Decubitus

Pengertian

Dekubitus adalah kerusakan/kematian kulit sampai jaringan dibawah kulit, bahkan menembus otot sampai mengenai tulang akibat adanya penekanan pada suatu area secara terus menerus sehingga mengakibatkan gangguan sirkulasi darah setempat.

Dekubitus atau luka tekan adalah kerusakan jaringan yang terlokalisir yang disebabkan karena adanya kompressi jaringan yang lunak diatas tulang yang menonjol (bony prominence) dan adanya tekanan dari luar dalam jangka waktu yang lama. Kompressi jaringan akan menyebabkan gangguan pada suplai darah pada daerah yang tertekan. Apabila ini berlangsung lama, hal ini dapat menyebabkan insufisiensi aliran darah, anoksia atau iskemi jaringan dan akhirnya dapat mengakibatkan kematian sel.



Etiologi
  • Faktor intrinsik: penuaan (regenerasi sel lemah), Sejumlah penyakit yang menimbulkan seperti DM, Status gizi, underweight atau kebalikannya overweight, Anemia, Hipoalbuminemia, Penyakit-penyakit neurologik dan penyakit-penyakit yang merusak pembuluh darah, Keadaan hidrasi/cairan tubuh.
  • Faktor Ekstrinsik:Kebersihan tempat tidur, alat-alat tenun yang kusut dan kotor, atau peralatan medik yang menyebabkan penderita terfiksasi pada suatu sikap tertentu, Duduk yang buruk, Posisi yang tidak tepat, Perubahan posisi yang kurang.


Tanda dan Gejala
  1. Stadium Satu
    • Adanya perubahan dari kulit yang dapat diobservasi. Apabila dibandingkan dengan kulit yang normal, maka akan tampak salah satu tanda sebagai berikut: perubahan temperatur kulit (lebih dingin atau lebih hangat)
    • Perubahan konsistensi jaringan (lebih keras atau lunak)
    • Perubahan sensasi (gatal atau nyeri)
    • Pada orang yang berkulit putih, luka mungkin kelihatan sebagai kemerahan yang menetap. Sedangkan pada yang berkulit gelap, luka akan kelihatan sebagai warna merah yang menetap, biru atau ungu.

  2. Stadium Dua
    Hilangnya sebagian lapisan kulit yaitu epidermis atau dermis, atau keduanya. Cirinya adalah lukanya superficial, abrasi, melempuh, atau membentuk lubang yang dangkal.
  3. Stadium Tiga
    Hilangnya lapisan kulit secara lengkap, meliputi kerusakan atau nekrosis dari jaringn subkutan atau lebih dalam, tapi tidak sampai pada fascia. Luka terlihat seperti lubang yang dalam.
  4. Stadium Empat
    Hilangnya lapisan kulit secara lengkap dengan kerusakan yang luas, nekrosis jaringan, kerusakan pada otot, tulang atau tendon. Adanya lubang yang dalam serta saluran sinus juga termasuk dalam stadium IV dari luka tekan.

Faktor Resiko
  1. Mobilitas dan aktivitas
  2. Penurunan sensori persepsi
  3. Kelembapan
  4. Tenaga yang merobek (shear)
  5. Pergesekan (friction)
  6. Nutrisi
  7. Usia
  8. Tekanan arteriolar yang rendah
  9. Stress emosional
  10. Merokok
  11. Temperatur kulit.
Baca selengkapnya - Decubitus

PENYAKIT KAKI GAJAH

• PENYAKIT KAKI GAJAH: "• PENYAKIT KAKI GAJAH

• disampaikan pada kegiatan pengabdian
• di desa Tawangrejo, Kunduran, Blora
• Penyakit kaki gajah dalam dunia kedokteran disebut filariasis
Yaitu penyakit yang diakibatkan oleh cacing filaria yang menyerang kelenjar limfe manusia dan dalam kondisi tertentu menyebabkan pecahnya kelenjar limfe sehingga banyak cairan limfe yang masuk ke dalam jaringan otot dan menyebabkan sebagian anggota badan (termasuk kaki) membesar / membengkak seperti kaki gajah.
• Bagaimana kondisi orang yang menderita elephantiasis ?
• Apa penyebab penyakit kaki gajah ?
Cacing filaria, yaitu dari kelompok cacing gilig pada jaringan
• Bagaimana cara cacing filaria masuk ke tubuh manusia ?
Cacing masuk melalui gigitan nyamuk
• Apakah semua nyamuk dapat menularkan cacing filaria ?
TIDAK, hanya nyamuk yang dalam tubuhnya ada cacing filaria
• Deteksi dini terhadap gejala
Perhatikan gejala berikut :
q Limphadenitis (akut)
q Limfangitis (akut)
q Elephantiasis (kronis)
q Hydrocoele (kronis)
q Chyluria (kronis), akibat ruptur varises limfe
• Pemeriksaan darah di Puskesmas
Sifatnya wajib dilakukan bila ingin tahu infeksi yang terjadi.
Tanpa pemeriksaan darah, tidak akan tahu bila terkena infeksi cacing filaria.
Dengan pemeriksaan dini dapat segera melakukan pengobatan untuk pencegahan supaya tidak sampai terjadi kaki gajah (kaki gajah dapat dicegah)
• Pengobatan
• Dapat dilakukan atas dasar pemeriksaan darah
• Tanpa hasil pemeriksaan laboratorium jangan mengobati lebih dulu.
• Kadang ada efek samping bagi yang sudah terjadi kaki gajah
• Bila sudah terjadi kaki gajah, pengobatan hanya mematikan cacing tetapi tidak dapat mengembalikan bentuk kaki seperti semula
• Menghindari gigitan nyamuk
• Berantas sarang nyamuk
• Jaga kebersihan lingkungan
• Jangan biarkan air menggenang jadi sarang nyamuk
• Pisahkan kandang ternak dengan rumah hunian
• Gunakan kelambu atau obat nyamuk bila tidur
• Bagaimana cara mencegah penyebaran penyakit kaki gajah ?
• Diutamakan mencegah dari gigitan nyamuk.
• Supaya tidak digigit nyamuk, maka nyamuk harus diberantas atau minimal dikendalikan jumlahnya.
Untuk mengendalikan jumlah nyamuk, maka kita harus selalu melakukan kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) secara rutin dan berkesinambungan
• Program Pengabdian UNIMUS
• Penyuluhan kesehatan
• Pemeriksaan kesehatan
• Pemeriksaan jenis nyamuk
• Pengobatan massal
• Pemeriksaan laboratorium
• Konsultasi kesehatan
• Urutan pemeriksaan :
• Meja 1 : Pendaftaran
• Meja 2 : Pemeriksaan kesehatan umum
• Meja 3 : Pemeriksaan laboratorium
• Meja 4 : Tanya jawab masalah kesehatan
• Meja 5 : Pengambilan obat
• Terimakasih
Semoga sumbangsih kami diridhoi Allah SWT

http://askep-askeb-kita.blogspot.com/
Baca selengkapnya - PENYAKIT KAKI GAJAH

Konsep Aktivitas, Istirahat & Tidur

Konsep Aktivitas, Istirahat & Tidur: "

Konsep Aktivitas, Istirahat & Tidur


1) AKTIVITAS


Salah satu tanda kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang melakukan aktivitas, seperti berdiri, berjalan, dan bekerja. Kemampuan aktivitas seseorang tidak terlepas dari keadekuatan sistem saraf dan muskuloskeletal. Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak di mana manusia memerlukannya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Ada pun sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan aktivitas


1. Tulang


Merupakan organ yang memiliki berbagai fungsi, diantaranya :


a. Mekanis :


- Membentuk rangk


- Tempat melekatnya berbagai otot


b. Tempat penyimpanan mineral (Kalsium dan Fosfor)


c. Tempat sumsum tulang sebagai pembentuk sel darah


d. Pelindung organ-organ dalam


Jenis tulang :


a. Pipih ( kepala dan pelvis)


b. Kuboid (Vertebra dan tarsal)


c. Panjang (Femur dan Tibia)


2. Otot dan tendon


- Otot memiliki kemampuan berkontraksi yang memungkinkan tubuh bergerak sesuai keinginan


- Tendon adalah suatu jaringan ikat yang melekat pada tulang, origo adalah tempat asal tendon dan insersio adalah arah tendon.


- Terputusnya tendon akan membuat kontraksi otot tidak akan dapat menggerakkan tulang


3. Ligamen


Merupakan bagian yang menghubungkan tulang dengan tulang.



4. Sistem Syaraf


- Terdiri dari sistem syaraf pusat (otak dan medula spinalis) dan syaraf tepi (perifer).


- Setiap syaraf memiliki bagian somatis dan otonom.


- Bagian Somatis memiliki fungsi sensorik dan motorik.


5. Sendi


Merupakan tempat bertemunya dua ujung tulang atau lebih.


Sendi membuat segmentasi darikerangka tubuh dan memungkinkan gerakan antar segmen dan bebagai pertumbuhan tulang.



KEBUTUHAN MOBILITAS


Kemampuan individu untuk bergerak secara bebas mudah dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna mempertahankan kesehatannya.


Jenis mobilitas :


1. Mobilitas penuh


Kemampuan seseorang untuk bergerak secara penuh dan bebas sehingga dapat melakukan ineraksi sosial dan menjalankan peran sehari-hari.


2. Mobilitas sebagian


Kemampuan seseorang untuk bergerak dengan batasan jelas dan tidak mampu bergerak secara bebas karena dipengaruhi oleh ganguan syaraf motorik dan sensorik.


a. Mobilitas sebagian temporer


b. Mobilitas sebagian permanent



Faktor yang mempengaruhi mobilitas :


1. Gaya hidup


2. Proses penyakit


3. Kebudayaan


4. Tingkat energi


5. Usia dan status perkembangan



IMOBILITAS


Merupakan keadaan dimana seseorang tdk dpt bergerak secara bebas krn kondisi yg mengganggu pergerakan (mis; trauma tulang blk, cedera otak berat)



Jenis Imobilitas


1. Imobilitas fisik > pembatasan pergerakan fisik dngn tujuan mencegah komplikasi


2. Imobilitas Intelektual > Keterbatasan daya pikir akibat kerusakan otak


3. Imobilitas Emosional > pembatasan emosional krn adanya perubahan dalam menyesuaiakan diri (mis; amputasi)


4. Imobilitas Sosial > Individu yg mengalami hambatan interaksi sosial dan mempengeruhi penannya.



Perubahan sistem tubuh akibat Imobilitas


1. Perubahan metabolisme


Imobilitas menurunkan BMR, shg energi u/ perbaikan sel berkurang dan mengganggu oksigenasi sel.Imobilitas juga menyebabkan menurunnya ekskresi urin dan peningkatan Nitrogen


2. Ketidakseimbangan Cairan dan elektrolit


Imobilitas akan menyebabkan persediaan protein menurun dan konsentrasi protein serum berkurang sehingga mangganggu kebutuhan cairan tubuh.Berkurangnya perpindahan cairan dari intravaskuler ke interstisial dapat menyebabkan edema. Imobilitas jg menyebabkan demineralisasi tulang akibat menurunnya aktivitas otot sehingga meningkatkan reabsorbsi kalium.


3. Gangguan pengubahan zat gizi


Menurunnya pemasukan protein dan kalori dapat mengakibatkan pengubahan zat makanan pada tingkat sel menurun, dimana sel tdk lagi menerima glukosa, asam amino, lemak dan oksigen dalam jumlah yg cukup untuk melaksanakan metabolisme


4. Ganguan fungsi Gastrointestinal


Imobilitas menurunkan hasil makanan yang dicerna, shg jumlah masukan menurun dan menyebabkan keluhan, mis; perut kembung, mual dan nyeri lambung.


