Mahkota Dewa

Dunia tanaman obat kini kedatangan pendatang baru yang lumayan hebat. Mahkota dewa namanya. Ia bisa membuat penderita penyakit ringan macam gatal-gatal, pegal-pegal, atau flu, hingga penyakit berat seperti kanker dan diabetes,merasakan kesembuhan. Menanam mahkota dewa memang bukan perkara sulit. Tumbuhan, yang bisa hidup baik pada ketinggian 10 – 1.000 m dpl., ini bisa ditanam dari biji atau hasil cangkokan. Meski penanamannya bisa di dalam pot atau langsung di tanah, pertumbuhannya akan lebih baik bila ditanam di tanah. Tanaman dari biji biasanya sudah berbuah pada umur 10 – 12 bulan. Yang berasal dari cangkokan, mestinya berbuah lebih cepat.
Baca selengkapnya - Mahkota Dewa

Mengkudu


Mengkudu (Jawa: pace, kemudu, kudu); cengkudu (Sunda), kodhuk (Madura), wengkudu (Bali) berasal daerah Asia Tenggara, tergolong dalam famili Rubiaceae. Nama lain untuk tanaman ini adalah Noni (bahasa Hawaii), Nono (bahasa Tahiti), Nonu (bahasa Tonga ), ungcoikan ( bahasa Myanmar) dan Ach (bahasa Hindi),Tanaman ini tumbuh di dataran rendah pada ketinggian 1500 m. Tinggi pohon mengkudu mencapai 3-8 m, memiliki bunga bongkol berwarna putih. Buahnya berwarna hijau mengkilap dan memiliki totol-totol. Secara keseluruhan mengkudu merupakan buah makanan bergizi lengkap. Zat nutrisi yang dibutuhkan tubuh, seperti protein, viamin, dan mineral penting, tersedia dalm jumlah cukup pada buah dan daun mengkudu. salah satu mineral yang terdapat pada mengkudu merupakan antioksidan yang hebat. Terpenoid. Zat ini membantu dalam proses sintesis organic dan pemulihan sel-sel tubuh. Zat anti bakteri.Zat-zat aktif yang terkandung dalam sari buah mengkudu itu dapat mematikan bakteri penyebab infeksi, seperti Pseudomonas aeruginosa, Protens morganii, Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis, dan Escherichia coli. Zat anti bakteri itu juga dapat mengontrol bakteri pathogen (mematikan) seperti Salmonella montivideo, S . scotmuelleri, S . typhi, dan Shigella dusenteriae, S . flexnerii, S . pradysenteriae, serta Staphylococcus aureus. Scolopetin. Senyawa scolopetin sangat efektif sebagi unsur anti peradangan dan anti-alergi.
Baca selengkapnya - Mengkudu

Jamur Lhing zhi


Jamur Lhing zhi (Reishi Gano) adalah jenis sari jamur yang secara luas dikenal sebagai “Raja Herbal yang Ajaib”. Yang terdiri dari elemen-elemen Polisakarida, Germanium Organik, Adenosin, Triterpenoids dan Asam Ganoderik yang berguna untuk :
· Menguatkan sistem ketahanan tubuh
· Anti tumor
· Membantu pankreas untuk mengurangi kadar gula di dalam darah
· Menambah kandungan volume oksigen di dalam darah untuk memberantas pembiakan sel-sel tumor.
· Menyeimbangkan fungsi ion elektrik di sekitar bisul.
· Menurunkan kadar kolesterol.
· Menurunkan liquid aggulation dan endapan trombosit. Mencegah thrombogenesis.
· Menstabilkan hormon endokrin.
· Menyeimbangkan metabolisme tubuh.
· Menyeimbangkan Ph Darah.
· Menguatkan sistem pencernaan.
· Menghindari alergi.
· Menurunkan kolesterol dan menstabilkan lemak di dalam tubuh.
· Memperkuat organ tubuh.
· Menyembuhkan penyakit kulit.
· Mempercantik dan menghaluskan kulit.
· Menghentikan pendarahan.

Jenis penyakit yang telah banyak terbukti dapat diobati :
· Tekanan darah tinggi
· Tekanan darah rendah
· Ambeien / Wasir
· Diabetes
· Masalah wanita (keputihan,haid tidak normal dan sakit)
· Sakit pada persendian dan otot.
· Rheumatik
· Sakit jantung
· Kelumpuhan
· Maag dan sakit usus
· Bisul / Tumor
· Asma / Kelelahan
· Batu empedu
· Jerawat
· Masalah ginjal
· Hepatitis A,B dan C
· Sakit saraf (Neurosis)
· Sulit tidur (Insomania)
· Polip
· Anemia
· Kemandulan
· Kulit bersisik (Psoriasis)
· Penyakit kaki busuk (Hong Kong foot)
· Penyakit Gondok
· Ayan (Epilepsi)
· Sakit setelah operasi
· Pendarahan setelah bersalin
· Kecanduan alkohol
Baca selengkapnya - Jamur Lhing zhi

