PENGETAHUAN REMAJA PUTRI MASA PUBERTAS TENTANG DYSMENORE DI SMP

KTI KEBIDANAN

PENGETAHUAN REMAJA PUTRI MASA PUBERTAS

TENTANG DYSMENORE DI SMP
......



BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masa remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan manusia yang sering disebut sebagai masa pubertas yaitu masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa. Pada tahap ini remaja akan mengalami suatu perubahan fisik, emosional dan sosial sebagai ciri dalam masa pubertas, dan dari berbagai ciri pubertas tersebut, menstruasi merupakan perbedaan yang mendasar antara pubertas pria dan pubertas wanita.

Menarche adalah saat haid/menstruasi yang datang pertama kali yang sebenarnya merupakan puncak dari serangkaian perubahan yang terjadi pada seorang remaja putri sedang menginjak dewasa, dan sebagai tanda sudah mampu hamil. Namun perlu diingat bahwa jiwa remaja masih belum stabil dan belum mampu mandiri secara ekonomi maupun sosial. Jadi ia belum siap untuk hamil, yang terbaik adalah remaja putri mempersiapkan diri untuk mandiri, mencapai tingkat pendidikan yang diwajibkan yaitu paling sedikit 9 tahun, memasuki pernikahan yang direstui orang tua dan masyarakat, kemudian merencanakan kehamilan pada usia yang tepat yaitu usia 20-30 tahun. Usia remaja putri saat mengalami menarche bervariasi lebar, yaitu antara usia 10-16 tahun, tetapi rata-rata pada usia 12,5 tahun. Statistik menunjukkan bahwa usia menstruasi dipengaruhi faktor keturunan, keadaan gizi dan kesehatan umum (Sarwono, 1999).

Pada umumnya remaja putri belajar tentang menstruasi dan gangguan yang menyertainya dari ibunya, tapi tidak semua ibu memberikan informasi yang memadai kepada putrinya bahkan sebagian enggan membicarakan secara terbuka sampai putrinya mengalami menstruasi. Sehingga hal ini menimbulkan kecemasan pada anak, bahkan sering tumbuh keyakinan bahwa menstruasi itu sesuatu yang tidak menyenangkan atau serius. Dengan kata lain, dia mengembangkan sikap negatif tentang menstruasi. Ia mungkin merasa malu dan melihatnya sebagai penyakit. Khususnya jika ketika mengalaminya ia merasa letih atau terganggu (Manuaba, 1998).

Dilihat dari segi penduduk 73,4% sebagian penduduk di dunia adalah remaja. Indonesia menempati urutan nomor 5 di dunia dalam hal jumlah penduduk, dengan remaja sebagai bagian dari penduduk yang ada. Propinsi Lampung pada tahun 2000 dihuni oleh 6,654 juta jiwa dengan jumlah remaja usia 10-15 tahun sebanyak 652.322 jiwa (Hasil Sensus BPS Lampung, 2000).

Sejak tahun 2000, pemerintah mencanangkan suatu program yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi remaja yang sasarannya adalah siswa SLTP, SLTA dan Remaja Karang Taruna. Pelaksanaan program ini secara lintas sektoral instansi pemerintah dan swasta seperti Pemda, Dinas Kesehatan, BKKBN, Polri dan LSM yang berasal dari masyarakat itu sendiri dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan remaja tentang kesehatan reproduksi dan penyakit menular seksual (Llywellyn-Jones, 1997).

Hampir seluruh perempuan dan juga termasuk di dalamnya remaja pasti pernah merasakan nyeri haid (dysmenorrhea) dengan berbagai tingkatan, mulai dari yang sekedar pegal-pegal di panggul dari sisi dalam hingga rasa nyeri yang luar biasa sakitnya. Umumnya nyeri yang biasa terasa dibawah perut itu terjadi pada hari pertama dan kedua haid. Rasa nyeri akan berkurang setelah keluar darah yang cukup banyak.

Secara alamiah, penyebab nyeri haid bermacam-macam, dari meningkatnya hormon prostaglandin sampai dengan perubahan hormonal ketika mulai haid, dan bahkan kecemasan yang berlebihan. Bila dilihat dari faktor penyebabnya, nyeri haid dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu nyeri haid primer dan sekunder (http:// www.infosehat.com).

Batasan penelitian dalam penelitian pengetahuan remaja putri tentang dysmenorea di SMP Bina Bhakti Banjar Kerta Rahayu Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah meliputi pengertian dysmenorea, klasifikasi dysmenorea, gejala dysmenorea, dan penanganan dysmenorea.

Dari hasil prasurvei terdapat 4 orang remaja putri siswi kelas III di SMP Bina Bhakti Banjar Kerta Rahayu Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah dan diperoleh hasil bahwa sebagian besar siswi tersebut belum mengerti dengan jelas pengertian dari dysmenorea, klasifikasi dysmenorea, tanda dan gejala yang menyertainya dan penanganan dysmenorea. Berdasarkan fenomena di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan remaja putri tentang dysmenorea di SMP Bina Bhakti Banjar Kerta Rahayu Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: ”Bagaimana pengetahuan remaja putri kelas III tentang dysmenorea di SMP Bina Bhakti Banjar Kerta Rahayu Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah?”

C. Ruang Lingkup Penelitian

Jenis Penelitian

:

Deskriptif

Subjek Penelitian

:

Remaja putri siswi kelas III di SMP Bina Bhakti Banjar Kerta Rahayu Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah.

Objek Penelitian

:

Pengetahuan remaja putri tentang dysmenorea

Lokasi Penelitian

:

SMP Bina Bhakti Banjar Kerta Rahayu Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah.

Waktu

:

Setelah proposal disetujui

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengetahuan remaja putri siswi kelas III tentang dysmenorea di SMP Bina Bhakti Banjar Kerta Rahayu Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah.



2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya pengetahuan remaja putri siswa kelas III SMP Bina Bhakti Banjar Kerta Rahayu Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah tentang pengertian dysmenorea.

b. Diketahuinya pengetahuan remaja putri siswa kelas III SMP Bina Bhakti Banjar Kerta Rahayu Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah tentang klasifikasi dysmenorea.

c. Diketahuinya pengetahuan remaja putri siswa kelas III SMP Bina Bhakti Banjar Kerta Rahayu Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah tentang tanda dan gejala yang menyertai dysmenorea

d. Diketahuinya pengetahuan remaja putri siswa kelas III SMP Bina Bhakti Banjar Kerta Rahayu Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah tentang penatalaksanaan/penangan dysmenorea

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Tempat Penelitian

Sebagai masukan informasi bagi sekolah mengenai pengetahuan remaja putri tentang dysmenorea.

2. Bagi Institusi

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi masukkan untuk memperluas wawasan mahasiswi jurusan kebidanan.

3. Bagi Peneliti

Dapat memberikan masukan hal-hal apa saja yang telah diteliti sehingga digunakan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya.

4. Bagi Responden

Agar remaja putri di SMP Bina Bhakti Banjar Kerta Rahayu Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah mendapat tambahan pengetahuan tentang dysmenorea.





silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN

PENGETAHUAN REMAJA PUTRI MASA PUBERTAS TENTANG DYSMENORE DI SMP......

(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;

Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran)





DAFTAR KTI LENGKAP KEBIDANAN dalam DOKUMEN WORD (.doc)


KLIK DISINI

DAFTAR KTI LENGKAP KEPERAWATAN dalam DOKUMEN WORD (.doc)

KLIK DISINI

Baca selengkapnya - PENGETAHUAN REMAJA PUTRI MASA PUBERTAS TENTANG DYSMENORE DI SMP

PENGETAHUAN REMAJA PUTRI KELAS III TENTANG SEKS SEKUNDER DI SMP

KTI KEBIDANAN

PENGETAHUAN REMAJA PUTRI KELAS III TENTANG

SEKS SEKUNDER DI SMP
.....



BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dilihat dari segi penduduk 73,4% sebagian penduduk di dunia adalah remaja. Indonesia menempati urutan nomor 5 di dunia dalam hal jumlah penduduk, dengan remaja sebagai bagian dari penduduk yang ada. Propinsi Lampung pada tahun 2000 dihuni oleh 6,654 juta jiwa dengan jumlah remaja usia 10-15 tahun sebanyak 652.322 jiwa (http://www.bkkn.go.id).