5. Sistem pernapasan


Akibat imobilitas kadar Hb menurun, ekspansi paru menurun, dan lemah otot yang menganggu metabolisme.


6. Sistem Kardiovaskuler


Berupa ortostatik hipotension krn menurunnya kemampuan syaraf otonom, meningkatnya kerja jantung krn posisi yang horisontal, terjadinya trombus krn stasis vena.


7. Gangguan Muskuler


Menurunnya massa otot dapat menyebabkan turunnya otot secara langsung.


8. Gangguan Skeletal


Kontraktur dan Osteoporosis karena reabsorbsi tulang semakin besar sehingga menyebabkan jumlah kalsium dalam darah menurun dan jumlah kalsium yang dikeluarkan melalui urin makin besar


9. Sistem Integumen


Penurunan elastisitas kulit, krn penurunan sirkulasi, iskemia dan nekrosis dengan adanya dekubitus.


10. Eliminasi


Penurunan jumlah urin yg mungkin disebabkan o/ kurangnya asupan dan penurunan curah jantung


11. Perilaku


Rasa bermusuhan, cemas, bingung, depresi, emosional tinggi, mekanisme koping menurun.



2) ISTIRAHAT & TIDUR


Istirahat adalah suatu keadaan dimana kegiatan jasmaniah menurun yang berakibat badan menjadi lebih segar. Sedangkan Tidur adalah suatu keadaan yang relatif tanpa sadar yang penuh ketenangan tanpa kegiatan yang merupakan urutan siklus yang berulang-ulang dan masing-masing menyatakan fase kegiatan otak dan badaniah yang berbeda.


Tahapan Tidur


EEG, EMG, dan EOG dapat mengidentifikasi perbedaan signal pada level otak, otot dan aktivitas masa. Normalnya tidur dibagi menjadi 2 yaitu : Non Rapid Eye Movement (NREM) dan Rapid Eye Movement. Selama masa NREM seseorang terbagi menjadi 4 tahapan dan memerlukan kira-kira 90 menit selama siklus tidur. Sedangkan tahapan REM adalah tahapan terakhir kira-kira 90 menit sebelum tidur berakhir.



  1. Tahapan Tidur NREM
    1. NREM tahap 1


- Tingkat transisi


- Merespon cahaya


- Berlangsung beberapa menit


- Mudah terbangun dengan rangsangan


- Aktivitas fisik menurun, tanda vital dan metabolisme menurun


- Bila terbangun terasa sedang bermimpi



    1. NREM tahap 2


- Periode suara tidur


- Mulai relaksasi otot


- Berlangsung 10-20 menit


- Fungdi tubuh berlangsung lambat


- Dapat dibangunkan dengan mudah



    1. NREM tahap 3


- Awal tahap dari keadaan tidur nyenyak


- Sulit dibangunkan


- Relaksasi otot menyeluruh


- Tekanan daraj menurun


- Berlangsung 15-30 menit



    1. NREM tahap 4


- Tidur nyenyak


- Sulit untuk dibangunkan, butuh stimulus intensif


- Untuk restorasi dan istirahat, tonus otot menurun


  1. Tahapan Tidur REM
    1. Lebih sulit untuk dibangunkan dibandingkan dengan tidur NREM
    2. Pada orang dewasa normal REM yaitu 20-25% dari tidur malamnya
    3. Jika individu terbangun pada tidur REM maka biasanya terjadi mimpi
    4. Tidur REM penting untuk kesimbangan mental, emosi juga berperan dalam belajar, memory dan adaptasi.



  1. Karakteristik tidur REM
    1. Mata : Cepat tertutup dan terbuka
    2. Otot-otot : Kejang otot kecil, otot besar imobilisasi
    3. Penapasan : Tidak teratur, kadang dengan apnea
    4. Nadi : Cepat dan ireguler
    5. Tekanan darah : Meningkat atau fluktasi
    6. Sekkresi gaster : Meningkat
    7. Metabolisme : Meningkat, temperatur tubuh baik
    8. Gelombang otak : EEG aktif
    9. Siklus Tidur : Sulit dibangunkan



Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tidur


  1. Penyakit
  2. Lingkungan
  3. Motivasi
  4. Kelelahan
  5. Kecemasan
  6. Alkohol
  7. Obat-oabtan

- Dieuretik menyebabkan insomnia


- Anti Depresan : supresi REM


- Kafein : meningkatkan saraf parasimpatis


- Beta Bloker : menimbulkan insomnia


- Narkotika : mensupresi REM


Gangguan Tidur


  1. Insomnia

Ketidakmampuan memperoleh sacara cukup kualitas dan kuantitas tidur.


  1. Hipersomia

Berlebihan jam tidur pada malam hari, lebih dari 9 jam, biasanya disebabkan oleh depresi, kerusakan saraf tepi, beberapa penyakit ginjal, liver, dan metabolisme


  1. Parasomia

Merupakan sekumpulan penyakit yang mengganggu tidur anak seperti samnohebalisme (tidur sambil berjalan)


  1. Narcolepsy

Suatu keadaan / kondisi yang ditandai oleh keinginan yang tidak terkendali untuk tidur, misalnya tidur secara mendadak.


  1. Apnoe tidur dan mendengkur

Mendengkur bukan dianggap sebagai gangguan tidur, namun bila disertai dengan apnoe maka akan bisa menjadi masalah.


  1. Mengigau

Hampir semua orang pernah mengigau, hal ini terjadi sebelum tidur REM.


http://askep-askeb-kita.blogspot.com/
Baca selengkapnya - Konsep Aktivitas, Istirahat & Tidur

SURVEILANS PENYAKIT DAN MASALAH KESEHATAN BERBASIS MASYARAKAT

SURVEILANS PENYAKIT DAN MASALAH KESEHATAN BERBASIS MASYARAKAT: "

picture1picture2 Slide 2


Pengertian Surveilancepicture3picture4

picture6



CONTOH KEADAAN YG MENIMBULKAN MASALAH KESEHATAN (1)



-Ditemukan adanya unggas mati secara mendadak

-Unggas yang tidak dikandangkan

-Kandang unggas yang tidak bersih dan dekat dengan pemukiman

-Rumah yang tidak sehat

(gelap, lembab, kurang pertukaran udara)

-Banyak anak yang tidak di Imunisasi





CONTOH KEADAAN YG MENIMBULKAN MASALAH KESEHATAN (2)

-Lingkungan tempat tinggal yang kotor

-Tidak tersedianya air bersih untuk keperluan sehari-hari.

-Banyaknya air yang tergenang sebagai tempat berkembang

biaknya nyamuk penular penyakit.

-Sampah yang tidak dibuang pada tempatnya

-Sampah yang tidak tertutup

-Buang air besar sembarangan

-Banyak lalat dan nyamuk





CONTOH KEADAAN YG MENIMBULKAN MASALAH

KESEHATAN (3)

Slide 8

Anak jarang ditimbang di Posyandu

Anak tidak diberikan ASI sampai 2 tahun

Anak kurang makan

Tidak cuci tangan dengan sabun sebelum makan dan setelah berak (buang air besar).

Masih ditemukannya jentik di tempat-tempat penampungan air seperti bak mandi, kaleng, ban bekas, dan lain-lain

picture8

Slide 10
PERAN KADER:

Slide 10

Melihat, mendengar, mencatat

Untuk menemukan gejala
penyakit dan masalah kesehatan, kemudian melaporkan,

melakukan pencegahan dan penanganan sederhana

Slide 11
Untuk menemukan gejala dan tanda serta masalah kesehatan yang ada di

masyarakat dapat diperoleh dari:

Slide 11

Posyandu

Laporan dari warga/masyarakat

Laporan PKK, Dasa Wisma

Kerja sama dengan Usaha Kesehatan Sekolah

Kunjungan rumah

Kegiatan pengajian, arisan, karang taruna

Tempat-tempat pengobatan tradisional

CARA MELAPORKAN

picture9

picture10

picture11







picture12picture13picture14

picture15picture16

picture17

picture18picture19










http://askep-askeb-kita.blogspot.com/
Baca selengkapnya - SURVEILANS PENYAKIT DAN MASALAH KESEHATAN BERBASIS MASYARAKAT

sehat-sakit

sehat-sakit: "KONSEP SEHAT - SAKIT
Oleh : Dafid Arifiyanto


Konsep Sehat
A. Pengertian
1. Sehat menurut WHO 1974
Kesehatan adalah keadaan sempurna baik fisik, mental, social bukan hanya bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan.
2. UU N0. 23/1992 tentang kesehatan
kesehatan adalah suatu keadaan sejahtera dari badan (jasmani), jiwa (rohani) dan social yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara social dan ekonomis.
1. Pepkin’s
Sehat adalah suatu keadaan keseimbangan yang dinamis antara bentuk tubuh dan fungsi yang dapat mengadakan penyesuaian, sehingga dapat mengatasi gangguan dari luar.
2. Kesehatan mental menurut UU No.3/1961 adalah suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual, emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan orang lain.
3. Kesehatan social adalah suatu kemampuan untuk hidup bersama dengan masyarakat dilingkungannya.
4. Kesehatan fisik adalah suatu keadaan dimana bentuk fisik dan fungsinya tidak ada ganguan sehingga memungkinkan perkembangan psikologis, dan social serta dapat melaksanakan kegiatan sehari-hari dengan optimal.

Sesuai dengan pengertian sehat di atas dapat di simpulkan bahwa kesehatan terdiri dari 3 dimensi yaitu fisik, psikis dan social yang dapat diartikan secara lebih positif, dengan kata lain bahwa seseorang diberi kesempatan untuk mengembangkan seluas-luasnya kemampuan yang dibawanya sejak lahir untuk mendapatkan atau mengartikan sehat.
Meskipun terdapat banyak pengertian/definisi, konsep sehat adalah tidak standart atau baku serta tidak dapat diterima secara mutlak dan umum. Apa yang dianggap normal oleh seseorang masih mungkin dinilai abnormal oleh orang lain, masing-masing orang/kelompok/masyarakat memiliki patokan tersendiri dalam mengartikan sehat. Banyak orang hidup sehat walau status ekonominya kekurangan, tinggal ditempat yang kumuh dan bising, mereka tidak mengeluh adanya gangguan walau setelah ditimbang berat badanya dibawah normal. Penjelasan ini menunjukan bahwa konsep sehat bersifat relatif yang bervariasi sangat luas antara sesama orang walau dalam satu ruang/wilayah.
Sehat tidak dapat diartikan sesuatu yang statis, menetap pada kondisi tertentu, tetapi sehat harus dipandang sesuatu fenomena yang dinamis. Kesehatan sebagai suatu spectrum merupakan suatu kondisi yang fleksibel antara badan dan mental yang dibedakan dalam rentang yang selalu berfluktuasi atau berayun mendekati dan menjauhi puncak kebahagiaan hidup dari keadaan sehat yang sempurna.
Sehat sebagai suatu spectrum, Pepkins mendefinisikan sehat sebagai keadaan keseimbangan yang dinamis dari badan dan fungsi-fungsinya sebagai hasil penyesuaian yang dinamis terhadap kekuatan-kekuatan yang cenderung menggangunya. Badan seseorang bekerja secara aktif untuk mempertahankan diri agar tetap sehat sehingga kesehatan selalu harus dipertahankan. Berikut adalah tahap-tahap spectrum kesehatan :

Positive Health
Better Health
Freedom from Sickness
Spektrum
Kesehatan
Unrecognized Sickness
Mild Sickness
Severe Sickness
Death

Konsep Sakit
A. Pengertian
1. Perkins mendefinisikan sakit sebagai suatu keadaan yang tidak menyenangkan yang menimpa seseorang sehingga seseorang menimbulkan gangguan aktivtas sehari-hari baik aktivitas jasmani, rohani dan social
2. R. Susan mendefinisikan sakit adalah tidak adanya keserasian antara lingkungan dan individu.
3. Oxford English Dictionary mengartikan sakit sebagai suatu keadaan dari badan atau sebagian dari organ badan dimana fungsinya terganggu atau menyimpang.
Keadaan sehat – Sakit
A. Kontinum Sehat - sakit
Status kesehatan seseorang terletak antara dua kutub yaitu “ sehat optimal dan “ kematian “, yang sifatnya dinamis. Bila kesehatan seseorang bergerak kekutub kematian maka seseorang berada pada area sakit (illness area) dan bila status kesehatan bergerak kearah sehat (optimal well being) maka seseorang dalam area sehat (wellness area).