Buah Merah

Buah merah (Pandanus conoideus) atau yang dikenal luas di Wamena dengan nama tawi / sauk ekendi adalah tanaman asli Papua yang tumbuh di dataran rendah (40 m dpl) sampai dataran tinggi (2.000 m dpl). Namun populasi terbanyak terdapat di dataran dengan ketinggian 1.200 hingga 2.000 m dpl. Kehebatan buah merah mulai terkuak setelah seorang peneliti dari Universitas Cendrawasih, Drs. I Made Budi MSi, pada akhir tahun 2004 lalu mengungkapkan secara ilmiah tentang khasiat pengobatan dan kandungan gizi yang luar biasa yang dikandung dalam buah ini. Sebagai ahli gizi dan dosen Universitas Cendrawasih beliau sempat mengamati secara seksama kebiasaan masyarakat tradisional di Wamena, Timika dan desa-desa kawasan pegunungan Jayawijaya yang mengonsumsi buah merah sebagai obat cacing, penyakit kebutaan, dan penyakit kulit.Menurutnya, buah ini mengandung zat-zat alami yang dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan proses metabolisme. Diantaranya adalah karotenoid, betakaroten, alfa tokoferol, asam oleat, asam linoleat, asam linolenat dan dekanoat, omega 3 dan omega 9 yang berperan sebagai senyawa anti radikal bebas pengendali beragam penyakit seperti kanker, hipertensi, paru – paru dan infeksi.
Baca selengkapnya - Buah Merah

Keji Beling


Keji beling adalah tanaman semak, tinggi 1-2 meter. Batang beruas, bula, berbulu kasar, percabangan monopodial, warna hijau. Tumbuhan ini mudah berkembang biak pada tanah subur, agak terlindung dan di tempat terbuka, Ketinggian tempat : 1 m – 1.000 m di atas permukaan laut · Curah hujan tahunan : 2.500 mm – 4.000 mm/tahun · Bulan basah (di atas 100 mm/bulan) : 8 bulan – 9 bulan · Bulan kering (di bawah 60 mm/bulan): 3 bulan – 4 bulan · Suhu udara : 200 C – 250 C · Kelembapan : sedang · Penyinaran : sedang. Tekstur Tanah : Pasir sampai liat · Drainase : sedang – baik · Kedalaman air tanah : 25 cm dari permukaan tanah · Kedalaman perakaran : 5 cm dari permukaan tanah · Kemasaman (pH) : 5,5 – 7 · Kesuburan : sedang. Manfaatnya yaitu mengobati Kencing batu, Kencing kurang lancar, Batu kandung kencing, Batu kandung empedu, Batu ginjal, Kencing manis, Sembelit, Tumor, Diabetes Mellitus, Lever (sakit Kuning), Kolesterol tinggi, Maag, dan Wasir.
Baca selengkapnya - Keji Beling

Ginseng


Ginseng (Panax) adalah sejenis terna yang termasuk dalam suku Araliaceae. Ginseng tumbuh di wilayah belahan bumi utara terutama di Siberia, Manchuria, Korea, dan Amerika Serikat. Jenis ginseng tropis dapat ditemukan di Vietnam, dan Indonesia. Ginseng sering kali digunakan dalam pengobatan tradisional. Akar tanaman ini dapat memperbaiki aliran dan meningkatkan produksi sel darah merah, penguat daya tahan tubuh, mengurangi kelelahan, meningkatkan stamina, memperbaiki kondisi mental dan gangguan kejiwaan, meningkatkan pengeluaran cairan tubuh dan mencegah diabetes, menguatkan sistem pencernaan, mencegah iritasi, mengeluarkan racun, serta membantu pemulihan dari penyakit.
Baca selengkapnya - Ginseng

Kurma

Kurma adalah sejenis tumbuhan palem (palma) atau dalam bahasa latinnya lebih dikenal dengan phonex dactylifer yang berbuah dan boleh dimakan, baik dalam keadaan masak maupun masih mentah. Berdasarkan penelitian para ilmuwan, kurma kaya dengan protein, serat gula, vitamin A dan C serta mineral seperti zat besi, kalsium, sodium dan potasium. Kandungan protein didalam kurma sebesar 1.8 – 2.0 persen, serat sebanyak 2.0 – 4.0 persen dan gula sebesar 50 – 70 persen glukosa. Sebagaimana penelitian yang dilakukan Badan Kesahatan Dunia (WHO), zat gula yang ada didalam kurma itu berbeda dengan gula pada buah-buahan lain seperti gula tebu atau gula pasir yang biasa mengandung sukrosa dimana zat itu langsung diserap kedalam tubuh. Hal ini membuat gula itu harus dipecahkab terlebih dahulu oleh enzim sebelum berubah menjadi glukosa. Sebaliknya, kurma tidak membutuhkan proses demikian. Manfaat dan khasiat kurma yaitu:
· Tamr (kurma kering)untuk menguatkan sel-sel usus dan dapat membantu melancarkan saluran kencing karena mengandung serabut-serabut yang bertugas mengontrol laju gerak usus dan menguatkan rahim terutama ketika melahirkan. Ruthab (kurma basah) mempunyai pengaruh mengontrol laju gerak rahim dan menambah masa systolenya (kontraksi jantung ketika darah dipompa ke pembuluh nadi). Potasium didalam kurma berguna untuk mengatasi masalah stress, sembelit dan lemah otot. Tidak hanya itu, berkat zat besi dan kalsium yang ada pada kurma, orang bakal terhindar dari penyakit yang beresiko tinggi seperti penyakit jantung dan kencing manis. Bila dimakan oleh anak-anak, maka kurma memberi khasiat untk mencerdaskan otak mereka
Baca selengkapnya - Kurma