Sejak tahun 2000, pemerintah mencanangkan suatu program yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi remaja yang sasarannya adalah siswa SLTP, SLTA dan Remaja Karang Taruna. Pelaksanaan program ini secara lintas sektoral instansi pemerintah dan swasta dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan remaja tentang kesehatan reproduksi dan penyakit menular seksual (Llywellyn-Jones, 1997).

Masa remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan manusia yang sering disebut sebagai masa pubertas yaitu masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa. Pada tahap ini remaja akan mengalami suatu perubahan fisik, emosional dan sosial sebagai ciri dalam masa pubertas. Tetapi umumnya proses pematangan fisik terjadi lebih cepat dari proses pematangan kejiwaan (psikososial).

Masa permulaan pubertas pada anak perempuan biasanya terjadi antara usia 10 sampai 14 tetapi bisa lebih awal (pubertas dini) atau terlambat, tergantung dengan faktor-faktor genetik individu. Masa pubertas berlangsung selama kira-kira lima tahun dan sebagaimana terjadi pada anak laki-laki, diawali dengan pelepasan hormon-hormon dari kelenjar pituitary yang kemudian bertindak secara langsung pada organ-organ seksual. Kejadian yang paling dramatis bagi para anak perempuan adalah masa awal menstruasi (menarche) sebagai respon untuk produksi dan pelepasan hormon-hormon perempuan tersebut, estrogen dan progesteron. Indung telur matang dan mulai melepaskan telur-telur dan uterus membesar, bersamaan dengan perkembangan dan kedewasaan organ-organ kemaluan. Masa pertumbuhan yang cepat yang menghasilkan tinggi dan berat menyertai perubahan-perubahan tersebut. Kedua pinggul melebar dan pola pendistribusian lemak berubah untuk memproduksi bentuk tubuh perempuan yang karakteristik. Juga karakteristik-karakteristik seksual sekunder berkembang sebagai kelanjutan-kelanjutan pubertas, terutama pembesaran kedua payudara, pertumbuhan bulu-bulu kelamin dan ketiak serta perkembangan kelenjar-kelenjar keringat.

Dari pengamatan saat melakukan prasurvei diperoleh data siswa perempuan yang berumur 12-15 tahun di SMP Bina Bhakti Banjar Kerta Rahayu Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah berjumlah 89 siswi yang terdiri dari kelas satu terdapat 26 siswi, kelas dua terdapat 33 siswi dan kelas tiga terdapat 30 siswi.

Dalam pelaksanaan prasurvei, penulis mengambil sampel sebanyak 22% dari seluruh jumlah populasi yang akan diteliti yaitu sebanyak 21 orang siswi yang terbagi atas 7 siswi kelas 1, 7 siswi kelas 2 dan 7 siswi kelas 3.

Dan setelah diajukan beberapa pertanyaan pre survey kepada 21 orang siswi tersebut, diperoleh hasil bahwa enam orang diantaranya kelas 1 belum mengetahui mengenai seks sekunder, untuk siswi kelas 2, lima orang belum mengetahui tentang seks sekunder dan untuk siswi kelas 3, empat orang belum mengetahui tentang seks sekunder. Berdasarkan pengamatan pula didapatkan alasan mengaa

Berdasarkan hasil prasurvei tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian “Bagaimana Pengetahuan Remaja Putri Masa Pubertas tentang Seks Sekunder di SMP Bina Bhakti Banjar Kerta Rahayu Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: ”Bagaimana pengetahuan remaja putri masa pubertas tentang seks sekunder di SMP Bina Bhakti Banjar Kerta Rahayu Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah?”

C. Ruang Lingkup Penelitian

Jenis Penelitian

:

Deskriptif

Subjek Penelitian

:

Remaja putri di SMP Bina Bhakti Banjar Kerta Rahayu Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah.

Objek Penelitian

:

Pengetahuan remaja putri masa pubertas tentang seks sekunder.

Lokasi Penelitian

:

SMP Bina Bhakti Banjar Kerta Rahayu Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah.

Waktu

:

bulan Mei 2008

D. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengetahuan remaja putri masa pubertas tentang seks sekunder di SMP Bina Bhakti Banjar Kerta Rahayu Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Tempat Penelitian

Sebagai masukan informasi bagi sekolah mengenai pengetahuan remaja putri masa pubertas seks sekunder, sehingga pihak sekolah dapat memasukkan materi mengenai seks sekunder dalam mata pelajaran yang diajarkan di sekolah.

2. Bagi Institusi

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi referensi dan bahan bacaan di perpustakaan.

3. Bagi Peneliti

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi pengalaman bagi penulis dalam melakukan sebuah penelitian, dapat memberikan masukan mengenai hal-hal apa saja yang akan diteliti untuk peneliti lain yang meneliti mengenai seks sekunder.

4. Bagi Responden

Agar remaja putri di SMP Bina Bhakti Banjar Kerta Rahayu Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah mendapat tambahan pengetahuan tentang pubertas khususnya tentang seks sekunder.



silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN

PENGETAHUAN REMAJA PUTRI KELAS III TENTANG SEKS SEKUNDER DI SMP......

(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;

Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran)





DAFTAR KTI LENGKAP KEBIDANAN dalam DOKUMEN WORD (.doc)


KLIK DISINI

DAFTAR KTI LENGKAP KEPERAWATAN dalam DOKUMEN WORD (.doc)

KLIK DISINI
Baca selengkapnya - PENGETAHUAN REMAJA PUTRI KELAS III TENTANG SEKS SEKUNDER DI SMP

PENGETAHUAN REMAJA AWAL (11-13 TAHUN) TENTANG PENGERTIAN DAN PERUBAHAN FISIK PUBERTAS DI SMP

KTI KEBIDANAN
PENGETAHUAN REMAJA AWAL (11-13 TAHUN) TENTANG PENGERTIAN
DAN PERUBAHAN FISIK PUBERTAS DI SMP
......