Kematian Sehat

Illness area Wellness area

B. Mempertahankan Status Kesehatan
1. Sesuai dengan sifat sehat-sakit yang dinamis, maka keadaan seseorang dapat dibagi menjadi sehat optimal, sedikit sehat, sedikit sakit, sakit berat dan meninggal.
2. Bila seseorang dalam area sehat maka perlu diupayakan pencegahan primer (primary prevention) yang meliputi health promotion dan spesific protection guna mencegah terjadinya sakit.
3. Bila seseorang dalam area sakit perlu diupayakan pencegahan sekunder dan tersier yaitu early diagnosisand promt treatment, disability limitation dan rehabilitation.

C. Factor Yang Berpengaruh Terhadap Perunbahan Sehat Sakit
A. Blum, mengemukakan terdapat 6 faktor yang mempengaruhi status sehat-sakit, yaitu :
1. Faktor politik meliputi keamanan, tekanan, tindasan dll.
2. Faktor perilaku manusia meliputi kebutuhan manusia, kebiasaan manusia, adat istiadat.
3. Faktor keturunan meliputi genetic, kecacatan, etnis, fator resiko, ras dll.
4. Factor pelayanan kesehatan meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
5. Faktor lingkungan meliputi udara, air, sungai dll.
6. Factor social ekonomi meliputi pendidikan, pekerjaan dll.


D. Tingkat Pencegahan
Dalam perkembangan selanjutnya untuk mengatasi masalah kesehatan termasuk penyakit di kenal tiga tahap pencegahan:
Pencegahan primer: promosi kesehatan (health promotion) dan perlindungan khusus (specific protection).
Pencegahan sekunder: diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment), pembatasan cacat (disability limitation)
Pencegahan tersier: rehabilitasi.
1. Pencegahan primer dilakukan pada masa individu belum menderita sakit, upaya yang dilakukan ialah:
a. Promosi kesehatan/health promotion yang ditujukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap masalah kesehatan.
b. Perlindungan khusus (specific protection): upaya spesifik untuk mencegah terjadinya penularan penyakit tertentu, misalnya melakukan imunisasi, peningkatan ketrampilan remaja untuk mencegah ajakan menggunakan narkotik dan untuk menanggulangi stress dan lain-lain.
2. Pencegahan sekunder dilakukan pada masa individu mulai sakit
a. Diagnosa dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment), tujuan utama dari tindakan ini ialah 1) mencegah penyebaran penyakit bila penyakit ini merupakan penyakit menular, dan 2) untuk mengobati dan menghentikan proses penyakit, menyembuhkan orang sakit dan mencegah terjadinya komplikasi dan cacat.
b. Pembatasan cacat (disability limitation) pada tahap ini cacat yang terjadi diatasi, terutama untuk mencegah penyakit menjadi berkelanjutan hingga mengakibatkan terjadinya cacat yang lebih buruk lagi.
3. Pencegahan tersier
a. Rehabilitasi, pada proses ini diusahakan agar cacat yang di derita tidak menjadi hambatan sehingga individu yang menderita dapat berfungsi optimal secara fisik, mental dan sosial.
Adapun skema dari ketiga upaya pencegahan itu dapat di lihat pada gambar dua. Pada gambar dua proses perjalanan penyakit dibedakan atas a) fase sebelum orang sakit: yang ditandai dengan adanya keseimbangan antara agen (kuman penyakit, bahan berbahaya), host/tubuh orang dan lingkungan dan b) fase orang mulai sakit: yang akhirnya sembuh atau mati.







Gambar dua: Tingkat pencegahan penyakit (sumber: Leavel and clark, 1958)

Promosi kesehatan dilakukan melalui intervensi pada host/tubuh orang misalnya makan makanan bergizi seimbang, berperilaku sehat, meningkatkan kualitas lingkungan untuk mencegah terjadinya penyakit misalnya menghilangkan tempat berkembang biaknya kuman penyakit, mengurangi dan mencegah polusi udara, menghilangkan tempat berkembang biaknya vektor penyakit misalnya genangan air yang menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk Aedes, atau terhadap agent penyakit seperti misalnya dengan memberikan antibiotika untuk membunuh kuman.
Perlindungan khusus dilakukan melalui tindakan tertentu misalnya imunisasi atau proteksi pada bahan industri berbahaya dan bising . Melakukan kegiatan kumur-kumur dengan larutan flour untuk mencegah terjadinya karies pada gigi. Sedangkan terhadap kuman penyakit misalnya mencuci tangan dengan larutan antiseptik sebelum operasi untuk mencegah infeksi, mencuci tangan dengan sabun sebelum makan untuk mencegah penyakit diare.
Diagnosa dini dilakukan melalui proses skrining seperti misalnya skrining kanker payudara, kanker rahim, adanya penyakit-penyakit tertentu pada masa kehamilan, sehingga pengobatan dapat dilakukan saat dini dan akibat buruknya dapat dicegah.
Kadang-kadang batas dari ketiga tahap pencegahan itu tidak jelas sehingga ada kegiatan yang tumpang tindih dapat digolongkan pada perlindungan khusus akan tetapi juga dapat digolongkan pada diagnosa dini dan pengobatan segera misalnya pengobatan lesi prekanker pada rahim dapat termasuk pengobatan dini dapat juga perlindungan khusus.
Selain upaya pencegahan primer, sekunder dan tersier yang dikalangan kesehatan dokter, perawat dan praktisi kesehatan masyarakat dikenal sebagai lima tingkat pencegahan, juga dikenal empat tahapan kegiatan untuk mengatasi masalah kesehatan masyarakat, empat tahapan itu (Rossenberg, Mercy and Annest, 1998) ialah:
Apa masalahnya (surveillance). Identifikasi masalah, apa masalahnya, kapan terjadinya, dimana, siapa penderitanya, bagaimana terjadinya, kapan hal itu terjadi apakah ada kaitannya dengan musim atau periode tertentu.
Mengapa hal itu terjadi (Identifikasi faktor resiko). Mengapa hal itu lebih mudah terjadi pada orang tertentu, faktor apa yang meningkatkan kejadian (faktor resiko) dan faktor apa yang menurunkan kejadian (faktor protektif).
Apa yang berhasil dilakukan (evaluasi intervensi). Atas dasar kedua langkah terdahulu, dapat di rancang upaya yang perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya masalah, menanggulangi dengan segera penderita dan melakukan upaya penyembuhan dan pendampingan untuk menolong korban dan menilai keberhasilan tindakan itu dalam mencegah dan menanggulangi masalah.
Bagaimana memperluas intervensi yang efektif itu (implementasi dalam skala besar). Setelah diketahui intervensi yang efektif, tindakan selanjutnya bagaimana melaksanakan intervensi itu di pelbagai tempat dan setting dan mengembangkan sumber daya untuk melaksanakannya.


Gambar 3. Empat tahapan kegiatan kesehatan masyarakat



Masalah
Response

Sumber: Rossenberg, Mercy and Annest, 1998

E. Visi Indonesia Sehat 2010
Visi Indonesia Sehat 2010 yang telah dirumuskan oleh Dep.Kes (1999) menyatakan bahwa, gambaran masyarakat Indonesia dimasa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku yang sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya diseluruh wilayah Republik Indonesia.
Pengertian sehat meliputi kesehatan jasmani, rohani, serta sosial dan bukan hanya keadaan bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan. Masyarakat Indonesia yang dicita citakan adalah masyarakat Indonesia yang mempunyai kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat sehingga tercapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, sebagai salah satu unsur dari pembangunan sumber daya manusia Indonesia seutuhnya.
Visi tersebut telah tiga tahun yang lalu berhasil dirumuskan oleh Departemen Kesehatan RI yang mestinya telah dijabarkan kedalam program kerja yang lebih bersifat operasional untuk mencapai visi itu. Beberapa tahun lagi kita akan mencapai tahun 2010, dan saat itu kita tentu akan menyaksikan bersama apakah gambaran tersebut akan menjadi kenyataan?. Namun yang perlu kita renungkan visi Indonesia sehat 2010 sebenarnya visi siapa? Bila itu merupakan visi Departemen Kesehatan RI saja atau yang dirumuskan hanya oleh beberpa pejabat saja sedangkan dalam cita citanya adalah masyarakat Indonesia yang mempunyai kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat.
Pertanyaanya berikutnya adalah bagaimana masyarakat Indonesia ikut merasa meiliki terhadap visi itu karena ia ditempatkan sebagai subyek yang harus berubah. Namun jika itu adalah perwujudan dari visi bangsa Indonesia, pertanyaanya adalah sejauh mana keterlibatan masyarakat/bangsa Indonesia ini terlibat dalam merumuskan visi itu sehingga mereka juga punya komitment untuk merealisasikan visi tersebut. Bila kita lupakan saja itu visi siapa yang jelas seperti yang saya uraikan sebelumnya baha status kesehatan bangsa Indonesia merupakan resultanste upaya bersama, maka yang harus kita upayakan adalah bagaimana visi Indonesia 2010 sehat, itu menjadi milik dan bagian dalam kehidupan bangsa Indonesia. Tanpa masyarakat dan sektor lain merasakan itu, maka komitmennya untuk ikut mewujudkan visi tersebut juga akan lemah, karena untuk mewujudkan visi dibutuhkan komitmen semua pihak (stakeholder).
Akhirnya kita sebagai bangsa Indonesia perlulah merenung sejenak untuk membayangkan dapatkan visi mulia 'Indonesia Sehat 2010 ' itu akan terwujud. Tentunya kita tidak berharap bahwa pada saatnya nanti visi itu akan menjadi sekedar jargon yang terlewatkan dan terlupakan begitu saja. Sementara dunia telah metapkan status kesehatan masyarakat menjadi salah satu komponen Human Development Index ( HDI ) yaitu indikator kemajuan kualitas SDM suatu bangsa.



