Karakteristik Ibu Yang Menyapih Anak Di Bawah Usia Satu Tahun di Wilayah Kerja Wilayah Kerja Puskesmas

KTI KEBIDANAN
KARAKTERISTIK IBU YANG MENYAPIH ANAK DI BAWAH USIA SATU TAHUN DI WILAYAH KERJA WILAYAH KERJA PUSKESMAS

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian
Di Indonesia gerakan nasional Peningkatan Pemanfaatan Air Susu Ibu (PP-ASI) yang telah dicanangkan oleh Presiden Republik Indonesia kedua pada acara puncak peringatan hari ibu ke-62 tanggal 22 Desember 1990, menunjukkan dukungan pemerintah dalam Peningkatan Pemanfaatan Air Susu Ibu (PP-ASI) (Soetjiningsih, 1998).
Dewasa ini di Indonesia 80-90% para ibu di daerah pedesaan masih menyusui anaknya sampai umur lebih dari dua tahun, tetapi di kota-kota Air Susu Ibu (ASI) sudah banyak diganti dengan susu botol. Banyak faktor yang menyebabkan penurunan penggunaan ASI ini. Di kota-kota banyak ibu-ibu ikut bekerja untuk mencari nafkah, sehingga tidak dapat menyusui anaknya dengan baik dan teratur (Tumbelaka dalam Soetjiningsih, 1997).
ASI tidak perlu diragukan lagi, karena ASI merupakan makanan anak yang paling baik dan ASI juga bermanfaat bagi tumbuh kembang anak untuk lebih optimal, akan tetapi ada kalanya oleh suatu sebab misalnya ibu yang bekerja harus menambah atau mengganti ASI dengan makanan tambahan bahkan harus dilakukan penyapihan dini (Soetjiningsih, 1998).
ASI mempunyai manfaat praktis dan psikologis yang harus dipertimbangkan bila ibu memilih metode untuk pemberian makanannya. Air susu ibu adalah yang paling cocok dari semua susu yang tersedia untuk anak manusia, karena ia secara unik disesuaikan untuk kebutuhan dirinya (Nelson, 1999).
ASI merupakan makanan ideal untuk anak, secara psikologis maupun biologis. ASI memberikan keuntungan bagi keluarga maupun bagi anak dan balita. ASI mengandung zat gizi untuk membangun dan penyediaan energi dalam susunan yang diperlukan dan melindungi anak terhadap infeksi terutama infeksi pencernaan (Pudjiadi, 1997).
Pada usia sampai dengan enam bulan kebutuhan anak dapat dipenuhi oleh ASI. Setelah itu kebutuhan anak semakin bertambah dengan pertumbuhan dan perkembangan anak dan produksi ASI menurun. Karena itu anak memerlukan makanan tambahan (PASI) ini dilihat dari pemenuhan kebutuhan fisik. Namun demikian saat menyusui dapat dibentuk pemenuhan psikologis, sehingga menyusui dapat diteruskan minimal satu tahun, karena anak dibawah usia satu tahun dalam fase oral, dimana anak akan memerlukan kebutuhan rasa aman yang sangat dominan (Moehji, 2000).
Penyapihan anak diberbagai tempat dilakukan pada berbagai umur anak. Di masyarakat pedesaan umumnya penyapihan jarang dilakukan terhadap anak sebelum umur satu tahun, bahkan berlangsung lebih lama lagi, sampai umur lebih dari dua tahun. Dalam beberapa kasus, anak tidak disapih sampai berumur empat tahun. Dilain pihak, pada masyarakat perkotaan terdapat kecenderungan yang jelas bahwa penyapihan anak dilakukan pada umur yang lebih dini, bahkan ada pula yang menyapihkannya pada umur baru beberapa minggu (Suhardjo, 2000).
Penyapihan dibawah 1 tahun dapat mempengaruhi pertumbuhan anak, misalnya Kurang Energi Protein (KEP). KEP dapat terjadi karena para ibu yang telah melahirkan, dan ibu kembali lagi bekerja sehingga harus meninggalkan anak dari pagi sampai sore. Dengan demikian anak tersebut tidak mendapat ASI yang merupakan nutrisi pokok disamping Pemberian Air Susu Ibu (PASI) atau makanan tambahan tidak diberikan sebagaimana mestinya (Pudjiadi, 1997).
Kebanyakan anak sedikit demi sedikit mengurangi volume frekuensi kebutuhan ASI-nya pada usia 6-12 bulan dan mereka menjadi terbiasa dengan penambahan jumlah makanan padat dan cairan dengan botol dan cangkir. Karena anak hanya butuh sedikit ASI, penyediaan ASI ibu makin lama makin berkurang, menyebabkan ibu terbebas dari kencang payudara. Penyapihan harus dimulai dengan mengganti susu formula atau susu sapi dengan botol atau cangkir pada sebagian ASI dan selanjutnya untuk semua bagian ASI (Nelson, 1999).
Penyapihan sangat bergantung pada keputusan pribadi dan dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti kapan ibu bekerja kembali, bagaimana kesehatan ibu anak atau feeling ibu bahwa ini adalah saat yang tepat untuk mengerti. Beberapa ahli menyatakan sebaiknya setelah anak berusia 1 tahun, mulai dilakukan peralihan dari puting susu ibu (www.google.com., 2006)
Tidak terpenuhinya nutrisi akan berpengaruh pada anak dan balita, sehingga timbul gizi kurang/buruk. Hal ini dapat dilihat dari SUSENAS (1998).
Dari hasil prasurvei peneliti dengan 10 orang ibu yang hadir disalah Posyandu sebanyak 7 orang (70%) mengatakan tidak mengerti apa itu penyapihan dan sebanyak 3 orang (30%) mengerti tentang penyapihan.
Berdasarkan data pra survey di Wilayah Kerja Puskesmas ........... pada tahun 2005 terdapat 30 anak yang disapih kurang dari satu tahun. (Data Puskesmas ..........., 2005).
Berdasarkan fenomena tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar ibu belum mengerti tentang penyapihan. Dari uraian tersebut maka penulis tertarik untuk mengetahui karakteristik ibu yang menyapih anak di bawah usia satu tahun di wilayah kerja Wilayah Kerja Puskesmas ........... tahun 2005.