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
WHO dan beberapa badan dunia lainnya tahun 1998, menghimbau semua Negara Asia Tenggara agar memberikan komitmennya untuk memperhatikan dan melindungi kebutuhan remaja akan informasi, ketrampilan, pelayanan dan lingkungan yang umum dan kesehatan reproduksi remaja. (Soetjiningsih, 2004).
Departemen kesehatan RI bersama lembaga swasta tahun 1996 telah merumuskan tentang empat komponen pelayanan reproduksi essensial yaitu kesehatan Ibu dan anak, keluarga berencana, pencegahan dan pemberantasan IMS/ HIV-AIDS dan dengan sendirinya harus ditangani secara khusus yaitu dengan peralatan yang cukup dan tenaga yang terlatih.
Tujuan kesehatan reproduksi remaja adalah menurunkan resiko kehamilan dan pengguguran yang tidak aman, menurunkan penularan IMS/HIV-AIDS, memberikan informasi kontrasepsi dan konseling untuk mengambil keputusan sendiri tentang kesehatan reproduksi. (Soetjiningsih, 2004).
Remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa, dimana terjadi pacu tumbuh, timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapainya fertilitas dan terjadi perubahan¬-perubahan psikologik serta kognitif. Untuk tercapainya tumbuh kembang yang optimal tergantung pada potensi biologiknya. Tingkat tercapainya potensi biologik seorang remaja merupakan hasil interaksi antara faktor genetik dan lingkungan Biofisikopsikososial. Proses yang unik dan hasil akhir yang berbeda-beda. (Soetjiningsih, 2004).
Selama perkembangan menuju dewasa, tubuh berkembang secara terus menerus. Keseluruhan frekuensi perubahan terjadi dengan cepat sebelum lahir, selama masa bayi, dan saat pubertas.(Cristian , 2004).
Masa pubertas adalah terjadinya perubahan biologis yang meliputi morfologi dan fisiologi yang terjadi dengan pesat dari masa anak kemasa dewasa, terutama kapasitas reproduksi yaitu perubahan alat kelamin dari tahap anak kedewasa. (Soetjiningsih, 2004).
Perubahan fisik pubertas dimulai sekitar usia 10 atau 11 tahun pada remaja putri, kira-kira 2 tahun sebelum perubahan pubertas pada remaja laki-laki. Kematangan seksual dan terjadinya perubahan bentuk tubuh sangat berpengaruh pada kehidupan kejiwaan remaja, sementara itu perhatian remaja sangat besar terhadap penampilan dirinya sehingga mereka sering merisaukan bentuk tubuhnya yang kurang proporsional tersebut. Apabila mereka sudah dipersiapkan dan mendapatkan informasi tentang perubahan tersebut maka mereka tidak akan mengalami kecemasan dan reaksi negatif lainnya, tetapi bila mereka kurang memperoleh informasi, maka akan merasakan pengalaman yang negatif (Soetjiningsih, 2004).
Menurut WHO (1995) sekitar seperlima dari penduduk dunia adalah remaja berusia 10-19 tahun. Sekitar 900 juta berada di negara sedang berkembang. Data demografi di Amerika Serikat (1990) menunjukkan jumlah remaja berumur 10-19 tahun. Sekitar 15 % populasi. Di Asia Pasifik dimana penduduknya merupakan 60 % dari penduduk dunia, seperlimanya adalah remaja umur 10 - 19 tahun. Di Indonesia menurut Biro Pusat Statistik (1999) kelompok umur 10 - 19 tahun adalah sekitar 22 % yang terdiri dari 50,9 % remaja laki-laki dan 49,1 % remaja perempuan. (Nancy P, 2002).
Sedangkan jumlah penduduk di propinsi Lampung tahun 2005 adalah 6.983.699 jiwa dan jumlah remaja usia 10-14 tahun adalah 714.615 jiwa sedangkan yang berusia 15-19 tahun adalah 761.516 jiwa (BPS Lampung, 2006), saat ini jumlah penduduk di Kota Metro sekitar 125.086 jiwa, sedangkan jumlah penduduk usia 10-14 tahun adalah 12.334 jiwa, sedangkan jumlah penduduk usia 15-19 tahun adalah 14.513 jiwa (BPS Metro 2005).
Batasan penelitian ini adalah pengetahuan remaja awal (11-13 tahun) tentang pubertas di SMP Kartikatama Metro meliputi pengertian pubertas dan perubahan fisik ada saat pubertas.
Dari hasil prasurvey terhadap 15 siswa yang berusia 11-13 tahun di SMP Kartikatama Metro, peneliti melakukan wawancara mengenai pengertian dan perubahan fisik pada saat pubertas dan didapatkan bahwa hampir semuanya belum mengerti tentang pengertian dan perubahan fisik pada saat pubertas.
Berdasarkan fenomena di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan remaja awal usia (11-13 tahun) tentang pengertian dan perubahan fisik pubertas di SMP Kartikatama Metro.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: "Bagaimana pengetahuan remaja awal (11-13 tahun) tentang pengertian dan perubahan fisik pubertas di SMP Kartikatama Metro tahun 2007".

C. Ruang Lingkup Penelitian
1. Jenis Penelitian : Deskriptif
2. Subjek penelitian : Remaja awal 11 - 13 tahun di SMP Kartikatama Metro.
3. Objek Penelitian : Tingkat pengetahuan remaja awal (11-13 tahun) tentang pengertian dan perubahan fisik pubertas.
4. Lokasi Penelitian : Di SMP Kartikatama Metro.
5. Waktu Penelitian : April-Mei 2007
6. Alasan Penelitian : Dari awal hasil presurvey terhadap 15 siswa yang berusia 11-13 tahun di SMP Kartikatama Metro, peneliti melakukan wawancara mengenai pengertian dan perubahan fisik pada saat pubertas dan didapatkan bahwa hampir semuanya belum mengerti tentang pengertian dan perubahan fisik pada saat pubertas.

D. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan remaja awal (11-13 tahun) tentang pengertian dan perubahan fisik pubertas di SMP Kartikatama Metro tahun 2007.

E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1. Bagi Tempat Penelitian
Sebagai masukan informasi bagi sekolah mengenai pengetahuan remaja awal (11 -13 tahun) tentang pubertas.
2. Bagi Instansi
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi masukan untuk memperluas wawasan mahasiswa jurusan kebidanan.
3. Bagi penelitian
Dapat memberikan masukan hal - hal apa saja yang telah diteliti sehingga digunakan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya.
4. Bagi Responden
Sebagai bahan informasi dan dapat menambah pengetahuan remaja awal (11-13 tahun) di SMP Kartikatama Metro tentang pubertas.

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
PENGETAHUAN REMAJA AWAL (11-13 TAHUN) TENTANG PENGERTIAN DAN PERUBAHAN FISIK PUBERTAS DI SMP......
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran)


DAFTAR KTI LENGKAP KEBIDANAN dalam DOKUMEN WORD (.doc)

KLIK DISINI
DAFTAR KTI LENGKAP KEPERAWATAN dalam DOKUMEN WORD (.doc)
KLIK DISINI
Baca selengkapnya - PENGETAHUAN REMAJA AWAL (11-13 TAHUN) TENTANG PENGERTIAN DAN PERUBAHAN FISIK PUBERTAS DI SMP

PENGETAHUAN IBU TENTANG BIANG KERINGAT PADA BAYI 0-1 TAHUN DI BPS

KTI KEBIDANAN

PENGETAHUAN IBU TENTANG BIANG KERINGAT PADA

BAYI 0-1 TAHUN DI BPS
......



BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bidan harus mengetahui lebih banyak tentang penyakit kulit, karena tidak dapat disangkal bahwa penyakit kulit pada anak sering dijumpai. Walaupun belum ada angka statistik yang membandingkan frekuensi penyakit kulit pada anak, namun diberbagai poliklinik Dinas Kesehatan Kota dan Kabupaten dibuat kesimpulan bahwa sekitar 20% adalah kasus penyakit kulit pada anak. Data terpenting yang harus diperhatikan oleh seorang yang bukan ahli penyakit kulit, yaitu cara membuat diagnosis serta memahami prinsip pengobatan sebaik-baiknya, agar jangan sampai timbul komplikasi karena obat atau cara pengobatan yang salah (FKUI, 2005).

Kulit merupakan organ yang paling luas permukaannya, dengan berbagai alat didalamnya seperti lemak, otot, pembuluh darah, serabut syaraf, kelenjar keringat dan lain-lain. Alat-alat tersebut mengatur fungsi kulit yang beraneka ragam yaitu mulai dari proteksi secara fisis dan imunologis, mengatur suhu tubuh dan keseimbangan elektrolit (panas, dingin, tekanan, nyeri, gatal dan perabaan), ekskresi, pembuatan vitamin D, dan daya membersihkan diri (FKUI, 2005).

Kulit juga merupakan organ tubuh terluar yang terus menerus terpajan dengan lingkungan luar sehingga senantiasa aktif mengadakan penyesuaian diri dengan berbagai perubahan lingkungan. Keadaan makroskopis dan mikroskopis kulit mencerminkan kesehatan individu dan berbeda-beda sesuai dengan umurnya. Kulit pada neonatus (bayi < style="">ging process) (http://www.sitiaisahonline.com).

Selain itu, keadaan kulit juga merupakan 'cermin' kesehatan tubuh seseorang. Para orang tua kini semakin menyadari bahwa menjaga kesehatan kulit anak sama pentingnya dengan menjaga kesehatan anak. Dan untuk menjaga kesehatan kulit ini, diperlukan perawatan rutin sejak usia dini. Perawatan rutin kulit juga mengekspresikan rasa cinta seorang ibu pada buah hatinya. Telah dibuktikan bahwa sentuhan ibu akan sangat berpengaruh pada perkembangan fisik dan mental seorang anak (FKUI, 2002).

Prelevansi penyakit kulit di Indonesia cukup tinggi baik oleh bakteri, virus atau jamur. Selain itu bergantung pada lingkungan dan kondisi setiap individu. Trauma kecil atau ringan dapat menyebabkan tempat masuknya mikroorganise ke kulit (FKUI, 2005).