SEHAT SAKIT DI LIHAT DARI KONTEKS SOSIAL BUDAYA

Diasampaikan Kembali Oleh : Dafid Arifiyanto




PENDAHULUAN
Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional diarahkan guna ercapainya kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Dan kesehatan yang demikian yang menjadi dambaan setiap orang sepanjang hidupnya. Tetapi datangnya penyakit merupakan hal yang tidak bisa ditolak meskipun kadang-kadang bisa dicegah atau dihindari. Konsep sehat dan sakit sesungguhnya tidak terlalu mutlak dan universal karena ada faktor-faktor lain di luar kenyataan klinis yang mempengaruhinya terutama faktor sosial budaya. Kedua pengertian saling mempengaruhi dan pengertian yang satu hanya dapat dipahami dalam konteks pengertian yang lain.
Banyak ahli filsafat, biologi, antropologi, sosiologi, kedokteran, dan lain-lain bidang ilmu pengetahuan telah mencoba memberikan pengertian tentang konsep sehat dan sakit ditinjau dari masing-masing disiplin ilmu. Masalah sehat dan sakit merupakan proses yang berkaitan dengan kemampuan atau ketidakmampuan manusia beradap-tasi dengan lingkungan baik secara biologis, psikologis maupun sosio budaya.
UU No.23,1992 tentang Kesehatan menyatakan bahwa : Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Dalam pengertian ini maka kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsur-unsur fisik, mental dan sosial dan di dalamnya kesehatan jiwa merupakan bagian integral kesehatan. Definisi sakit: seseorang dikatakan sakit apabila ia menderita penyakit menahun (kronis), atau gangguan kesehatan lain yang menyebabkan aktivitas kerja/kegiatannya terganggu. Walaupun seseorang sakit (istilah sehari-hari) seperti masuk angin, pilek, tetapi bila ia tidak terganggu untuk melaksanakan kegiatannya, maka ia dianggap tidak sakit.


MASALAH SEHAT DAN SAKIT
Masalah kesehatan merupakan masalah kompleks yang merupakan resultante dari berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun masalah buatan manusia, sosial budaya, perilaku, populasi penduduk, genetika, dan sebagainya. Derajat kesehatan masyarakat yang disebut sebagai psycho socio somatic health well being, merupakan resultante dari 4 faktor yaitu :
1. Environment atau lingkungan.
2. Behaviour atau perilaku, Antara yang pertama dan kedua dihubungkan dengan ecological balance.
3. Heredity atau keturunan yang dipengaruhi oleh populasi, distribusi penduduk, dan sebagainya.
4. Health care service berupa program kesehatan yang bersifat preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif.

Dari empat faktor tersebut di atas, lingkungan dan perilaku merupakan faktor yang paling besar pengaruhnya (dominan) terhadap tinggi rendahnya derajat kesehatan masyarakat. Tingkah laku sakit, peranan sakit dan peranan pasien sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti kelas sosial, perbedaan suku bangsa dan budaya. Maka ancaman kesehatan yang sama (yang ditentukan secara klinis), bergantung dari variabel-variabel tersebut dapat menimbulkan reaksi yang berbeda di kalangan pasien.
Pengertian sakit menurut etiologi naturalistik dapat dijelaskan dari segi impersonal dan sistematik, yaitu bahwa sakit merupakan satu keadaan atau satu hal yang disebabkan oleh gangguan terhadap sistem tubuh manusia. Pernyataan tentang pengetahuan ini dalam tradisi klasik Yunani, India, Cina, menunjukkan model keseimbangan (equilibrium model) seseorang dianggap sehat apabila unsur-unsur utama yaitu panas dingin dalam tubuhnya berada dalam keadaan yang seimbang. Unsur-unsur utama ini tercakup dalam konsep tentang humors, ayurveda dosha, yin dan yang. Departemen Kesehatan RI telah mencanangkan kebijakan baru berdasarkan paradigma sehat

1. Paradigma sehat adalah
Cara pandang atau pola pikir pembangunan kesehatan yang bersifat holistik, proaktif antisipatif, dengan melihat masalah kesehatan sebagai masalah yang dipengaruhi oleh banyak faktor secara dinamis dan lintas sektoral, dalam suatu wilayah yang berorientasi kepada peningkatan pemeliharaan dan perlindungan terhadap penduduk agar tetap sehat dan bukan hanya penyembuhan penduduk yang sakit.
Pada intinya paradigma sehat memberikan perhatian utama terhadap kebijakan yang bersifat pencegahan dan promosi kesehatan, memberikan dukungan dan alokasi sumber daya untuk menjaga agar yang sehat tetap sehat namun tetap mengupayakan yang sakit segera sehat. Pada prinsipnya kebijakan tersebut menekankan pada masyarakat untuk mengutamakan kegiatan kesehatan dari pada mengobati penyakit. Telah dikembangkan pengertian tentang penyakit yang mempunyai konotasi biomedik dan sosio kultural
Dalam bahasa Inggris dikenal kata disease dan illness sedangkan dalam bahasa Indonesia, kedua pengertian itu dinamakan penyakit. Dilihat dari segi sosio kultural terdapat perbedaan besar antara kedua pengertian tersebut. Dengan disease dimaksudkan gangguan fungsi atau adaptasi dari proses-proses biologik dan psikofisiologik pada seorang individu, dengan illness dimaksud reaksi personal, interpersonal, dan kultural terhadap penyakit atau perasaan kurang nyaman. Para dokter mendiagnosis dan mengobati disease, sedangkan pasien mengalami illness yang dapat disebabkan oleh disease illness tidak selalu disertai kelainan organik maupun fungsional tubuh.
Tulisan ini merupakan tinjauan pustaka yang membahas pengetahuan sehat-sakit pada aspek sosial budaya dan perilaku manusia; serta khusus pada interaksi antara beberapa aspek ini yang mempunyai pengaruh pada kesehatan dan penyakit. Dalam konteks kultural, apa yang disebut sehat dalam suatu kebudayaan belum tentu disebut sehat pula dalam kebudayaan lain. Di sini tidak dapat diabaikan adanya faktor penilaian atau faktor yang erat hubungannya dengan sistem nilai.


KONSEP SEHAT SAKIT MENURUT BUDAYA MASYARAKAT
Istilah sehat mengandung banyak muatan kultural, sosial dan pengertian profesional yang beragam. Dulu dari sudut pandangan kedokteran, sehat sangat erat kaitannya dengan kesakitan dan penyakit. Dalam kenyataannya tidaklah sesederhana itu, sehat harus dilihat dari berbagai aspek. WHO melihat sehat dari berbagai aspek.
Definisi WHO (1981): Health is a state of complete physical, mental and social well-being, and not merely the absence of disease or infirmity. WHO mendefinisikan pengertian sehat sebagai suatu keadaan sempurna baik jasmani, rohani, maupun kesejahteraan sosial seseorang.
Sebatas mana seseorang dapat dianggap sempurna jasmaninya ?, Oleh para ahli kesehatan, antropologi kesehatan dipandang sebagai disiplin biobudaya yang memberi perhatian pada aspek-aspek biologis dan sosial budaya dari tingkah laku manusia, terutama tentang cara-cara interaksi antara keduanya sepanjang sejarah kehidupan manusia yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit. Penyakit sendiri ditentukan oleh budaya: hal ini karena penyakit merupakan pengakuan sosial bahwa seseorang tidak dapat menjalankan peran normalnya secara wajar. Cara hidup dan gaya hidup manusia merupakan fenomena yang dapat dikaitkan dengan munculnya berbagai macam penyakit, selain itu hasil berbagai kebudayaan juga dapat menimbulkan penyakit.
Masyarakat dan pengobat tradisional menganut dua konsep penyebab sakit, yaitu: Naturalistik dan Personalistik. Penyebab bersifat Naturalistik yaitu seseorang menderita sakit akibat pengaruh lingkungan, makanan (salah makan), kebiasaan hidup, ketidak seimbangan dalam tubuh, termasuk juga kepercayaan panas dingin seperti masuk angin dan penyakit bawaan. Konsep sehat sakit yang dianut pengobat tradisional (Battra) sama dengan yang dianut masyarakat setempat, yakni suatu keadaan yang berhubungan dengan keadaan badan atau kondisi tubuh kelainan-kelainan serta gejala yang dirasakan. Sehat bagi seseorang berarti suatu keadaan yang normal, wajar, nyaman, dan dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan gairah. Sedangkan sakit dianggap sebagai suatu keadaan badan yang kurang menyenangkan, bahkan dirasakan sebagai siksaan sehingga menyebabkan seseorang tidak dapat menjalankan aktivitas sehari-hari seperti halnya orang yang sehat.
Sedangkan konsep Personalistik menganggap munculnya penyakit (illness) disebabkan oleh intervensi suatu agen aktif yang dapat berupa makhluk bukan manusia (hantu, roh, leluhur atau roh jahat), atau makhluk manusia (tukang sihir, tukang tenung).
Menelusuri nilai budaya, misalnya mengenai pengenalan kusta dan cara perawatannya. Kusta telah dikenal oleh etnik Makasar sejak lama. Adanya istilah kaddala sikuyu (kusta kepiting) dan kaddala massolong (kusta yang lumer), merupakan ungkapan yang mendukung bahwa kusta secara endemik telah berada dalam waktu yang lama di tengah-tengah masyarakat tersebut.
Hasil penelitian kualitatif dan kuantitatif atas nilai-nilai budaya di Kabupaten Soppeng, dalam kaitannya dengan penyakit kusta (Kaddala,Bgs.) di masyarakat Bugis menunjukkan bahwa timbul dan diamalkannya leprophobia secara ketat karena menurut salah seorang tokoh budaya, dalam nasehat perkawinan orang-orang tua di sana, kata kaddala ikut tercakup di dalamnya. Disebutkan bahwa bila terjadi pelanggaran melakukan hubungan intim saat istri sedang haid, mereka (kedua mempelai) akan terkutuk dan menderita kusta/kaddala. Ide yang bertujuan guna terciptanya moral yang agung di keluarga baru, berkembang menuruti proses komunikasi dalam masyarakat dan menjadi konsep penderita kusta sebagai penanggung dosa. Pengertian penderita sebagai akibat dosa dari ibu-bapak merupakan awal derita akibat leprophobia. Rasa rendah diri penderita dimulai dari rasa rendah diri keluarga yang merasa tercemar bila salah seorang anggota keluarganya menderita kusta. Dituduh berbuat dosa melakukan hubungan intim saat istri sedang haid bagi seorang fanatik Islam dirasakan sebagai beban trauma psikosomatik yang sangat berat.
Orang tua, keluarga sangat menolak anaknya didiagnosis kusta. Pada penelitian Penggunaan Pelayanan Kesehatan Di Propinsi Kalimantan Timur dan Nusa Tenggara Barat (1990), hasil diskusi kelompok di Kalimantan Timur menunjukkan bahwa anak dinyatakan sakit jika menangis terus, badan berkeringat, tidak mau makan, tidak mau tidur, rewel, kurus kering. Bagi orang dewasa, seseorang dinyatakan sakit kalau sudah tidak bisa bekerja, tidak bisa berjalan, tidak enak badan, panas dingin, pusing, lemas, kurang darah, batuk-batuk, mual, diare. Sedangkan hasil diskusi kelompok di Nusa Tenggara Barat menunjukkan bahwa anak sakit dilihat dari keadaan fisik tubuh dan tingkah lakunya yaitu jika menunjukkan gejala misalnya panas, batuk pilek, mencret, muntah-muntah, gatal, luka, gigi bengkak, badan kuning, kaki dan perut bengkak.
Seorang pengobat tradisional yang juga menerima pandangan kedokteran modern, mempunyai pengetahuan yang menarik mengenai masalah sakit-sehat. Baginya, arti sakit adalah sebagai berikut: sakit badaniah berarti ada tanda-tanda penyakit di badannya seperti panas tinggi, penglihatan lemah, tidak kuat bekerja, sulit makan, tidur terganggu, dan badan lemah atau sakit, maunya tiduran atau istirahat saja. Pada penyakit batin tidak ada tanda-tanda di badannya, tetapi bisa diketahui dengan menanyakan pada yang gaib. Pada orang yang sehat, gerakannya lincah, kuat bekerja, suhu badan normal, makan dan tidur normal, penglihatan terang, sorot mata cerah, tidak mengeluh lesu, lemah, atau sakit-sakit badan.
Sudarti (1987) menggambarkan secara deskriptif persepsi masyarakat beberapa daerah di Indonesia mengenai sakit dan penyakit; masyarakat menganggap bahwa sakit adalah keadaan individu mengalami serangkaian gangguan fisik yang menimbulkan rasa tidak nyaman. Anak yang sakit ditandai dengan tingkah laku rewel, sering menangis dan tidak nafsu makan. Orang dewasa dianggap sakit jika lesu, tidak dapat bekerja, kehilangan nafsu makan, atau 'kantong kering' (tidak punya uang). Selanjutnya masyarakat menggolongkan penyebab sakit ke dalam 3 bagian yaitu :
1. Karena pengaruh gejala alam (panas, dingin) terhadap tubuh manusia
2. Makanan yang diklasifikasikan ke dalam makanan panas dan dingin.
3. Supranatural (roh, guna-guna, setan dan lain-lain.).
Untuk mengobati sakit yang termasuk dalam golongan pertama dan ke dua, dapat digunakan obat-obatan, ramuan-ramuan, pijat, kerok, pantangan makan, dan bantuan tenaga kesehatan. Untuk penyebab sakit yang ke tiga harus dimintakan bantuan dukun, kyai dan lain-lain. Dengan demikian upaya penanggulangannya tergantung kepada kepercayaan mereka terhadap penyebab sakit. Beberapa contoh penyakit pada bayi dan anak sebagai berikut :
a. Sakit demam dan panas.
Penyebabnya adalah perubahan cuaca, kena hujan, salah makan, atau masuk angin. Pengobatannya adalah dengan cara mengompres dengan es, oyong, labu putih yang dingin atau beli obat influensa. Di Indramayu dikatakan penyakit adem meskipun gejalanya panas tinggi, supaya panasnya turun. Penyakit tampek (campak) disebut juga sakit adem karena gejalanya badan panas.
b. Sakit mencret (diare).
Penyebabnya adalah salah makan, makan kacang terlalu banyak, makan makanan pedas, makan udang, ikan, anak meningkat kepandaiannya, susu ibu basi, encer, dan lain-lain. Penanggulangannya dengan obat tradisional misalkan dengan pucuk daun jambu dikunyah ibunya lalu diberikan kepada anaknya (Bima Nusa Tenggara Barat) obat lainnya adalah Larutan Gula Garam (LGG), Oralit, pil Ciba dan lain-lain. Larutan Gula Garam sudah dikenal hanya proporsi campurannya tidak tepat.
c. Sakit kejang-kejang
Masyarakat pada umumnya menyatakan bahwa sakit panas dan kejang-kejang disebabkan oleh hantu. Di Sukabumi disebut hantu gegep, sedangkan di Sumatra Barat disebabkan hantu jahat. Di Indramayu pengobatannya adalah dengan dengan pergi ke dukun atau memasukkan bayi ke bawah tempat tidur yang ditutupi jaring.
d. Sakit tampek (campak)
Penyebabnya adalah karena anak terkena panas dalam, anak dimandikan saat panas terik, atau kesambet. Di Indramayu ibu-ibu mengobatinya dengan membalur anak dengan asam kawak, meminumkan madu dan jeruk nipis atau memberikan daun suwuk, yang menurut kepercayaan dapat mengisap penyakit.