1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1.2.1 Masih banyaknya ibu yang melakukan penyapihan dini pada bayinya yang berumur < style="font-weight: bold;">1.3 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka penulis membuat rumusan masalah penelitian sebagai berikut :”Bagaimana karakteristik ibu yang menyapih bayinya di bawah usia satu tahun di Wilayah Kerja Puskesmas ........... tahun 2006.

1.4 Pertanyaan Penelitian
Bagaimana karakteristik ibu yang menyapih anak di bawah 1 tahun di Wilayah Kerja Puskesmas ........... tahun 2006.

1.5 Tujuan Penelitian
1.5.1 Tujuan Umum
Untuk dapat mengetahui karakteristik ibu yang menyapih anak di bawah umur satu tahun di Wilayah Kerja Puskesmas ........... Kabupaten ........... ...... tahun 2006.
1.5.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui karakteristik usia ibu yang menyapih anak di bawah umur satu tahun di Wilayah Kerja Puskesmas ........... Kabupaten ........... ...... tahun 2006.
2. Untuk mengetahui karakteristik paritas ibu yang menyapih anak di bawah umur satu tahun di Wilayah Kerja Puskesmas ........... Kabupaten ........... ...... tahun 2006.
3. Untuk mengetahui karakteristik pendidikan ibu yang menyapih anak di bawah umur satu tahun di Wilayah Kerja Puskesmas ........... Kabupaten ........... ...... tahun 2006.
4. Untuk mengetahui karakteristik pekerjaan ibu yang menyapih anak umur di bawah satu tahun di Wilayah Kerja Puskesmas ........... Kabupaten ........... ...... tahun 2006.
5. Untuk mengetahui karakteristik penghasilan ibu yang menyapih anak di bawah umur satu tahun di Wilayah Kerja Puskesmas ........... Kabupaten ........... ...... tahun 2006.

1.6 Manfaat Penelitian
1.6.1 Bagi Institusi Pendidikan Program Akademi Kebidanan Wira Buana Metro.
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan dalam memberikan pengajaran yang berkaitan dengan nutrisi atau gizi.
1.6.2 Bagi Puskesmas
Setelah diketahui tentang karakteristik ibu yang menyapih anak di bawah satu tahun di Wilayah Kerja Puskesmas ........... Kabupaten ........... ...... tahun 2006 dapat diharapkan dapat dijadikan bahan masukan terhadap penyapihan.
1.6.3 Bagi Penelitian Lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian di tempat lain yang berkaitan dengan penelitian ini.

1.7 Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini penulis membatasi ruang lingkup penelitian sebagai berikut :
1. Jenis Penelitian : Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif mengenai gambaran tentang karakteristik ibu yang menyapih anak dibawah 1 tahun di Wilayah Kerja Puskesmas ........... Kabupaten ........... ...... tahun 2006.
2. Lokasi Penelitian : Penelitian dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas ........... Kabupaten ........... ...... tahun 2006.
3. Waktu penelitian : Setelah proposal disetujui pada bulan Februari 2006
4. Subjek Penelitian : Ibu yang menyapih anak di bawah 1 tahun Wilayah Kerja Puskesmas ........... Kabupaten ........... ...... tahun 2006.
Alasan Penelitian : Masih banyak ibu yang masih mengabaikan menyapih dibawah 1 tahun Wilayah Kerja Puskesmas ........... Kabupaten ........... ...... tahun 2006.