Salah satu penyakit kulit pada bayi adalah miliaria (biang keringat). Biang keringat dapat dijumpai pada bayi cukup bulan maupun premature, pada minggu-minggu pertama pasca kelahiran. Kemungkinan disebabkan oleh sel-sel pada bayi yang belum sempurna sehingga terjadi sumbatan pada kelenjar kulit yang mengakibatkan retensi keringat. Biang keringat terjadi pada sekitar 40% bayi baru lahir. Menetap beberapa minggu dan menghilang tanpa pengobatan. Penanggulangan biang keringat cukup dengan mandi memakai sabun, mengatur agar suhu lingkungan cukup sejuk, sirkulasi (ventilasi) yang baik serta memakai pakaian yang tipis dan menyerap keringat. Pemakaian bedak tabur dapat juga membantu, namun bila inflamasinya hebat, pemakaian cream hidrokortison 1% dapat mengatasinya (http://www.sitiaisyah.com).

Berdasarkan hasil presurvey pada bulan Maret 2008, terdapat 76 ibu yang mempunyai bayi berumur 0-1 tahun mengikuti imunisasi di BPS Sri Wahyuningsih Punggur Lampung Tengah, di ambil 25% dari 76 orang ibu tersebut untuk dibagikan kuisioner. Dari hasil kuisioner ada 8 (40%) orang ibu yang memiliki pengetahuan baik, 7 (35%) orang ibu memiliki pengetahuan cukup dan 5(25%) orang ibu yang memiliki pengetahuan kurang mengenai biang keringat.

Berdasarkan hal tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Pengetahuan Ibu tentang Biang Keringat pada Bayi 0-1 tahun pada bulan April-Mei di BPS Sri Wahyuningsih Punggur Lampung Tengah”.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas, maka penulis membuat rumusan masalah tentang “Bagaimana Pengetahuan Ibu tentang Biang Keringat pada Bayi 0-1 tahun di BPS Sri Wahyuningsih Punggur Lampung Tengah Tahun 2008?”.

C. Ruang Lingkup Penelitian

Jenis Penelitian

:

Deskriptif

Subjek Penelitian

:

Ibu yang memiliki Bayi 0-1 tahun.

Objek Penelitian

:

Pengetahuan tentang biang keringat

Lokasi Penelitian

:

BPS Sri Wahyuningsih Punggur Lampung Tengah

Waktu

:

Penelitian dilaksanakan pada bulan April

Alasan

:

Dari hasil pre survey pada bulan Maret 2008, terdapat 76 ibu yang mempunyai bayi berumur 0-1 tahun mengikuti imunisasi di BPS Sri Wahyuningsih Punggur Lampung Tengah, di ambil 25% dari 76 orang ibu tersebut untuk dibagikan kuisioner. Dari hasil kuisioner ada 8 (40%) orang ibu yang memiliki pengetahuan baik, 7 (35%) orang ibu memiliki pengetahuan cukup dan 5(25%) orang ibu yang memiliki pengetahuan kurang mengenai biang keringat.

D. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang biang keringat pada bayi 0-1 tahun di BPS Sri Wahyuningsih Punggur Lampung Tengah tahun 2008.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Ibu yang Memiliki Balita

Dapat menambah pengetahuan dan pemahaman ibu tentang biang keringat sehingga dapat mengatasinya dengan benar.

2. Bagi Rumah Bersalin

Diharapkan hasil penelitian ini bermanfaat bagi BPS sebagai bahan masukan untuk penanganan biang keringat.

3. Bagi Instansi Pendidikan

Sebagai dokumentasi akademik maupun bacaan bagi mahasiswa ataupun pihak lain yang membutuhkan.



silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN

PENGETAHUAN IBU TENTANG BIANG KERINGAT PADA BAYI 0-1 TAHUN DI BPS ......

(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;

Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran)





DAFTAR KTI LENGKAP KEBIDANAN dalam DOKUMEN WORD (.doc)


KLIK DISINI

DAFTAR KTI LENGKAP KEPERAWATAN dalam DOKUMEN WORD (.doc)

KLIK DISINI

Baca selengkapnya - PENGETAHUAN IBU TENTANG BIANG KERINGAT PADA BAYI 0-1 TAHUN DI BPS

PENGETAHUAN IBU PRIMIGRAVIDA TENTANG PERUBAHAN FISIOLOGIS PADA MASA KEHAMILAN

KTI KEBIDANAN
PENGETAHUAN IBU PRIMIGRAVIDA TENTANG PERUBAHAN
FISIOLOGIS PADA MASA KEHAMILAN......


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) adalah jumlah kematian ibu karena kehamilan, persalinan, dan nifas pada tiap 1000 kelahiran hidup dalam wilayah dan waktu tertentu. Saat ini Angka Kematian Ibu di seluruh dunia masih cukup tinggi estimasi WHO tahun 2000 tentang AKI (Maternal Mortality Ratio/MMR per 100.000 kelahiran hidup) adalah sebagai berikut, di seluruh dunia sebesar 400, di negara industri angka kematian ibu cukup rendah yaitu sebesar 20, di Eropa sebesar 24. Untuk negara berkembang angka kematian ibu masih cukup tinggi yaitu sebesar 440 per 100.000, di Afrika sebesar 830 per 100.000, di Asia sebesar 330 per 100.000 dan Asia Tenggara sebesar 210 per 100.000 (WHO, 2004). Untuk negara-negara ASEAN, AKI (per 100.000 kelahiran hidup) sangat bervariasi seperti Malaysia, Brunei Darusalam, Singapura, Kamboja, Laos, Philipina dan lain-lain (Depkes RI, 2004).
Di Indonesia angka kematian ibu masih cukup tinggi walaupun terjadi penurunan dari 425 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1986 menjadi 390 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1994 dan terjadi penurunan sekitar 25 persen dari 450 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1996 menjadi 334 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1997 (Data Survei Demografi Kesehatan Indonesia, 1997). Namun angka tersebut masih tinggi atau 3-6 kali lebih besar dibandingkan negara-negara ASEAN, angka kematian ibu di Indonesia masih berada pada angka 307 per 100.000 kelahiran hidup pada SDKI 2002-2003 atau setiap jam terdapat 2 orang ibu bersalin meninggal dunia karena berbagai sebab dan target yang diharapkan dapat dicapai pada tahun 2010 adalah angka kematian ibu menjadi 125 per 100.000 kelahiran hidup (www.google.com, 2006).
Di Provinsi Lampung, cenderung terjadi peningkatan AKI sebesar 143 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1997 menjadi 153 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2002 (Dinkes Provinsi Lampung, 2003) dan pada tahun 2003 angka kematian ibu sebesar 98 orang dari 186.248 jiwa (Dinkes Provinsi Lampung, 2004)
Kehamilan merupakan suatu proses yang dialami oleh seluruh wanita yang ada di dunia. Dalam melewati proses kehamilan seorang wanita harus mendapatkan penatalaksanaan yang benar, karena hal ini sangat berpengaruh terhadap morbiditas dan mortalitas ibu, hal tersebut terbukti dari angka kematian ibu masih tinggi di negara kita yaitu 307 per 100.000 kelahiran hidup (Survey Demografi dan kesehatan Indonesia, 2002/2003) dengan keadaan tersebut memacu kita untuk memberikan penatalaksanaan yang benar pada saat kehamilan. Asuhan pada kehamilan normal ini diperlukan karena masa ini adalah masa kritis pada ibu hamil disebabkan adanya komplikasi pada kehamilan (Syaifudin, 2001 : hal 87).
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin, lamanya hamil (normal adalah 280 hari ( 40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dimulai dari 4 bulan sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari bulan 7 sampai 9 bulan (Buku acuan nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2001).
Pada wanita hamil atau ibu yang sedang hamil penjelasan mengenai perubahan alat kandungan sangatlah penting dan perlu, oleh karena masih banyak ibu atau wanita yang sedang hamil belum mengetahui tentang perubahan-perubahan yang ada pada diri mereka, baik alat kandungan yang berada di dalam ataupun yang ada di luar. Maka dari itu peran dari bidan sangatlah penting dan dibutuhkan untuk menjelaskan tentang perubahan yang terjadi pada tubuh ibu atau wanita yang sedang hamil dan juga memberikan pelayanan kesehatan Bio psikologis, sosial dan spiritual tanpa membedakan suku, ras, agama, terutama pada ibu hamil yang belum mengetahui tentang perubahan fisiologi alat kandungan serta ibu hamil yang mengalami kelainan pada alat kandungannya. Perubahan wanita hamil antara lain: meliputi perubahan pada uterus, perubahan pada kulit, perubahan payudara, perubahan sirkulasi darah, perubahan sistem respirasi, perubahan tractus digestivus, dan perubahan traktus urinarius (Sarwono Prawirohardjo, 1999: hal 31).
Apabila ibu hamil primigravida sudah mengerti tentang perubahan fisiologis yang terjadi pada masa kehamilan maka rasa takut dan cemas selama hamil dapat dihindari dan apabila terdapat suatu kelainan pada kehamilan, ibu akan mengerti dan segera memeriksakan diri ke petugas kesehatan, sebaliknya jika ibu hamil tidak mengerti perubahan fisiologis yang terjadi pada masa kehamilan seorang ibu akan merasa cemas dan takut akan perubahan yang terjadi pada tubuhnya selama hamil. Salah satu hal yang dapat dilakukan agar ibu hamil memahami perubahan fisiologis yang terjadi pad masa kehamilan adalah dengan pemeriksaan antenatal care.
Akses terhadap pelayanan antenatal sebagai pilar kedua safe motherhood cukup baik yaitu 87% pada tahun 1997, namun mutunya perlu ditingkatkan terus (Saifudin, 2001). Diharapkan dengan program kesehatan tersebut dapat meningkatkan kesehatan ibu dan janin sehingga kehamilan berlangsung secara fisiologis tanpa adanya penyulit atau komplikasi. Jika semua kehamilan berlangsung secara fisiologis maka kematian karena komplikasi selama kehamilan dapat berkurang dengan kehamilan secara fisiologis, diharapkan ibu mengerti tentang perubahan fisiologis kehamilan.
Berdasarkan hasil pra survey yang penulis lakukan, terdapat 15 orang ibu hamil primigravida yang mengeluh mual, muntah, pusing, sering kencing dan kebanyakan terjadi pada Trimester satu. Dimana hal tersebut merupakan perubahan fisiologis pada masa kehamilan. Kejadian tersebut menunjukan bahwa ibu hamil khususnya ibu hamil primigravida belum faham mengenai perubahan fisiologis yang terjadi pada dirinya.
Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “Pengetahuan ibu primigravida tentang perubahan fisiologis pada masa kehamilan”.