KEJADIAN PENYAKIT
Penyakit merupakan suatu fenomena kompleks yang berpengaruh negatif terhadap kehidupan manusia. Perilaku dan cara hidup manusia dapat merupakan penyebab bermacam-macam penyakit baik di zaman primitif maupun di masyarakat yang sudah sangat maju peradaban dan kebudayaannya.
Ditinjau dari segi biologis penyakit merupakan kelainan berbagai organ tubuh manusia, sedangkan dari segi kemasyarakatan keadaan sakit dianggap sebagai penyimpangan perilaku dari keadaan sosial yang normatif. Penyimpangan itu dapat disebabkan oleh kelainan biomedis organ tubuh atau lingkungan manusia, tetapi juga dapat disebabkan oleh kelainan emosional dan psikososial individu bersangkutan. Faktor emosional dan psikososial ini pada dasarnya merupakan akibat dari lingkungan hidup atau ekosistem manusia dan adat kebiasaan manusia atau kebudayaan.
Konsep kejadian penyakit menurut ilmu kesehatan bergantung jenis penyakit. Secara umum konsepsi ini ditentukan oleh berbagai faktor antara lain parasit, vektor, manusia dan lingkungannya. Para ahli antropologi kesehatan yang dari definisinya dapat disebutkan berorientasi ke ekologi, menaruh perhatian pada hubungan timbal balik antara manusia dan lingkungan alamnya, tingkah laku penyakitnya dan cara-cara tingkah laku penyakitnya mempengaruhi evolusi kebudayaannya melalui proses umpan balik (Foster, Anderson, 1978).
Penyakit dapat dipandang sebagai suatu unsur dalam lingkungan manusia, seperti tampak pada ciri sel-sabit (sickle-cell) di kalangan penduduk Afrika Barat, suatu perubahan evolusi yang adaptif, yang memberikan imunitas relatif terhadap malaria. Ciri sel sabit sama sekali bukan ancaman, bahkan merupakan karakteristik yang diinginkan karena memberikan proteksi yang tinggi terhadap gigitan nyamuk Anopheles.
Bagi masyarakat Dani di Papua, penyakit dapat merupakan simbol sosial positif, yang diberi nilai-nilai tertentu. Etiologi penyakit dapat dijelaskan melalui sihir, tetapi juga sebagai akibat dosa. Simbol sosial juga dapat merupakan sumber penyakit. Dalam peradaban modern, keterkaitan antara simbol-simbol sosial dan risiko kesehatan sering tampak jelas, misalnya remaja merokok.
Suatu kajian hubungan antara psikiatri dan antropologi dalam konteks perubahan sosial ditulis oleh Rudi Salan (1994), berdasarkan pengalaman sendiri sebagai psikiater; salah satu kasusnya sebagai berikut : Seorang perempuan yang sudah cukup umur reumatiknya diobati hanya dengan vitamin dan minyak ikan saja dan percaya penyakitnya akan sembuh. Menurut pasien penyakitnya disebabkan karena 'darah kotor' oleh karena itu satu-satunya jalan penyembuhan adalah dengan makan makanan yang bersih , yaitu `mutih' (ditambah vitamin seperlunya agar tidak kekurangan vitamin) sampai darahnya menjadi bersih kembali. Bagi seorang dokter pendapat itu tidak masuk akal, tetapi begitulah kenyataan yang ada dalam masyarakat.


PERILAKU SEHAT DAN PERILAKU SAKIT
Penelitian-penelitian dan teori-teori yang dikembangkan oleh para antropolog seperti perilaku sehat ( health behavior ), perilaku sakit (illness behavior) perbedaan antara illness dan disease, model penjelasan penyakit (explanatory model ), peran dan karir seorang yang sakit (sick role), interaksi dokter-perawat, dokter-pasien, perawat-pasien, penyakit dilihat dari sudut pasien, membuka mata para dokter bahwa kebenaran ilmu kedokteran modern tidak lagi dapat dianggap kebenaran absolut dalam proses penyembuhan.
Perilaku sakit diartikan sebagai segala bentuk tindakan yang dilakukan oleh individu yang sedang sakit agar memperoleh kesembuhan, sedangkan perilaku sehat adalah tindakan yang dilakukan individu untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya, termasuk pencegahan penyakit, perawatan kebersihan diri, penjagaan kebugaran melalui olah raga dan makanan bergizi.
Perilaku sehat diperlihatkan oleh individu yang merasa dirinya sehat meskipun secara medis belum tentu mereka betul-betul sehat. Sesuai dengan persepsi tentang sakit dan penyakit maka perilaku sakit dan perilaku sehat pun subyektif sifatnya. Persepsi masyarakat tentang sehat-sakit ini sangatlah dipengaruhi oleh unsur pengalaman masa lalu di samping unsur sosial budaya. Sebaliknya petugas kesehatan berusaha sedapat mungkin menerapkan kreteria medis yang obyektif berdasarkan gejala yang tampak guna mendiagnosis kondisi fisik individu.


PERSEPSI MASYARAKAT
Persepsi masyarakat mengenai terjadinya penyakit berbeda antara daerah yang satu dengan daerah yang lain, karena tergantung dari kebudayaan yang ada dan berkembang dalam masyarakat tersebut. Persepsi kejadian penyakit yang berlainan dengan ilmu kesehatan sampai saat ini masih ada di masyarakat; dapat turun dari satu generasi ke generasi berikutnya dan bahkan dapat berkembang luas.
Berikut ini contoh persepsi masyarakat tentang penyakit malaria, yang saat ini masih ada di beberapa daerah pedesaan di Papua (Irian Jaya). Makanan pokok penduduk Papua adalah sagu yang tumbuh di daerah rawa-rawa. Selain rawa-rawa, tidak jauh dari mereka tinggal terdapat hutan lebat. Penduduk desa tersebut beranggapan bahwa hutan itu milik penguasa gaib yang dapat menghukum setiap orang yang melanggar ketentuannya. Pelanggaran dapat berupa menebang, membabat hutan untuk tanah pertanian, dan lain-lain akan diganjar hukuman berupa penyakit dengan gejala demam tinggi, menggigil, dan muntah. Penyakit tersebut dapat sembuh dengan cara minta ampun kepada penguasa hutan, kemudian memetik daun dari pohon tertentu, dibuat ramuan untuk di minum dan dioleskan ke seluruh tubuh penderita. Dalam beberapa hari penderita akan sembuh.
Persepsi masyarakat mengenai penyakit diperoleh dan ditentukan dari penuturan sederhana dan mudah secara turun temurun. Misalnya penyakit akibat kutukan Allah, makhluk gaib, roh-roh jahat, udara busuk, tanaman berbisa, binatang, dan sebagainya. Pada sebagian penduduk Pulau Jawa, dulu penderita demam sangat tinggi diobati dengan cara menyiram air di malam hari. Air yang telah diberi ramuan dan jampi-jampi oleh dukun dan pemuka masyarakat yang disegani digunakan sebagai obat malaria.


PENUTUP
Cara dan gaya hidup manusia, adat istiadat, kebudayaan, kepercayaan bahkan seluruh peradaban manusia dan lingkungannya berpengaruh terhadap penyakit. Secara fisiologis dan biologis tubuh manusia selalu berinteraksi dengan lingkungannya. Manusia mempunyai daya adaptasi terhadap lingkungan yang selalu berubah, yang sering membawa serta penyakit baru yang belum dikenal atau perkembangan/perubahan penyakit yang sudah ada. Kajian mengenai konsekuensi kesehatan perlu memperhatikan konteks budaya dan sosial masyarakat .




























TUGAS INDIVIDU



A. Buatlah Makalah Tentang Konsep Manusia dan Kebutuhan Dasar dengan Topik :
1. Manusia sebagai makhluk dengan sistem terbuka
2. Pria dan Wanita dalam kesetaraan gender
3. Spiritualitas sebagai kebutuhan paling dasar
4. Upaya manusia dalam memenuhi kebutuhan dasar

B. Carilah Proses alamiah penyakit meliputi :
– Definisi
– Penyebab
– Patogenesis dan perjalanan penyakit
– Tanda dan gejala
– Pencegahan penyakit (sesuai konsep diatas)
– Komplikasi
Judul Kasus yang ada di masyarakat
Cikungunya
Flu burung
Aids
Polio

C. Buatlah Makalah Sehat-Sakit dengan topik
9. Kebijakan pemerintah dibidang kesehatan
10. Peran PPNI dalam mewujudkan sehat 2010
11. Peran tenaga keperawatan dalam mewujudkan sehat 2010
12. Upaya mewujudkan kesehatan dilihat dari aspek spiritual
13. Peran masyarakat dalam mewujudkan sehat 2010


Makalah diketik rapi menggunakan komputer
Huruf Times new roman draf 12
Kertas ukuran folio, jumlah makalah minimal 5 lembar
Dikumpulkan sebelum midsemester
Perawat bahagia
Baca selengkapnya - sehat-sakit

Range Of Motion

Range Of Motion: "ROM ( RANGE OF MOTION)
Oleh : Dafid Arifiyanto


A. Pengertian
Adalah latihan gerakan sendi yang memungkinkan terjadinya kontraksi dan pergerakan otot, dimana klien menggerakan masing-masing persendiannya sesuai gerakan normal baik secara aktif ataupun pasif.