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
KARAKTERISTIK IBU YANG MENYAPIH ANAK DI BAWAH USIA SATU TAHUN DI WILAYAH KERJA WILAYAH KERJA PUSKESMAS
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran)


Baca selengkapnya - Karakteristik Ibu Yang Menyapih Anak Di Bawah Usia Satu Tahun di Wilayah Kerja Wilayah Kerja Puskesmas

Karakteristik Ibu yang Memeriksakan Pap Smear di Rumah Sakit

KTI KEBIDANAN
KARAKTERISTIK IBU YANG MEMERIKSAKAN PAP SMEAR DI RUMAH SAKIT

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Diantara tumor ganas genokologi, kanker serviks uteri merupakan penyakit keganasan yang menimbulkan masalah dengan kesehatan terutama di negara yang sedang berkembang, termasuk Indonesia. Sementara di dunia penderita kanker serviks uteri masih merupakan urutan terbanyak kedua setelah kanker payudara (Mardiana, 2004).
Departemen Kesehatan RI memperkirakan lebih banyak wanita terkena kanker serviks uteri dengan angka kejadian berkisar 100/1000 penduduk/tahun. Masalah kanker di Indonesia sangat khas, yakni kasusnya banyak dan ditemukan di stadium lanjut (Muchlis dkk, 2000).
Di RS. Dr. Cipto Mangunkusumo dari 1.717 kasus kanker genekologik (1989-1992) 76,2 % diantaranya adalah kanker serviks, dikarenakan tidak memeriksakan pap smear. Penyakit kanker dapat menyerang semua lapisan masyarakat tanpa mengenal status sosial, umur, jenis kelamin. Dari status sosial penyakit kanker serviks uteri dapat menyerang orang kaya, miskin, berpendidikan tinggi, maupun orang dewasa tidak luput dari serangan kanker. Namun berdasarkan data yang ada diperkirakan 60% penderita kanker di Indonesia adalah wanita (Mardiana, 2004).
Dari hasil penelitian mutakhir, karsinoma uteri belum jelas diketahui namun ada beberapa faktor yang menonjol seperti: (a) Umur pertama kali melakukan hubungan seksual usia dibawah 20 tahun, (b) Jumlah kehamilan dan partus, (c) Jumlah perkawinan/ berganti-ganti pasangan, (c) Infeksi virus herpes simplek (HSV-2), virus papiloma dan virus kandiloma diduga sebagai penyebab, (d) Sosial Ekonomi dan (e) Hygiene dan Sirkumsisi.
Dalam usaha menyelamatkan wanita agar tidak menjadi korban serviks uteri. Usaha pencegahan diagnosa dini perlu dilakukan karena penanggulangan pada kasus yang sudah invasif atau tidak memuaskan (Harahap, 1984).
Untuk menghindari kanker serviks sebaiknya perlu diperlukan pemeriksaan yang dimaksud pap smear. Pap smear merupakan metode pemeriksaan sel cairan rahim dengan menggunakan mikroskop.
Pada saat pemeriksaan yang bersangkutan tidak merasakan sakit panas, dan prosesnya cukup cepat dan sangat dianjurkan bagi setiap wanita yang memiliki faktor resiko (pemicu) terkena kanker serviks uteri lebih banyak melakukan pemeriksaan dini.
Diagnosa kanker serviks uteri masih sering terlambat dan penangannya pun ternyata tidak memberikan hasil yang baik, keterlambatan diagnosis terjadi karena penderita sering terlambat ke dokter. Mengusahakan sendiri mengatasinya dengan minum jamu, atau pergi ke dukun, hal tersebut karena sebenarnya disebabkan kurangnya pengertian bahaya kanker, karena pendidikan yang kurang atau kurangnya penerapan kanker pada umumnya, penderita kanker serviks uteri tidak dapat pergi ke dokter karena persoalan tersebut, disebabkan pendapat umum bahwa kanker tidak dapat diobati dan selalu dihubungkan dengan kematian (Harahap, 1984).
Pada umumnya insiden kanker sangat rendah dibawah umur 20 tahun, sedangkan karsinoma insiden mulai naik pada umum awal puncak pada umur 30-34 tahun, dan displasia mencapai puncaknya naik kembali pada usia lebih tua (Muchlis dkk, 2000).
Sedangkan angka harapan hidup 5 tahun (5 year survival rate) makin rendah dengan makin tingginya stadium. Data pap smear di laboratorium sitologi RSAM ................. pada tahun 2002 sampai dengan tahun 2009. Menunjukkan angka penurunan yang tercatat pada tahun 2002 sebanyak 348 orang, tahun 2009 sebanyak 293 orang, tahun 2004 sebanyak 446 orang, tahun 2005 sebanyak 384 orang, tahun 2006 sebanyak 293 orang dan tahun 2009 sebanyak 240 orang. Yang melakukan pap smear, sehingga didapatkan hasil adanya penurunan di tahun 2009.
Dari laporan laboratorium sitologi RSAM ................. pada tahun 2009 didapatkan 10% positif karsinoma uteri dan 72% peradangan, 12 % kandidas, 6% normal (data lab sitologi RSAM).
Dengan demikian penulis ingin mengetahui karakteristik ibu yang melakukan pemeriksaan pap smear berdasarkan umur ibu, tingkat pendidikan, status perkawinan, lama perkawinan, paritas, dan alat kontrasepsi yang digunakan ibu pada waktu melakukan pemeriksaan pap smear.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah penulis membuat rumusan masalah penelitian sebagai berikut: Karakteristik ibu yang memeriksakan pap smear di Rumah Sakit ................. ................. pada tahun 2009.