B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis dapat merumuskan masalah penelitian sebagai berikut : “Bagaimana pengetahuan ibu primigravida terhadap perubahan fisiologis pada masa kehamilan?”.

C. Ruang Lingkup Pengetahuan
Adapun yang menjadi ruang, dari penelitian pengetahuan ibu Primigravida terhadap perubahan fisiologi pada masa kehamilan ini adalah :
1. Jenis Penelitian : deskriptif
2. Obyek Penelitian : pengetahuan ibu primigravida tentang perubahan fisiologis pada masa kehamilan.
3. Subyek Penelitian : ibu hamil primigravida yang memeriksakan diri di BPS. CH. Sudilah pada tahun 2007.
4. Lokasi Penelitian : BPS. CH. Sudilah, di Jln. Jendral Sudirman Ganjar Agung I4/1 Metro Barat
5. Waktu Penelitian : April-Mei 2007
6. Alasan Penelitian : ibu hamil primigravida yang kurang memahami tentang perubahan fisiologis selama kehamilannya.


D. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengetahuan ibu primigravida terhadap perubahan fisiologi pada masa kehamilan di BPS CH. Sudilah.

E. Manfaat penelitian
1. Bagi ibu hamil
Menambah pengetahuan ibu primigravida terhadap perubahan fisiologi pada kehamilan sehingga dapat mengurangi tingkat kecemasan ibu dan mampu melakukan tindakan yang sesuai dengan perubahan yang terjadi pada dirinya.
2. Bagi tempat peneliti
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi pengelola program di BPS. CH Sudilah yaitu memberikan masukan agar dapat meningkatkan pelayanan kehamilan seoptimal mungkin di wilayah kerjanya dalam rangka peningkatan profesionalisme kerja dan pengabdian kepada masyarakat.
3. Bagi masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat diberikan pengetahuan kepada masyarakat terutama ibu hamil atau wanita yang sedang hamil terhadap perubahan fisiologis pada kehamilan sehingga nantinya mereka mampu melakukan tindakan yang sesuai dengan perubahan yang terjadi pada dirinya.
4. Bagi Institusi Pendidikan
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi sejauh mana daya pemahaman atau daya kemampuan untuk mengerti dari mata kuliah yang telah disampaikan oleh dosen. Serta nantinya dapat menjadi tambahan bahan kepustakaan di perpustakaan AKBID Wira Buana Metro.
5. Bagi Peneliti
Penelitian ini untuk menambah pemahaman penulis mengenai perubahan fisiologis pada kehamilan dan penerapan secara langsung teori pembuatan karya tulis ilmiah sesuai dengan teori yang diajarkan sewaktu kuliah dan sebagai syarat untuk menyelesaikan studi di Akademi Kebidanan Wira Buana Metro.


silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
PENGETAHUAN IBU PRIMIGRAVIDA TENTANG PERUBAHAN
FISIOLOGIS PADA MASA KEHAMILAN
......
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran)


DAFTAR KTI LENGKAP KEBIDANAN dalam DOKUMEN WORD (.doc)

KLIK DISINI
DAFTAR KTI LENGKAP KEPERAWATAN dalam DOKUMEN WORD (.doc)
KLIK DISINI
Baca selengkapnya - PENGETAHUAN IBU PRIMIGRAVIDA TENTANG PERUBAHAN FISIOLOGIS PADA MASA KEHAMILAN

