lebih besar disbanding cairan interstisial dan molekul protein lebih besar, maka akan terbentuk larutan koloid Yang sulit menembus membran semipermiabel. Tekanan hidrostatik adalah kemampuan tiap molekul larutan yang bergerak dalam ruang tertutup. Hal ini penting untuk pengaturan keseimbangan cairan ekstra dan intrasel.
  2. Membran semipermiabel merupakan penyaring agar cairan yang bermolekul besar tidak tergabung. Membran semipermiabel ini terdapat pada dinding kapiler pembuluh darah, Yang terdapat di seluruh tubuh sehingga molekul atau zat lain tidak berpindah ke jaringan.



"
Baca selengkapnya - Cara Perpindahan Cairan

KOTAK PENCARIAN:

ARTIKEL YANG BERHUBUNGAN:

=====
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...