C. Ruang Lingkup Penelitian
Dari latar belakang masalah dan permasalahan yang demikian maka penulis membatasi ruang lingkup pembahasannya pada :
1. Jenis penelitian : Deskriptif
2. Objek penelitian : Karakteristik ibu yang memeriksakan pap smear di Rumah Sakit ................. ..................
3. Subjek penelitian : ibu-ibu yang memeriksakan pap smear di RSAM ................. tahun 2009.
4. Lokasi Penelitian : Rumah Sakit ................. ..................
5. Waktu Penelitian : Januari-Juni 2009
6. Alasan Penelitian : Untuk mengetahui karakteristik ibu yang melakukan pemeriksaan pap smear berdasarkan jumlah pemeriksaan pap smear yang mengalami penurunan yang dilihat dari data rekam medik laboratorium sitologi RSAM ................. tahun 2009.

D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui karakteristik ibu yang memeriksakan pap smear di RSAM ................. tahun 2009.
2. Tujuan Khusus
Mengetahui karakteristik ibu yang memeriksakan pap smear di RSAM ................. berdasarkan umur ibu, tingkat pendidikan, status perkawinan, lama perkawinan, paritas, dan alat kontrasepsi yang digunakan ibu pada waktu melakukan pemeriksaan pap smear.

E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Untuk lebih menambah wawasan dan pengetahuan dalam bidang penelitian khususnya tentang pap smear.
2. Bagi Tempat Penelitian
Sebagai bahan masukan guna pengembangan kualitas pelayanan khususnya tentang pemeriksaan pap smear.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat khususnya untuk dapat menambah referensi perpustakaan untuk bahan acuan penelitian yang akan datang.
4. Bagi Responden
Sebagai penambah pengetahuan untuk lebih peduli terhadap pemeriksaan kesehatan khususnya pemeriksaan pap smear.


silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
KARAKTERISTIK IBU YANG MEMERIKSAKAN PAP SMEAR DI RUMAH SAKIT
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran)
Baca selengkapnya - Karakteristik Ibu yang Memeriksakan Pap Smear di Rumah Sakit

Karakteristik Ibu Hamil yang Mengkonsumsi Tablet Fe di Kelurahan

KTI KEBIDANAN
KARAKTERISTIK IBU HAMIL YANG MENGKONSUMSI
TABLET FE DI KELURAHAN

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) sesuai Data Survei Demografi Kependudukan Indonesia (SDKI) 2003 yakni 307 per 100.000 kelahiran hidup (www.depkes.info 2007). Penyebab kematian ibu yang utama adalah perdarahan 28%, eklamsi 13%, aborsi tidak aman 11% serta sepsis 10%. Penyebab tidak langsung, resiko kematian ibu makin besar dengan adanya anemia 51%, nifas 45%. (SDKI 2002-2003. Periode Agustus 2005).
Salah satu dari beberapa faktor tidak langsung penyebab kematian ibu adalah anemia. Pada wanita hamil, anemia meningkatkan frekuensi terjadinya komplikasi pada kehamilan persalinan, resiko kematian maternal, prematuritas, BBLR, dan kematian perinatal. Disamping itu, perdarahan antepartum dan post partum lebih sering dijumpai pada wanita yang anemis dan lebih sering berakibat fatal. Sebab wanita yang anemis tidak dapat mentolerir kehilangan darah. (www.Airlangga University. Net.id.2006)
Wanita hamil memiliki resiko yang lebih tinggi untuk mengalami anemia dan defisiensi besi (Varney, Jan.M.Kriebs.Carolyn. L.G.2007) untuk itu setiap kehamilan membutuhkan lebih banyak konsumsi zat besi untuk perkembangan bayi (Annia Kissanti, 2007). Dan juga konsumsi makanan yang berkualitas. Jika kehamilan yang tidak diikutsertakan dengan konsumsi makanan yang baik akan menjadi kehamilan yang lemah dan beresiko (Hanum Lu’lu, 2007).
Gizi seimbang adalah pola konsumsi makanan sehari-hari yang sesuai dengan kebutuhan gizi setiap individu untuk hidup sehat dan produktif, agar sasaran keseimbangan gizi dapat tercapai. (http//www.bppsdmk.depkes. co.id.2006). Akan tetapi dalam kenyataannya tidak semua ibu hamil yang mendapat tablet besi meminumnya secara rutin. Hal ini bisa disebabkan karena faktor ketidaktahuan pentingnya tablet besi untuk kehamilannya.
Banyak wanita Indonesia tidak mempedulikan ataupun kurang memahami aspek kekurangan zat besi terhadap tingkat kecerdasan. (http//www.depkes. co.id.2005). Kepatuhan mengkonsumsi tablet Fe diukur dari ketepatan jumlah tablet yang dikonsumsi, ketepatan cara mengkonsumsi tablet Fe, frekuensi tablet perhari. Suplementasi besi atau pemberian tablet Fe merupakan salah satu upaya penting dalam mencegah dan menanggulangi anemia khususnya zat besi. (http.bppsdmk.depkes.co.id.2006).
Untuk itu penurunan Angka Kematian Ibu merupakan salah satu prioritas pembangunan kesehatan yang mengacu pada Indonesia Sehat 2010. (SDKI 2002-2003 Periode Agustus 2007). Yang dilakukan dengan cara memberi pengetahuan kepada semua lapisan masyarakat untuk memahami “Tiga Terlambat” dan “Empat Terlalu” (www.presidenby.info.2007). Seperti program yang telah dicanangkan Making Pregnancy Safer (MPS) yang terfokus pada pendekatan perencanaan sistematis dan terpadu dalam intervensi klinis dan sistem kesehatan. Menurut penelitian (Ernawati, 2000) kepatuhan ibu hamil yang mengkonsumsi zat besi dengan pendidikan rendah sebanyak 23%.
Dari kutipan di atas peneliti memberi batasan pada penelitiannya tentang kepatuhan ibu hamil menghabiskan 1 bungkus tablet Fe pada tiap kali ANC yang dikonsumsi dalam beberapa hari pada setiap pemberian.
Dari hasil pra servey yang dilakukan di kelurahan ................... 2009 terdapat 624 ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya baik di puskesmas maupun posyandu yang ada di Kelurahan .................... Pada saat dilakukan presurvey yang dilakukan dengan mengajukan pertanyaan mengenai konsumsi tablet Fe kepada ibu-ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya di posyandu di wilayah Kelurahan ................... sebagian besar ibu-ibu menyatakan bahwa mereka tidak menghabiskan tablet Fe yang telah diberikan.
Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengambil penelitian dengan judul "Karakteristik Ibu Hamil yang Mengkonsumsi Tablet Fe di Kelurahan ................... Tahun 2009".