B. Tujuan
1. Meningkatkan atau mempertahankan fleksibilitas dan kekuatan otot.
Mempertrahankan fungsi jantung dan pernapasan
Mencegah kontraktur dan kekakuan pada sendi

C. Jenis ROM
ROM pasif
Perawat melakukan gerakan persendian klien sesuai dengan rentang gerak yang normal (klien pasif). Kekuatan otot 50 %
ROM aktif
Perawat memberikan motivasi, dan membimbing klien dalam melaksanakan pergerakan sendi secara mandiri sesuai dengan rentang gerak sendi normal (klien aktif). Keuatan otot 75 %

D. Jenis gerakan
Fleksi
Ekstensi
Hiper ekstensi
Rotasi
Sirkumduksi
Supinasi
Pronasi
Abduksi
Aduksi
Oposisi

E. Sendi yang digerakan
1. ROM Aktif
Seluruh tubuh dari kepala sampai ujung jari kaki oleh klien sendri secara aktif.
2. ROM Pasif
Seluruh persendian tubuh atau hanya pada ekstremitas yang terganggu dan klien tidak mampu melaksanakannya secara mandiri.
§ Leher (fleksi/ekstensi, fleksi lateral)
§ Bahu tangan kanan dan kiri ( fkesi/ekstensi, abduksi/adduksi, Rotasi bahu)
§ Siku tangan kanan dan kiri (fleksi/ekstensi, pronasi/supinasi)
§ Pergelangan tangan (fleksi/ekstensi/hiperekstensi, abduksi/adduksi)
§ Jari-jari tangan (fleksi/ekstensi/hiperekstensi, abduksi/adduksi, oposisi)
§ Pinggul dan lutut (fleksi/ekstensi, abduksi/adduksi, rotasi internal/eksternal)
§ Pergelangan kaki (fleksi/ekstensi, Rotasi)
§ Jari kaki (fleksi/ekstensi)

F. Indikasi
§ Stroke atau penurunan tingkat kesadaran
§ Kelemahan otot
§ Fase rehabilitasi fisik
§ Klien dengan tirah baring lama

G. Kontra Indikasi
§ Trombus/emboli pada pembuluh darah
§ Kelainan sendi atau tulang
§ Klien fase imobilisasi karena kasus penyakit (jantung)


H. Atention
§ Monitor keadaan umum klien dan tanda-tanda vital sebelum dan setelah latihan
§ Tanggap terhadap respon ketidak nyamanan klien
§ Ulangi gerakan sebanyak 3 kali
Perawat bahagia
Baca selengkapnya - Range Of Motion

Osteomyelitis

Osteomyelitis
Osteomyelitis is an infection of the bone. It can be caused by a variety of microbial agents and situations including:
An open injury to the bone, such as an open fracture with the bone ends piercing the skin.
An infection from elsewhere in the body, such as a urinary tract infection that has spread to the bone through the blood.
A minor trauma, which can lead to a blood clot around the bone and then a secondary infection from seeding of bacteria.
Bacteria in the bloodstream, which is deposited in a focal (localized) area of the bone. This bacterial site in the bone then grows, resulting in destruction of the bone. However, new bone often forms around the site.
A chronic open wound or soft tissue infection can eventually extend down to the bone surface, leading to a secondary bone infection.
Osteomyelitis affects about two out of every 10,000 people. If left untreated, the infection can become chronic and cause a loss of blood supply to the affected bone. When this happens, it can lead to the eventual death of the bone tissue.
Osteomyelitis can affect both adults and children. The bacteria or fungus that can cause osteomyelitis, however, differs among age groups. In adults, osteomyelitis often affects the vertebrae and the pelvis. In children, osteomyelitis usually affects the adjacent ends of long bones. Long bones are large, dense bones that provide strength, structure, and mobility. They include the femur and tibia in the legs and the humerus and radius in the arms.
Osteomyelitis does not occur more commonly in a particular race or gender. However, some people are more at risk for developing the disease, including:
People with diabetes
Patients receiving hemodialysis
People with weakened immune systems
People with sickle cell disease
Intravenous drug abusers
The elderly
Symptoms of osteomyelitisThe symptoms of osteomyelitis can include:
Pain and/or tenderness in the infected area
Swelling and warmth in the infected area
Fever
Nausea, secondarily from being ill with infection
General discomfort, uneasiness, or ill feeling
Drainage of pus through the skin
Additional symptoms that may be associated with this disease include:
Excessive sweating
Chills
Lower back pain
Swelling of the ankles, feet, and legs
Changes in gait (walking pattern that is a painful, yielding a limp)
Diagnosing osteomyelitisTo diagnose osteomyelitis, the doctor will first perform a complete physical examination. In doing so, the physician will look for signs or symptoms of soft tissue and bone tenderness and possibly swelling and redness. The doctor will also ask you to describe your symptoms and will evaluate your personal and family medical history. The doctor can then order any of the following tests to assist in confirming the diagnosis:
Blood tests: When testing the blood, measurements are taken to confirm an infection: a complete blood count (CBC), which will show if there is an increased white blood cell count, and an ESR (erythrocyte sedimentation rate) and/or CRP (creative protein) in the bloodstream, which detects and measures inflammation in the body.
Blood culture: A blood culture is a test used to detect bacteria. A sample of blood is taken and then placed into an environment that will support the growth of bacteria. By allowing the bacteria to grow, the infectious agent can then be identified and tested against different antibiotics in hopes of finding the most effective treatment.
Needle aspiration: During this test, a needle is used to remove a sample of fluid and cells from the vertebral space, or bony area. It is then sent to the lab to be evaluated by allowing the infectious agent to grow on media.
Biopsy: A biopsy (tissue sample) of the infected bone may be taken and tested for signs of an invading organism.
Bone scan: During this test, a small amount of Technetium-99 pyrophosphate, a radioactive material, is injected intravenously into the body. If the bone tissue is healthy, the material will spread in a uniform fashion. However, a tumor or infection in the bone will absorb the material and show an increased concentration of the radioactive material, which can be seen with a special camera that produces the images on a computer screen. The scan can help your doctor detect these abnormalities in their early stages, when X-ray findings may only show normal findings.
Treating and managing osteomyelitisThe objective of treating osteomyelitis is to eliminate the infection and prevent the development of chronic infection. Chronic osteomyelitis can lead to permanent deformity and chronic problems, so it is important to treat the disease as soon as possible.
Drainage: If there is an open wound or abscess, it may be drained through a procedure called needle aspiration. In this procedure, a needle is inserted into the infected area and the fluid is withdrawn. Deep aspiration is preferred over often-unreliable surface swabs.
Medications: Prescribing antibiotics is the first step in treating osteomyelitis. Antibiotics help the body get rid of bacteria in the bloodstream that may otherwise re-infect the bone. The dosage and type of antibiotic prescribed depends on the type of bacteria present and the extent of infection. While antibiotics are often given intravenously, some are also very effective when given in an oral dosage. It is important to first identify the offending organism through blood cultures, aspiration, and biopsy so that the organism is not masked by an initial inappropriate dose of antibiotics.
Splinting or cast immobilization: This may be necessary to immobilize the affected bone and nearby joints in order to avoid further trauma and to help the area heal adequately and as quickly as possible. Splinting and cast immobilization are frequently done in children, although motion of joints after initial control is important to prevent stiffness and atrophy.
Surgery: Most well-established bone infections are managed through open surgical procedures during which the destroyed bone is scraped out. In the case of spinal abscesses, surgery is not performed unless there is compression of the spinal cord or nerve roots. Instead, patients with spinal osteomyelitis are given intravenous antibiotics. After surgery, antibiotics against the specific bacteria involved in the infection are then intensively administered during the hospital stay and for many weeks afterward.

With proper treatment, the outcome is usually good for osteomyelitis, although results tend to be worse for chronic osteomyelitis, even with surgery. Some cases of chronic osteomyelitis can be so resistant to treatment that amputation may be required; however, this is rare. Also, over many years, chronic infectious draining sites can evolve into a squamous-cell type of skin cancer, although this, too, is rare. Any change in the nature of the chronic drainage, or change of the nature of the chronic drainage site, should be evaluated by a physician experienced in treating chronic bone infections. Because it is important that osteomyelitis receives prompt medical attention, people who are at a higher risk of developing osteomyelitis should called their doctors as soon as possible if any symptoms arise.

Perawat bahagia
Baca selengkapnya - Osteomyelitis

Konsep Psikososial


Konsep Psikososial


Manusia adalah makluk biopsikososial yang unik dan menerapkan sistem terbuka serta saling berinteraksi. Manusia selalu berusaha untuk mempertahankan keseimbangan hidupnya. Keseimbangan yang dipertahankan oleh setiap individu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya, keadaan tersebut disebut sehat. Sedangkan orang dikatakan sakit apabila gagal dalam mempertahankan keseimbangan dirinya dan lingkungan.

Kilen masuk rumahs sakit dan dirawat mengalami sters fisik dan mental baik dari diri sendiri, lingkungan, maupun keluarga.

Pada heirarki kebutuhan Maslow dinyatakan bahwa tingkat yang paling tinggi dalam kebutuhan manusia adalah tercapainya aktualisasi diri. Untuk mencapai aktualisasi diri diperlukan konsep diri yang sehat.


Konsep Diri

Konsep diri adalah semua perasaan, kepercayaan, dan nilai yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain. Konsep diri berkembang secara bertahap saat bayi melalui mengenal dan membedakan dirinya dengan orang lain.

Pembentukan konsep diri ini sangat tergantung dipengaruhi oleh asuhan orang tua dan lingkungannya.


Komponen Konsep Diri

1. Citra Tubuh

Citra tubuh adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk dan fungsi penampilan tubuh saat ini dan masa lalu.

2. Ideal Diri

Persepsi individu tentang bagaimana ia harus berperilaku sesuai dengan standar perilaku.Ideal diri akan mewujudkan cita-cita dan harapan pribadi.

3. Harga Diri

Harga diri adalah penilaian terhadap hasil pencaian yang dicapai dengan menganalisis sejauh mana perilaku yang sesuai dengan ideal diri. Jika individu selau sukses maka cenderung harga dirinya akan tinggi dan jika mengalami kegagalan cenderung harga dirinya rendah. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain.

4. Peran Diri

Peran diri adalah pola, perilaku nilai yang diharapkan dari seseorang berdasarkan fungsinya di dalam masyarakat.

5. Identitas Diri

Identitas diri adalah kesadaran akan dirinay sendiri yang bersumber dari observasi dan penilaian yang merupakan sintesis dari semua aspek konsep diri sebagai suatu kesatuan yang utuh.


Faktor-faktor yang mempengaruhi Konsep Diri

1. Tingkat perkembangan dan kematangan

Perkembangan anak seperti dukungan mental, perlakuan dan pertumbuhan anak akan mempengaruhi konsep dirinya.