Pengetahuan Tentang Bahaya Merokok Pada Siswa Kelas Ii SMA Negeri

IKTI KEBIDANAN
PENGETAHUAN TENTANG BAHAYA MEROKOK
PADA SISWA KELAS II SMA NEGERI

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Negara maju seperti Amerika Serikat kebiasaan merokok ada kecenderungan menurun, karena sejak beberapa tahun lalu di negara tersebut telah ada gerakan yang menyatakan bahwa merokok merupakan perilaku buruk, tidak berpendidikan, lain halnya di negara berkembang ada kecenderungan meningkat untuk merokok. Dewasa ini di negara berkembang telah menjadi sasaran reklame rokok guna memasarkannya. Negara maju pun di kalangan remaja dan dewasa muda cenderung meningkat dalam kebiasaan merokok (Departemen Kesehatan RI, 1992).
Laporan (World Health Organization) WHO juga menyebutkan jumlah perokok meningkat 2,1% pertahun di negara berkembang. Negara maju angka ini menurun sekitar 1,1 % pertahun. Penelitian di Jakarta menunjukkan bahwa 64,8% pria dan 9,8% wanita dengan usia diatas 13 tahun adalah perokok. Bahkan pada kelompok remaja, 49% pelajar pria dan 8,8% pelajar wanita di Jakarta sudah merokok (www.kompas.com, 2003)
Mengacu pada data Bank Dunia pada tahun 1999 perolehan cukai rokok di Indonesia hanya Rp 2,6 triliun dan kerugian masyarakat akibat rokok mencapai sekitar Rp 14,5 triliun yaitu berupa beban biaya pengobatan, kecacatan dan penurunan produktivitas. Aspek perilaku merokok di Indonesia jauh melampaui perilaku kesehatan masyarakat. Jadi dapat dikatakan masyarakat Indonesia lebih suka mengkonsumsi rokok dibandingkan dengan mengutamakan aspek kesehatan. Pernyataan ini didasarkan pada realitas bahwa belanja rokok di Indonesia mencapai Rp 100 triliun, sedangkan belanja obatnya hanya Rp 20 triliun. (www.republikonline. com, 2003).
Data dari rumah sakit di Indonesia menunjukkan bahwa merokok menunjukkan faktor resiko pertama dan tertinggi bagi serangan jantung. Usia muda di bawah 40 tahun, merokok merupakan faktor resiko pertama bagi penyakit jantung koroner dan ditemukan pula bahwa sebagian besar (62-83%) yang terkena serangan jantung di bawah umur 40 tahun adalah perokok berat dan sedang (Dep.Kes. RI, 1992).
Berbagai penelitian tentang bahaya merokok sudah banyak dilakukan, diantaranya kebiasaan merokok mempengaruhi peningkatan kolesterol dan trigliserida secara bermakna dibandingkan dengan yang bukan perokok. Akhir-akhir ini beberapa penelitian menunjukkan hubungan antara radikal bebas dengan terjadinya kanker yang disebabkan oleh rokok. (Bina Didik Tenaga Kesehatan, 2001). Asap rokok yang dihirup seorang perokok mengandung komponen gas dan partikel. Komponen gas terdiri dari karbon monoksida, karbon dioksida, hidrogen sianida, amoniak, oksida dari niterogen dan senyawa hidrokarbon. Adapun komponen partikel terdiri dari tar, nikotin, benzopiren, fenol, dan kadmium.
Umumnya fokus penelitian ditujukkan pada peranan nikotin dan karbon monoksida (CO). Kedua bahan ini, selain meningkatkan kebutuhan oksigen juga mengganggu suplai oksigen keotot jantung. Merokok menjadi faktor utama penyebab penyakit pembuluh darah jantung. Bukan hanya menyebabkan penyakit jantung koroner, merokok juga berakibat buruk bagi pembuluh darah ke otak (www.kompas.com, 2003).
Banyak penelitian dilakukan, bahwa merokok mengganggu kesehatan tubuh. Merokok terutama dapat menimbulkan penyakit kardiovaskuler dan kanker, baik kanker paru-paru, oesophagus, laryng dan rongga mulut. Merokok juga dapat menimbulkan kelainan-kelainan rongga mulut, misalnya pada lidah, gusi, mukosa mulut, gigi dan langit-langit. Asap rokok mengandung komponen-komponen dan zat¬zat yang berbahaya bagi tubuh, seperti nikotin, tar dan karbon monoksida. (www.depkes.ri.com, 2004)
Kini makin banyak diteliti dan dilaporkan pengaruh buruk merokok pada ibu hamil, impotensi, menurunnya kekebalan tubuh, termasuk pada pengidap virus hepatitis, kanker saluran cerna dan lain-lain. Penurunan kekebalan tubuh pada perokok menjadi pencetus lebih mudahnya terlCena Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS).
Asap rokok rnerupakan polutan bagi manusia dan lingkun-an sekitarnya. Bukan hanya bagi kesehatan, merokok menimbulkan pula problem dibidang ekonomi. Sudut ekonomi kesehatan, menyatakan bahwa dampak penyakit yang timbul akibat merokok jelas akan menambah biaya yang dikeluarkan, baik bagi individu, keluarga, perusahaan bahkan negara (www.kompas.com, 2003).

Hasil pengamatan yang dilakukan di SMA Negeri 2 ............... selama 3 hari ternyata pada saat pulang sekolah terdapat siswa laki laki yang merokok. Data yang diperoleh tersebut sesuai dengan pernyataan bahwa yang menyebutkan bahwa pada kelompok remaja ada 49% pelajar pria dan pelajar wanita sudah merokok (www.kompas.com,2003).
Berdasarkan data di atas penulis ingin mengetahui pengetahuan siswa kelas II mengenai bahaya rokok di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 ................ Mengingat bahwa bahaya rokok sangat banyak dan fatal akibatnya apalagi bila sudah dimulai sejak usia dini.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang maka penulis membuat rumusan masalah "Bagaimana pengetahuan siswa kelas II mengenai bahaya rokok di SMA Negeri 2 ...............".

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengetahuan siswa kelas II mengenai bahaya rokok di SMA Negeri 2 ................
2. Tujuan khusus
a. Diketahui pengetahuan siswa kelas II mengenai pengertian rokok
b. diketahui pengetahuan siswa kelas II mengenai zat-zat yang berbahaya dalam rokok.
c. Diketahui pengetahuan siswa kelas II mengenai bahaya rokok terhadap kesehatan

D. Ruang Lingkup
Penelitian ini penulis membatasi ruang lingkup penelitian :
1. Jenis penelitian adalah deskriptif.
2. Objek penelitian adalah pengetahuan siswa kelas II Mengenai bahaya rokok di SMA Negeri 2 ................
3. Subjek penelitian adalah semua siswa kelas II di SMA Negeri 2 ...............
4. Lokasi penelitian adalah SMA Negeri 2 ...............
5. Waktu penelitian dilaksanakan pada Mei 2009

E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat :
a. Bagi Institusi Program Studi Kebidanan
Sebagai sumber referensi pelajaran terutama yang berkaitan dengan bahaya rokok.
b. Bagi Siswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan siswa mengenai bahaya rokok, agar siswa semakin mantap untuk menghindari rokok, karena bahaya rokok sangat banyak.
c. Bagi Institusi SMA Negeri 2 ...............
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan siswa mengenai bahaya rokok dengan mengadakan penyuluhan atau mengadakan extrakulikuler yang membahas tentang bahaya rokok.
d. Bagi Peneliti
Sebagai penerapan mata kuliah Metodologi Penelitian dan menambah pengalaman dalam penulisan KTI, Serta sebagai masukan pengetahuan tentang bahaya merokok.

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
PENGETAHUAN TENTANG BAHAYA MEROKOK PADA SISWA KELAS II SMA NEGERI
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran)
Baca selengkapnya - Pengetahuan Tentang Bahaya Merokok Pada Siswa Kelas Ii SMA Negeri

Pengetahuan Primipara Terhadap Perkembangan Bayi 0-1 Tahun

KTI KEBIDANAN
PENGETAHUAN PRIMIPARA TERHADAP PERKEMBANGAN BAYI 0-1 TAHUN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Memiliki anak sehat dan cerdas adalah dambaan setiap orang tua. Untuk mewujudkan tentu saja orang tua harus selalu memperhatikan, mengawasi dan merawat anak secara seksama, khususnya memperhatikan pertumbuhan dan perkembangannya (Sulistijani dan Helianty, 2004).
Angka kematian perinatal pada tahun 1984 diperkirakan 45/1000 kelahiran. Penyebab utama kematian perinatal adalah asfiksia, komplikasi BBLR, tetanus neonatum dan trauma kelahiran. Sebagian besar dari kematian tersebut sebenarnya dapat dicegah, bila kesehatan ibu selama hamil terjaga dengan baik dan pertolongan persalinan yang diberikan bersih dan aman (Depkes Republik Indonesia, 2002).
Anak yang lahir di negara maju dan negara berkembang mempunyai masa depan yang sangat berbeda. Dari data UNICEF 1980, yang dikutip dari Morley menunjukkan perbedaaan tersebut :
Negara Maju Negara Berkembangan
1. Kemungkinan meninggal sebelum umur 1 tahun
2. Umur harapan hidup
3. Kesempatan diperiksa tenaga kesehatan
4. Kemungkinan lama sekolah
(Soetjiningsih, 2002) 1:100
70 tahun
semua
11 tahun 1:5
50 tahun
1:10
2 tahun
Seperti kita ketahui bahwa masa bayi dan balita sangat rentan terhadap penyakit seperti, flu, diare, bronkhitis atau penyakit infeksi lainnya. Jika anak sering menderita sakit dapat menghambat atau menggangu proses tumbuh kembangnya. Proses tumbuh kembang bayi dan balita merupakan proses yang penting untuk diketahui dan dipahami karena proses tersebut menentukan masa depan anak baik fisik, jiwa maupun prilakunya (Sulistijani dan Helianty, 2004).
AKB dan AKBAL di Indonesia masih lebih tinggi dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya sekitar 1,2 – 1,3 kali lipat. AKB di Indonesia tahun 1997 sebesar 52 dan AKBAL sekitar 19 per 1000 KH. Hal tersebut berarti dari sekitar 4 juta bayi lahir pertahun 300.000 meninggal sebelum ulang tahunnya ke 5 atau sekitar 800 balita meninggal per hari atau satu balita Indonesia meninggal setiap 2 menit. AKB terendah adalah 29 per 1000 KH (DKI Jakarta) dan tertinggi 98 per 1000 KH (Nusa Tenggara Barat). Menurut profil kesehatan 1996, selain propinsi NTB ada propinsi lain yang mempunyai AKB diatas angka nasional , yaitu : Lampung, Sumatra Selatan, Sulawesi Tenggara, Kalimantan Barat, Jawa Barat, Irian Jaya, Kalimantan Selatan. (SDKI, 1997).
Beberapa teori perkembangan yang dianut oleh Erik Erikson, Sigmund Freud, Jean Piaget dan Robert Sears, mereka menyoroti perkembangan dari berbagai aspek yang berbeda, namun semua sepakat bahwa proses perkembangan terjadi selangkah-demi selangkah secara urut dan teratur. Erikson mengungkapkan bahwa perkembangan emosional berjalan sejajar dengan pertumbuhan fisis, dan ada interaksi antara perkembangan fisis dan psikologis. Sedangkan Sigmund Freud terkenal sebagai penggali teori alam bawah sadar dan pakar psikoanalisis menerangkan bahwa berbagai problem yang dihadapi penderita dewasa ternyata disebabkan oleh gangguan atau hambatan yang dialami selama perkembangan psikososialnya. Jean Piaget adalah pakar paling terkemuka dalam bidang teori perkembangan kognitif. Adapun inti pengertian teori Piaget menurut Mönks adalah bahwa perkembangan dipandang sebagai kelanjutan generasa – embrio. Sears mengembangkan teori belajar yang dikaitkan dengan perilaku anak dalam perkembangan. Ia juga sangat menekankan pengaruh orang tua terhadap perkembangan anaknya, ia berpendapat bahwa pola asuh sangat menentukan perkembangan kepribadian anak (Markum, 2002).
Dalam penelitian ini di batasi oleh pengertian perkembangan dan tahap-tahap perkembangan bayi 0-1 tahun .
Di kelurahan Tanjung Raya terdapat 7 dari 12 primipara yang memiliki bayi 0-1 tahun. Lebih memfokuskan pada perkembangan motorik kasar saja dan mereka beranggapan bahwa bila anaknya dapat berjalan sebelum waktunya maka nantinya anak itu akan pintar. Selain itu juga ada anggapan bahwa anak yang retardasi mental ditandai dengan luka muka yang khas.