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini ialah Bagaimana Karakteristik Ibu Hamil yang Mengkonsumsi Tablet Fe di Kelurahan ................... tahun 2009?

C. Ruang Lingkup
Adapun yang menjadi ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Jenis Penelitian : Deskriptif
2. Subyek Penelitian : Seluruh ibu hamil yang mengkonsumsi Tablet Fe di Kelurahan ................... tahun 2009
3. Objek Penelitian : Karakteristik Ibu Hamil yang mengkonsumsi Tablet Fe di Kelurahan ................... tahun 2009
4. Lokasi Penelitian : Kelurahan ...................
5. Waktu Penelitian : Mei 2009.
6. Alasan Penelitian : Untuk mengetahui karakteristik ibu hamil yang mengkonsumsi Tablet Fe di Kelurahan ....................

D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Karakteristik Ibu Hamil yang mengkonsumsi Tablet Fe di Kelurahan ................... tahun 2009.

E. Manfaat
1. Bagi ibu
Diharapkan ibu hamil dapat bertambah kepatuhannya dalam mengkonsumsi tablet Fe sehingga kebutuhan akan zat besi ibu hamil tersebut dapat terpenuhi.
2. Bagi Kelurahan ............
Diharapkan pada setiap ibu hamil dapat meminum semua obat khususnya Tablet Fe agar kebutuhannya dapat tercukupi.
3. Bagi Peneliti
Sebagai pengalaman dalam melakukan penulisan ilmiah, dan menambah kemampuannya dan pengetahuan dalam bidang kesehatan masyarakat.
4. Bagi Peneliti Lain
Bagi peneliti yang berminat pada masalah ini, hasil penelitian ini bisa menjadi acuan dan masukan untuk melakukan penelitian selanjutnya.
5. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat khususnya dalam memperbanyak acuan tentang kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet Fe dalam melakukan penelitian selanjutnya.

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
KARAKTERISTIK IBU HAMIL YANG MENGKONSUMSI TABLET FE DI KELURAHAN
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran)
Baca selengkapnya - Karakteristik Ibu Hamil yang Mengkonsumsi Tablet Fe di Kelurahan

Karakteristik Ibu Bersalin dengan Partus Lama di RS

KTI KEBIDANAN
KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN PARTUS LAMA DI RS