2. Budaya

Pada usia anak-anak nilai-nilai akan diadopsi dari orang tuanya, kelompoknya, dan lingkungannya. Orang tua yang bekerja seharian akan membawa anak lebih dekat pada lingkungannya.

3. Sumber eksternal dan internal

Kekuatan dan perkembangan pada individu sangat berpengaruh terhadap konsep diri. Pada sumber internal misalnya, orang yang humoris koping individunya lebih efektif. Sumber eksternal misalnya adanya dukungan dari masyarakat dan ekonominya kuat.

4. Pengalaman sukses dan gagal

Adanya kecenderungan bahwa riwayat sukses akan meningkatkan konsep diri demikian pula sebaliknya.


5. Stesor

Stesor dalam kehidupan misalnya perkawinan, pekerjaan baru, ujian dan ketakutan. Jika koping individu tidak adekuat maka akan menimbulkan depresi, menarik diridan kecemasan.

6. Usia, keadaan sakit dan trauma

Usia tua, keadaan sakit akan mempengaruhi persepsi dirinya.


Karakteristik Kepribadian yang Sehat

1. Citra tubuh positf dan akurat

Kesadaran akan diri berdasarkan atas observasi mandiri dan perhatian yang sesuai akan kesehatan diri. Termasuk persepsi saat ini dan masa lalu.

2. Ideal dan realitas

Individu mempunyai ideal diri yang realitas dan mempunyai tujuan hidup yang dapat dicapai.

3. Konsep diri yang positif

Konsep diri yang positif menunjukkan bahwa individu akan sesuai dalam hidupnya.

4. Harga diri tinggi

Seseorang yang mempunyai harga diri yang tinggi. Ia memandang dirinya sama dengan orang lain.

5. Kepuasan penampilan peran

Individu yang mempunyai kepribadian sehat akan dapat berhubungan dengan orang lain secara intim dan mendapat kepuasan. Ia dapat mempercayai da terbuka pada orang lain serta membina hubungan interdependen.

6. Identitas jelas

Individu merasakan keunikan dirinya yang memberi arah kehidupan dalam mencapai tujuan.


Karakteristik Konsep Diri Rendah

1. Menghindari sentuhan atau melihat bagian tubuh tertentu

2. Tidak mau berkaca

3. Menghindari diskusi tentang topik dirinya

4. Menonlak rehabilitasi

5. Melakukan usaha sendiri dengan tidak tepat

6. Mengingkari perubahan pada dirinya

7. Peningkatan ketergantungan pada orang lain

8. Tanda dari keresahan seperti marah, keputusaan dan menangis

9. Menolak berpartisipasi dalam perawatan dirinya

10. Tingkah laku yang merusak seperti penggunaan obat-obatan dan alkohol

11. Menghindari kontak sosial

12. Kurang bertanggung jawab


Faktor Resiko Gangguan Konsep Diri

1. Gangguan Identitas Diri

a. Perubahan perkembangan

b. Trauma

c. Jenis kelamin yang tidak sesuai

d. Budaya yang tidak sesuai

2. Gangguan Citra tubuh

a. Hilangnya bagian tubuh

b. Perubahan perkembangn

c. Kecacatan

3. Gangguan Harga Diri

a. Hubungan interpersonal yang tidak harmonis

b. Kegagalan perkembangan

c. Kegagalan mencapai tujuan hidup

d. Kegagalan dalam mengikuti aturan moral

4. Gangguan Peran

a. Kehilangan peran

b. Peran ganda

c. Konflik peran

d. Ketidakmampuan menampilkan peran


http://askep-askeb-kita.blogspot.com/
Baca selengkapnya - Konsep Psikososial

Konsep manusia dan kebutuhan dasar

Konsep manusia dan kebutuhan dasar: "KEBUTUHAN DASAR MANUSIA (KDM)
“ Konsep Manusia dan Kebutuhan Dasar “


Oleh ; Dafid Arifiyanto


Manusia adalah satu dari sekian banyak mahluk ciptaan tuhan yang diberikan banyak kelebihan dari mahluk yang lain. Manusia adalah mahluk yang utuh dan unik. Sebagai mahluk yang utuh manusia terdiri dari bio psiko sosio dan spiritual.
Manusia adalah terdiri dari satu kesatuan yang merupakan karakteristik dan berakal, memiliki sifat-sifat yang unik yang ditimbulkan oleh berbagai macam-macam kebudayaan.
Dikatakan unik karena manusia memiliki beragai macam perbedaan dengan setiap manusia lain, mempunyai cara yang berbeda dalam upaya memenuhi kebutuhannya. Manusia sebagai mahluk individu, dimana manusia perbedaan dengan manusia lain dalam salah satu atau beberapa segi meliputi bio- psiko sosio dan spiritual.
1. Manusia sebagai mahluk biologis
Manusia adalah mahluk hidup yang lahir, tumbuh dan berkembang sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan. Sebagai mahluk biologi manusia memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Manusia merupakan susunan sel-sel yang hidup yang membentuk satu jaringan dan jaringan akan bersatu membentuk organ dan system organ. Dalam pertumbuhan dan perkembangannya manusia dipengaruhi oleh berbagai macam factor meliputi :
1). Faktor lingkungan, meliputi idiologi, politik, ekonomi, budaya, agama.
2). Faktor social, sosialisasi dengan orang lain
3). Faktor fisik : geografis, iklim/cuaca.
4). Factor fisiologis : system tubuh manusia
5). Faktor psikodinamik : kepribadian, konsep diri, cita-cita.
6). Spiritual : pandangan, motivasi, nilai-nilai.
b. Tunduk terhadap hukum alam
c. Memiliki individu
2. Manusia sebagai mahluk psikologis
a. Memiliki struktur kepribadian yang terdiri dari id, ego dan super ego
b. Dipengaruhi perasaan dan kata hati
c. Memiliki daya pikir dan kecerdasan
d. Memiliki kebutuhan psikologis agar pribadi dapat berkembang
e. Memiliki kepribadian yang unik

3. Manusia sebagai mahluk social
Manusia membutuhkan manusia lain didalam menjalani kehidupannya. Ciri-ciri mahluk sosial adalah :
a. Sebagai mahluk yang tidak dapat lepas dari orang lain manusia memiliki cipta (kemampuan untuk melakukan sesuatu), rasa (perasaan), dan karsa (tujuan).
b. Manusia hidup dalam kelompoknya (keluarga, masyarakat), manusia suci bagi manusia lain (Homosacra Res Homonim), dan engkau adalah aku (Tat Twan Asi)
c. Manusia selalu bersosialisasi, berhubungam, menyesuaikan diri, saling mencintai, menghormati, dan saling menghargai manusia lain dari masa kanak-kanak sampai dengan meningal dunia.
4. Manusia sebagai mahluk spiritual
Manusia diciptakan oleh Allah SWT, dalam bentuk yang sebaik-baiknya, memiliki jiwa yang sempurna, untuk menjadi khalifah dibumi. Bukti manusia mahluk spiritual :
a. Memiliki keyakinan dan kepercayaan
b. Menyembah tuhan

Konsep atau pemahaman tentang manusia perlu di tanamkan kepada para perawat karena pada saat menjalankan tugas dan tanggung jawabnya perawat akan berhadapan dengan manusia yang utuh dan unik sebagai individu. Perawat harus menggunakan pendekatan yang komprehensif dalam mengidentifikasi kebutuhan pasien atau dalam upaya mengembangkan potensi pasien serta menolongnnya dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar.
Pada dasarnya manusia memiliki kebutuhan yang sama tetapi adakalanya suatu kebutuhan lebih penting bagi seseorang dari pada kebutuhan lainnya begitu pula dengan bagaimana cara memenuhinya. Artinya betapapun arif dan bijaksanannya ataupun bagaimana kerasnya usaha perawat ia tidak mungkin pernah bisa menyelami atau memenuhi segala sesuatu yang diperlukan oleh klien dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini disebabkan pengetahuan manusia untuk mengetahui kebutuhan orang lain sangat terbatas, namun demikian perawat dapat melakukan beberapa hal untuk dapat mengetahui kebutuhan klien, antara lain :
Menciptakan rasa kekeluargaan dengan klien
Berusaha mengerti maksud klien
Peka terhadap ekspresi non verbal klien
Mendorong kliebn mengekspresikan perasaannya
Berusaha mengenal dan menghargai klien.
Kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow
A. Maslow menyusun kebutuhan dasar manusia secara hirarkhi, dimana kebutuhan fisiologis diletakan sebagai kebutuhan yang paling dasar.
1. Kebutuhan fisiologis
Udara segar (O2), air (H2O) dan elektrolit, makanan, pengeluaran zat sisa, tidur, istirahat, latihan, kebersihan dan seksual.
2. Kebutuhan rasa aman
Perlindungan dari udara panas/dingin, cuaca jelek, kecelakaan, infeksi, alergi, terhindar dari pencurian dan mendapatkan perlindungan hukum.
3. Kebutuhan akan cinta, dicintai dan mencintai
Mendambakan kasih saying, ingin dicintai individu/kelompok dan lain sebagainya.
4. Kebutuhan harga diri
Dihargai dalam pekerjaan, profesi, kecakapan, keluarga, kelompok dan masyarakat.
5. Kebutuhan aktualisasi diri
Kepuasan bekerja sesuai dengan potensi dan dilaksanakan dengan senang hati serta jika berhasil mendapat pengakuan orang lain.






Actualization Need

Self Esteem Need
Love Need
Kebutuhan Rasa Aman


Kebutuhan Fisiologis



Manusia Sebagai Sistem
Manusia merupakan system terbuka, dimana manusia adalah mahluk yang dinamis, belajar mengembangkan diri, selalu berinteraksi dengan alam dan lingkungannya, serta saling mempengaruhi satu sehingga mengalami perkembangan bio psiko sosio dan spiritual. Tujuan utama manusia sebagai sebuah system terbuka adalah :
1. Manusia mampu pertahan hidup di dunia dan berusaha mencapai kebahagiaan lahir dan batin.
2. Manusia dapat menempatkan diri di dalam lingkungannya dalam segala situasi dan bertahan untuk dapat tetap dalam keadaan sehat.
3. Derajat kesehatan ditentukan oleh kemampuan manusia dalam menerima segala pengaruh baik dari dirinya (dalam) ataupun dari orang lain (luar)

Konsep manusia sebagai system tertutup kurang dapat diterima/kurang memuaskan, karena system tertutup memandang manusia adalah mahluk yang statis, tidak dapat berkembang dalam menjalankan aktifitas kehidupannya serta dalam upaya memenuhi kebutuhan dasar.
Faktor-faktor yang mempengaruhi manusia dalam upaya pemenuhan kebutuhan dasar adalah :
1. Umur dan tingkat perkembangan
2. Sex
3. Status kesehatan
4. Social budaya
5. Status ekonomi
6. spiritual
7. Emosi

Homeostasis dan equilibrium
Homeostasis adalah pemeliharaan kesatuan, stabilitas dan ketetapan fungsi tubuh. Konsep homeostasis menjelaskan bagaimana tubuh berusaha memerangi penyakit untuk memelihara ketetapan lingkungan didalamnya. Homeostatis berfungsi sebagai system terbuka dimana manusia berupaya untuk tetap memelihara stabilitas dan ketetapan dalam dirinya karena manusia adalah sebagai subjek terhadapa segala pengaruh dan tantangan yang ada pada dirinya.
Konsep homeostatis telah digunakan oleh berbagai macam fungsi organ tubuh secara fisiologis. Menurut Cannon tujuan homeostatis adalah kebebasan, yaitu bahwa dari detik ke detik manusia bebas tidak memperhatikan proses-proses tubuh dalam memelihara keseimbangan asam-basa, cairan, makanan sel dan lain-lain.
Equilibrium merupakan proses keseimbangan yang terjadi akibat adanya proses adaptasi manusia terhadap kondisi yang akan menyebabkan sakit. Proses menjaga keseimbangan dalam tubuh manusia terjadi secara dinamis dimana manusia berusaha menghadapi segala tantangan dari luar sehingga keadaan seimbang dapat tercapai.
Apabila manusia tidak mampu menghadapi pengaruh dari luar maka pada dirinya akan terjadi suatu ketidak seimbangan dan manusia dikatakan dalam keadaan sakit, sebagai gambaran dapat dilihat pada rentang sebagai berikut :
Keseimbangan lingkungan