1.2 Identifikasi Masalah
1.2.1 Pengetahuan primipara di Kelurahan Tanjung Raya tentang pengertian perkembangan bayi masih rendah.
1.2.2 Pengetahuan primipara di Kelurahan Tanjung Raya tentang tahap perilaku sosial bayi masih rendah.
1.2.3 Pengetahuan primipara di Kelurahan Tanjung Raya tentang tahap perkembangan kecerdasan emosional bayi masih rendah.
1.2.4 Pengetahuan primipara di Kelurahan Tanjung Raya tentang perkembangan kemampuan bahasa bayi masih rendah.
1.2.5 Pengetahuan primipara di Kelurahan Tanjung Raya tentang perkembangan kemampuan motorik bayi masih rendah.

1.3 Perumusan Masalah
Dari hasil pra survey tentang pengetahuan primipara terhadap perkembangan bayi 0-1 tahun di Kelurahan Tanjung Raya masih rendah.

1.4 Pertanyaan Penelitian
1.4.1 Bagaimana pengetahuan primipara terhadap pengertian perkembangan bayi 0-1 tahun di Kelurahan Tanjung Raya Kecamatan Tanjung Karang Timur bulan April-Mei tahun 2006.
1.4.2 Bagaimana pengetahuan primipara terhadap tahap-tahap perkembangan perilaku sosial bayi 0-1 tahun di Kelurahan Tanjung Raya Kecamatan Tanjung Karang Timur Bulan April-Mei tahun 2006.
1.4.3 Bagaimana pengetahuan primipara terhadap tahap-tahap perkembangan kecerdasan emosional bayi 0-1 tahun di Kelurahan Tanjung Karang Timur bulan April-Mei tahun 2006.
1.4.4 Bagaimana pengetahuan primipara terhadap tahap-tahap perkembangan kemampuan bahasa bayi 0-1 tahun di Kelurahan Tanjung Raya Kecamatan Tanjung Karang Timur bulan April-Mei tahun 2006.
1.4.5 Bagaimana pengetahuan primipara terhadap tahap-tahap perkembangan kemampuan motorik bayi 0-1 tahun di Kelurahan Tanjung Raya Kecamatan Tanjung Karang Timur bulan April-Mei tahun 2006.

1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang ada, maka penulis menetapkan tujuan umum dan tujuan khusus dari penelitian ini adalah:
1.5.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui tentang pengetahuan Primipara terhadap perkembangan bayi 0-1 tahun di Kelurahan Tanjung Karang Raya Kecamatan Tanjung Karang Timur bulan April-Mei 2006

1.5.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui tentang pengetahuan Primipara terhadap pengertian perkembangan bayi 0-1 tahun
b. Untuk mengetahui tentang pengetahuan primipara terhadap tahap-tahap perkembangan perilaku sosial bayi 0-1 tahun
c. Untuk mengetahui tentang pengetahuan primipara terhadap tahap-tahap perkembangan kecerdasan emosional bayi 0-1 tahun
d. Untuk mengetahui tentang pengetahuan primipara terhadap tahap-tahap perkembangan kemampuan bahasa bayi 0-1 tahun
e. Untuk mengetahui tentang pengetahuan primipara terhadap tahap-tahap perkembangan kemampuan motorik bayi 0-1 tahun

1.6 Manfaat penelitian
1.6.1 Untuk tempat Penelitian
Sebagai bahan masukan bagi institusi terkait khususnya Puskesmas dalam meningkatkan penyuluhan tentang perkembangan bayi 0-1 tahun
1.6.2 Untuk Institusi
Dapat menambah wawasan bagi mahasiswa dan sebagai bahan bacaan perpustakaan
1.6.3 Untuk Peneliti
Dapat menambah pengetahuan dan wawasan dalam penulisan karya ilmiah serta menambah pengalaman dalam bidang penelitian khususnya mengenai perkembangan bayi 0-1 tahun
1.6.4 Untuk masyarakat khususnya ibu yang memiliki bayi
Dapat menambah pengetahuan masyarakat khususnya ibu-ibu yang memiliki bayi mengenai pentingnya proses perkembangan bayi dalam aspek fisik, mental dan sosial, pelayanan yang tepat dan terpadu yang tersedia bagi anak, misalnya posyandu.

1.7 Ruang Lingkup Penelitian
1.7.1 Jenis Penelitian : Deskriptif
1.7.2 Objek Penelitian : Pengetahuan primipara terhadap perkembangan
bayi 0-1 tahun
1.7.3 Subjek Penelitian : Ibu-ibu yang memiliki bayi 0-1 tahun di
Kelurahan Tanjung Raya
1.7.4 Lokasi Penelitian : Kelurahan Tanjung Raya Kecamatan Tanjung
Karang Timur.
1.7.5 Waktu Penelitian : April-Mei 2006
1.7.6 Alasan : Ibu-ibu kurang memahami perkembangan bayi
karena hanya memfokuskan pada kemampuan
motorik saja.