Ketidak seimbangan/kelemah
Immune
Genetic
Need
Budaya
Tujuan dan emosi

Biologis
Fisik (iklim, suhu)
Zat kimia
Mekanis (polusi)
Social








Sakit/Sehat




Steady State atau homeostasis akan terancam apabila tubuh tidak dapat menjaga kesimbangan yang dinamis, fungsinya akan rusak dan mekanisme fisiologis berubah menjadi mekanisme patofisiologi. Mekanisme patofisiologi akan menyebabkan penyakit dan akan tetap aktif selama sakit, disini penyakit adalah ancaman dari homeostasis dimana terjadi variasi abnormal dari struktur dan fungsi setiap bagian tubuh. Mekanisme koping merupakan proses penyesuaian yang berlangsung terus menerus dalam tubuh untuk memelihara keseimbangan dinamis, proses ini diatur oleh system syaraf otonom dan system endokrin dan pengontrolannya dengan umpan balik negatif.
Implikasi keperawatan yang dapat diambil adalah, penting bagi perawat untuk memahami titik intervensi optimal dalam memelihara kesehatan saat mekanisme kompensisi seseorang masih berfungsi.







Kecerdasan emosional Perawat
Integritas perawat
Self Awarness
Kebutuhan Dasar Menurut Kreagel

































STRESS dan ADAPTASI
Oleh : Dafid Arifiyanto

Stress
A. Pengertian
Hans Selye (1956) mendefinisikan stress sebagai respon nonspesifik tubuh terhadap setiap kebutuhan tanpa memperhatikan sifatnya. Respon tubuh tersebut merupakan satu seri reaksi fisiologis yang disebut General Adaptasi Sindrom (GAS).
Lazarus dan Folkman (1994) mendefinisikan stress psikologis sebagai hubungan khusus antara seseorang dengan lingkungan yang dihargai oleh orang tersebut sebagai pajak terhadap sumber dayanya dan membahayakan kemampuannya.
Stress adalah keadaan yang dihasilkan oleh perubahan lingkungan yang diterima sebagai suatu hal yang menantang, mengancam atau merusak keseimbangan atau ekuilibrium dinamis seseorang. Perubahan atau stimulus yang membangkitkan keadaan stress disebut stresor. Sifat stressor sangat berbeda-beda, kejadian, atau perubahan yang dapat menimbulkan stress pada seseorang. Seseorang akan berusaha menghindari atau mengatasi stress dengan mengubah situasi dengan tujuan yang diingginkan sampai tercipta keadaan adaptasi.. mekanisme ini disebut stress koping yaitu suatu kompensasi dengan mekanisme fisiologis dan psikologis.

B. Penyebab
Penyebab stress dapat berasal internal dan eksternal yang bersifat bersifat fisik, fisiologis, psikososial dan spiritual.
Eksternal stressor :
Stressor fisik dapat berupa perubahan suhu panas atau dingin dan agen kimia, model tempat tidur, alat tenun dan kebersihannya serta tidak adanya bel.
Stresor psikologis berupa reaksi emosi, takut atau kegagalan dalam mencapai tujuan, suara, sikap tenaga kesehatan.
Stresor social (ekonomi) berupa penolakan, kemiskinan, hubungan klien dengan keluarga, jam berkunjung, dan informasi.
Internal stressor :
Perubahan fisiologis yang tampak melalui tanda dan gejala (nyeri, kelelahan)
Proses pemeriksaan seperti rontgent, ct scan yang mengunakan sesuatu alat yang asing dipikiran klien.
Proses perawatan seperti tindakan pemberian obat parenteral, prosedur invasive.
Penilaian klien terhadap penyakit dan lingkungan.
Stresor transisional berupa pertumbuhan dan perkembangan, melahirkan, perkawinan.

C. Manifestasi Klinis
1. Reaksi fisiologis
a. Pelebaran pupil untuk meningkatkan persepsi visual
b. Peningkatan keringat untuk mengontrol kenaikan suhu tubuh berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme
c. Nadi meningkat
d. Kulit teraba dingin karena knnstriksi perifer sebagai efek norepineprin
e. Tekanan darah meningkat
f. Frekuensi dan kedalaman pernapasan meningkat
g. Urine menurun
h. Mulut kering
i. Ketegangan otot
j. Dan lain-lain
2. Psikososial
a. Reaksi yang berorientasi kepada ego ( ego defens mekanisme )
· Denial
· Projeksi
· Regrsi
· Displacement
· Isolasi
· Supresi
b. Reaksi verbal dan motorik
· Menangis, menurunkan perasaan tegang terhadap situasi yang menyakitkan, menyedihkan dan menyenagkan.
· Tertawa
· Berteriak, respon terhadap ketakutan, frustasi atau marah.
· Mencerca, diarahkan kepada sumber stress, dapat meningkatkan stressor jika sumber stress melakukan konfrontasi.
· Memukul dan menendang, respon spontan terhadap ancaman fisik.
· Menggenggam dan meremas, respon keadaan tegang, menyakitkan atau sedih.


c. Reaksi yang berorientasi pada penyelesaian masalah
Koping ini melibatkan proses kognitif afektif dan psikomotor.
· Berbicara dengan orang lain
· Mencari tahu lebih banyak tentang situasi
· Meningkatkan kegiatan ibadah
· Melakukan latihan penanganan stress (pernapasan, meditasi)
· Membuat alternatif pemecahan masalah (compromi)
· Belajar dari pengalaman masa lalu.
Selain koping pada diri individu, koping keluarga juga dapat membantu klien menghadapi stressor karena keluarga merupakan system pendukung yang paling dekat dengan klien.
· Mencari dukungan social.
· Reframing, mengkaji ulang kejadian stress sehingga dapat mendalami untuk menangani dan menerimannya.
· Mencari dukungan spiritual (berdoa, perkumpulan peribadatan).
· Menggerakan keluarga untuk mendapat dan menerima bantuan.
· Penilaian secara pasif (diam, nonton tv).

D. Dampak stressor dapat dipengaruhi oleh beberapa factor :
1. Sifat stresor
apa arti sebuah stressor bagi klien ?, stressor yang sama memberikan arti yang berbeda bagi seseorang. Luka diwajah seorang aktris menjadi stressor yang berat dibanding orang biasa seperti saya.
2. Jumlah stresor
Pada waktu yang bersamaan seseorang memiliki beberapa atau banyak stressor yang harus dihadapi, sehingga stressor yang kecil dapat menjadi berat.
3. Lama pemajanan terhadap stressor
Semakin lama seseorang terpapar stressor maka orang tersebut mengalami penurunan kemampuan dalam mengatasi masalah karena kelelahan.
4. Pengalaman masa lalu
Pengamlaman klien masa lalu seseorang mempengaruhinya dalam menghadapi stressor. Seorang klien yang mendapatkan perlakuan yang kurang baik oleh perawat maka ketika sakit dan harus dirawat kembali akan bertambah cemas.
5. Tingkat perkembangan
Menikah pada seorang yang masih remaja berbeda rekasinya dengan seseorang yang telah dewasa (tergantung kesiapannya).
Adaptasi
A. Pengertian
Adaptasi adalah suatu proses yang konstan dan berklanjutan yang membutuhkan perubahan dalam hal struktur, fungsi dan perilaku sehingga sesorang lebih sesuai dengan suatu lingkungan tertentu.
Beradaptasi berarti mendapatkan persepsi, perilaku dan lingkungan yang berubah sehinga tercapai keseimbangan. Namun demikian hasil akhir adaptasi tergantung pada tingkat tingkat kesesuaian antara ketrampilan dan kapasitas seseorang dan sumber dukungan sosialnya disatu sisi dan jenis tantangan atau stressor yang dihadapi disisi lain.

B. Respon fisiologis Stres
1. Interprestasi stimuli oleh otak
Respon fisiologis terhadap streseo merupakan mekanisme protektif dan adaptif untuk memelihara homeostasis dalam tubuh. Dalam proses stress, stressor akan diterima oleh impuls aferen yang ditangkap oleh organ pancaindera dan penmgindera internal ( baroreseptor, kompreseptor )m ke teruskan ke pusat syaraf di otak. Stressor diterima oleh pusat yang berbeda mulai dari korteks kebatang otak, yang pada akhirnya menyampaikan informasinya kehipotalamus.respon terhadap persepsi stress diintegrasikan di hipotalamus, yang kemudian melakukan koordinasi penyesuaian untuk mencapai keseimbangan.
Hipothalamus mengintegrasikan mekanisme syaraf otonom yang memelihara kesetabilan kimia lingkungan internal tubuh. Hypothalamus dan system limbic mengatur emosi dan memelihara kegiatan visceral (makan, minum, pengaturan suhu, reproduksi, pertahanan dan agresi)
2. Respon neuroendokrin
a. Respon system saraf simpatis
Respon system saraf simpatis bekerja sangat singkat dan cepat. Norepineprin akan dikeluarkan menuju ujung-ujung syaraf pada organ yang dituju sehinga mengakibatkan peningkatan fungsi organ fital dan perangsangan tubuh secara umum. Peningkatan frekuensi jantung (kontraksi), vasokonstriksi perifer, dan kedua haltersebut menyebabkan peningkatan tekanan darah.
Pada keadaan stress akan terjadi peningkatan pemecahan lemak untuk mendapatkan sumber energi yang siap pakai (glukosa) yang akan digunakan selama tubunh mencoba beradaptasi/mengatasi dengan stress.
b. Respon simpatis adrenal-medular
Stimulasi kelenjar adrenal akan merangsang dikeluarkannya epineprin dan nor epineprin menuju aliran darah. Efek hormon ini akan memperlambat dan memperlama reaksi awalnya. Epineprin dan norepineprin akan meningkatkan system metabolic dan peningkatan kadar glukosa darah, peningkatan ketegangan otot, meningkatkan ventilasi dan peningkatan koagulabilitas darah. Respon ini disebut reaksi fight or flight.
c. Respon hypothalamus-pituitari
Hipothalamus mensekresi CRH (cortikotropin realizing hormon), yang bakan menstimulasi pituitary anterior untuk melepaskan ACTH dimana ACTH akan menstimulasi pengeluaran glukokortikoid terutama kortisol. Kortisol berperan menstimulasi katabolisme protein, melepaskan asam amino, menstimulasi ambilan asam amino oleh hepar dan merubahnya menjadi glukosa dan menghinbisi ambilan glukosa oleh berbagai sel tubuh terutama selain jantung dan otak.
Aksi katekolamamin juga akan brepengaruh terhadap dikeluarkannya hormon korteks adrenal, ADH dan Aldosteron akan menyebabkan retensi air dan natrium, yang merupakan mekanisme adaptif jika terdapat perdarahan atau kehilangan cairan melalui keringat yang berlebihan.
Perawat bahagia
Baca selengkapnya - Konsep manusia dan kebutuhan dasar

KOTAK PENCARIAN:

ARTIKEL YANG BERHUBUNGAN:

=====
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...