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
PENGETAHUAN PRIMIPARA TERHADAP PERKEMBANGAN BAYI 0-1 TAHUN
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran)
Baca selengkapnya - Pengetahuan Primipara Terhadap Perkembangan Bayi 0-1 Tahun

Pengetahuan dan sikap ibu tentang imunisasi campak di puskesmas

Pengetahuan dan sikap ibu tentang imunisasi campak di puskesmas

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat Tahun 2010 adalah meningkatkan kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar dapat terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal, yang ditandai dengan penduduknya hidup dalam lingkungan yang sehat, mempunyai pengetahuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, serta memiliki derajat kesehatan yang optimal diseluruh wilayah RI (Departemen Kesehatan RI, 1998).
Kemampuan pelayanan kesehatan oleh suatu negara ditentukan dengan perbandingan meningkat menurunnya tingkat angka kamatian ibu dan kematian perinatal. Untuk itu diperlukan perhatian yang serius dari berbagai pihak yang terkait dalam memberikan pelayanan kepada ibu dan bayi. Meningkatnya angka kematian ibu dan angka kematian perinatal tidak dapat dipisahkan dari profil wanita Indonesia. Pembangunan dibidang kesehatan telah berhasil meningkatkan angka harapan hidup wanita dari 54,0 % pada tahun 1976 menjadi 64,4 % tahun 1993 (Departemen Kesehatan RI, 1998).
Sedangkan mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar di negara berkembang dan di negara miskin, sekitar 25 – 50% kematian wanita usia subur disebabkan hal yang berkaitan dengan kehamilan. World Heath Organisation (WHO) memperkirakan lebih dari 585.000 ibu per tahun meninggal saat hamil atau bersalin (Saefudin, 2001). Saat ini angka kematian maternal dan neonatal di Indonesia masih tinggi yaitu 334 per 100.000 kelahiran hidup dan 21,8 per 1000 kelahiran hidup (Saifudin, 2002).
Salah satu indikator yang penting untuk mengetahui derajat kesehatan di suatu negara adalah banyaknya bayi (umur 0-12 bulan) yang meninggal per 1000 kelahiran hidup, yang disebut Angka Kematian Bayi (AKB). Walaupun Angka Kelahiran Bayi ini telah menurun dari 103 % pada akhir Pelita II menjadi 90,3% apda akhir Pelita III 76 % pada akhir Pelita IV. Angka Kelahiran Bayi di Indonesia ini adalah yang tertinggi di negara ASEAN (Suraatmadja, 1991).
Angka Kelahiran Bayi yang tinggi ini perlu dilakukan upaya-upaya kesehatan yang lebih terarah supaya Angka Kelahiran Bayi di Indonesia dapat menurun lagi. Pada penelitian penyebab kematian pada Balita di Indonesia, ternyata 70 % kematian balita disebabkan karena diare, radang akut pada saluran pernafasan dan penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Jika program imunisasi dilaksanakan dengan baik dan menyeluruh (paling sedikit) 80% maka keefektifan imunisasi mencapai 85% sampai 90%, lebih kurang 115.000 kematian pada Balita dapat dicegah. Hal ini tentu juga akan berpengaruh terhadap angka kematian bayi (AKB), (Suraatmadja, 1991).
Pada tahun 1990 Indonesia telah mencapai lebih dari 90% imunisasi dasar yang dikenal sebagai Universal Child Imunization (UCI). Kemudian secara regional dilakukan imunisasi terhadap Hepatitis B yang masih dalam pelaksanaan saat ini. Ditambah lagi dengan gerakan PIN (Pekan Imunisasi Nasional) terhadap penyakit polio pada tahun 1995, 1996, 1997 secara berturut – turut dan serentak diseluruh tanah air yang kemudian ditambah dengan vaksinasi terhadap tetanus neonatorum dan campak dengan harapan bahwa pada tahun 2003 Indonesia bebas dari penyakit polio dan tetanus pada bayi (PP 1DAI, 2000).
Imunisasi campak ini diberikan setelah bayi mendapat imunisasi BCG, DPT, Polio dan Hepatitis, kemudian setelah bayi umur 9 – 12 bulan diberikan imunisasi campak yang berguna melindungi bayi dari penyakit campak oleh karena itu untuk kepentingan anak, upaya yang terbaik adalah dengan jalan imunisasi, sehingga anak akan terhindar dari penyakit – penyakit dan kematian atau cacat akibat penyakit tersebut (Suraatmadja, 1991).
Pada tahun 2001 sebesar 14,46 / 1000 kelahiran hidup sedangkan tahun 2002 kematian bayi di Kota Metro sebanyak 15 bayi dari 2,765 bayi atau 5,24 / 1000 kelahiran hidup, sedangkan target indikator Indonesia Sehat Tahun 2002 – 2004, seperti tabel di bawah ini. (Dinas Kesehatan Kota Metro, 2003).

Tabel 1. Cakupan Imunisasi Tahun 2002 Di Kota Metro
No Imunisasi Target
1 DPT 100%
2 Polio 4 90%
3 BCG 100%
4 Campak 90%
5 Hepatitis B 90%
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Metro Desember 2003.


Puskesmas Ganjar Agung Kecamatan Metro Barat mempunyai wilayah kerja 4 Kelurahan, yaitu Ganjar Agung, Ganjar Asri, Mulyojati, Mulyo Sari. Data imunisasi Puskesmas Ganjar Agung dari 4 Kelurahan dari bulan Januari sampai dengan Maret 2003, seperti pada Tabel 2.


Tabel 2. : Jumlah Bayi Yang Mendapat Imunisasi Campak di 4 Kelurahan di Puskesmas Ganjar Agung Periode Januari – Maret 2004.

No Kelurahan Jumlah Persen
1 Ganjar Agung 24 22,22%
2 Ganjar Asri 28 25,93%
3 Mulyo Jati 32 29,63%
4 Mulyo Sari 24 22,22%
Jumlah 108 100%
Sumber : Data Imunisasi Puskesmas Ganjar Agung Periode Januari – Maret 2004.


Pada tabel 2 jelaslah bahwa di Puskesmas Ganjar Agung Kecamatan Metro Barat cakupan imunisasi campak masih rendah atau dibawah 90%, sedangkan indikator yang memungkinkan dikatakan bayi sudah mendapatkan imunisasi dasar lengkap, umumnya akan tampak pada usia 9 – 12 bulan atau setelah imunisasi campak diberikan dengan cara lain, imunisasi dasar dikatakan lengkap bila imunisasi yang diberikan paling akhir adalah imunisasi campak. Dari data prasurvey di wilayah Puskesmas Ganjar Agung didapatkan bahwa belum ada penelitian mengenai pengetahuan dan sikap ibu tentang imunisasi campak. Dari uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap ibu tentang imunisasi campak di wilayah Puskesmas Ganjar Agung.

B. Rumusan Masalah
Dari uraian pada latar belakang maka penulis membuat rumusan masalah yaitu bagaimanakah pengetahuan dan sikap ibu tentang imunisasi campak di Puskesmas Ganjar Agung Kecamatan Metro Barat ?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tentang pengetahuan dan sikap ibu mengenai imunisasi campak di Puskesmas Ganjar Agung Kecamatan Metro Barat.

2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk :
a. Diketahuinya pengetahuan ibu tentang imunisasi campak di Puskesmas Ganjar Agung Kecamatan Metro Barat.
b. Diketahuinya sikap ibu tentang imunisasi campak di Puskesmas Ganjar Agung Kecamatan Metro Barat.

D. Ruang Lingkup
Dalam penelitian ini, ruang lingkup penelitian ini adalah :
1. Jenis Penelitian : Deskriptif
2. Subjek Penelitian : Ibu – ibu yang mempunyai bayi umur 9 bulan
3. Objek Penelitian : Pengetahuan dan sikap

4. Lokasi Penelitian : Puskesmas Ganjar Agung Kecamatan Metro Barat
5. Waktu Penelitian : Setelah proposal disetujui

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat :
1. Bagi pelaksanaan program imunisasi di Puskesmas Ganjar Agung Kecamatan Metro Barat.
Sebagai sumbangan pemikiran dan sebagai bahan evaluasi bagi peningkatan upaya pelayanan imunisasi di Puskesmas Ganjar Agung mengenai pengetahuan sikap ibu tentang imunisasi campak

2. Bagi peneliti
Untuk mendapat informasi yang jelas mengenai pengetahuan dan sikap ibu tentang imunisasi campak, sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan dan selanjutnya dapat memberikan informasi untuk penelitian lebih lanjut khususnya penelitian yang berkaitan dengan imunisasi campak dengan variabel penelitian yang lebih kompleks.

3. Bagi instansi pendidikan
Diharapkan dapat sebagai buku bacaan bagi pembaca, umumnya yang berkaitan dengan imunisasi campak.


4. Bagi ibu yang mempunyai bayi yang berumur 9 bulan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan pemahaman ibu tentang imunisasi campak sehingga mampu memotivasi ibu untuk selalu meningkatkan status kesehatan keluarganya.

DOWNLOAD IKUTI LINK BERIKUT:
Pengetahuan dan sikap ibu tentang imunisasi campak di puskesmas
Baca selengkapnya - Pengetahuan dan sikap ibu tentang imunisasi campak di puskesmas

KOTAK PENCARIAN:

ARTIKEL YANG BERHUBUNGAN:

=====
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...