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berdasarkan hasil kajian WHO pada periode 1994-1997, Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 390 per 100.000 kelahiran hidup(Depkes RI,1999). Pada tahun 2001 AKI mengalami penurunan menjadi 334 per 100.000 kelahiran hidup (Resti,2005). Berdasarkan Survei Demograpi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002/2003, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih berada 307 per 100.000 kelahiran hidup atau setiap jam terdapat 2 orang ibu bersalin meninggal dunia karena berbagai sebab(Depkes RI,2004).
Sesungguhnya tragedi kematian ibu tidak perlu terjadi karena lebih dari 80% kematian ibu sebenarnya dapat dicegah melalui kegiatan yang efektif, yaitu melalui pemeriksaan kehamilan, pemberian gizi yang memadai dan lain-lain. Karena upaya penurunan AKI serta peningkatan derajat kesehatan ibu tetap merupakan prioritas utama dalam pembangunan kesehatan menuju tercapainya Indonesia Sehat 2010(Depkes RI,2004).
Penyebab kematian ibu 90% disebabkan oleh pendarahan, toksemia gravidarum, infeksi, partus lama dan komplikasi abortus. Kematian ini paling banyak terjadi pada masa sekitar persalinan yang sebenarnya dapat dicegah, Sedangkan 10% disebabkan oleh komplikasi persalinan lain (Depkes RI 2005).
Salah satu penyebab kematian ibu di atas telah di uraikan bahwa di sebabkan oleh partus lama, Persalinan lama atau kasep merupakan masalah besar di Indonesia karena pertolongan di daerah pedesaan masih dilakukan oleh dukun. Persalinan lama adalah persalinan yang berjalan lebih dari 24 jam untuk primigravida dan 18 jam bagi multigravida. Persalinan kasep adalah persalinan lama yang di sertai komplikasi ibu maupun janin (Manuaba, 1998).
Dari perolehan data di RS. ................. ................. pada bulan maret 2009 diketahui data kasus kebidanan sebagai berikut: pada tahun 2005 ibu yang bersalin berjumlah 433 orang yang mengalami partus lama berjumlah 121 orang (27,9%), tahun 2006 ibu yang bersalin berjumlah 414 orang yang mengalami partus lama berjumlah 126 orang (30,4%) dan tahun 2007 yang bersalin 343 orang. Untuk data mengenai perdarahan post partum sebanyak 98 orang, ketuban pecah dini sebanyak 138 orang, pre eklampsia berat dan eklmapsi sebanyak 73 orang, sedangkan yang mengalami partus lama 34 orang (7.4%) orang (Medikal Record RS.................., 2009).
Dari berbagai uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian untuk mengetahui karakteristik ibu yang mengalami partus lama di RS. ................. tahun 2009.

B. Perumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka penulis membuat rumusan masalah penelitian sebagai berikut ”Bagaimana karakteristik ibu yang mengalami partus lama di RS. ................. ................. tahun 2009”?.

C. Ruang Lingkup Penelitian
1. Jenis Penelitian : Deskriptif.
2. Subjek Penelitian : Ibu yang bersalin dengan partus lama.
3. Objek penelitian : Karakteristik ibu bersalin dengan partus lama.
4. Lokasi penelitian : RS. ................. ..................
5. Waktu penelitian : 19 Mei–7 Juni 2009
6. Alasan penelitian : Dari data presurvei di RS. ................. tahun 2009 diketahui bahwa masih ada ibu yang bersalin dengan partus lama.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik ibu yang bersalin dengan partus lama.
2. Tujuan Khusus
- Untuk mengetahui karakteristik ibu bersalin dengan partus lama berdasarkan umur.
- Untuk mengetahui karakteristik ibu bersalin dengan partus lama berdasarkan paritas
- Untuk mengetahui karakteristik ibu bersalin dengan partus lama berdasarkan pekerjaan.
- Untuk mengetaui karaktristik ibu bersalin dengan partus lama berdasarkan penyebab partus lama.

D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah:
1. Bagi rumah sakit.
Sebagai masukan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.
2. Bagi institusi pendidikan.
Memberikan Imformasi dan pengembangan keilmuan khususnya ibu yang bersalin dengan partus lama.
3. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi penulis tentang ibu yang bersalin dengan partus lama.
4. Bagi penelitian selanjutnya.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi penelitian selanjutnya dan dapat diteruskan dengan variabel penelitian yang belum pernah diteliti.

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN PARTUS LAMA DI RS
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran)

Baca selengkapnya - Karakteristik Ibu Bersalin dengan Partus Lama di RS

Karakteristik Ibu Hamil yang Melaksanakan Antenatal Care di BPS

KTI KEBIDANAN
KARAKTERISTIK IBU HAMIL YANG MELAKSANAKAN
ANTENATAL CARE DI BPS

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Pada tahun 1990 WHO meluncurkan strategi MPS (Making Pregnancy Safer) di dukung oleh badan-badan internasional seperti UNFPA, UNICEF dan Word Bank, sebagai upaya untuk menurunkan AKI dan AKB yang masih cukup tinggi dan sebagian besar terjadi di negara-negara berkembang (Saeffudin, 2002). Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar di negara berkembang. Ini berarti kemampuan untuk memberikan pelayanan kesehatan masih memerlukan perbaikan kesehatan yang bersifat menyeluruh dan lebih bermutu. Kematian ibu di Indonesia pada SDKI 2003 terdata 307 per 100.000 kelahiran hidup dan angka kematian perinatal adalah 35 per 1000 kelahiran hidup (SDKI, 2003).
Angka kematian bayi di propinsi Lampung diperkirakan pada tahun 2000 berdasarkan proyeksi penduduk BPS menjadi 49 per 1000 kelahiran hidup. Angka ini mengalami penurunan jika dibandingkan tahun 2001 yaitu sebesar 41 per 1000 kelahiran hidup. Indikasi ini menunjukkan bahwa tingkat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat Lampung meningkat dari tahun 2000 ke 2001 dan pada tahun 2002 mengalami sedikit peningkatan yaitu 42 per 1000 kelahiran hidup sedangkan tahun 2003 AKB meningkat menjadi 55 per 1000 kelahiran hidup. Hal ini menunjukkan bahwa sistem pencatatan dan pelaporan sudah mengalami peningkatan dan hasil ini belum mencapai target tahun 2003 yaitu 42 per 1000 kelahiran hidup dan target Lampung Sehat 2010 dan Indonesia sehat 2010 yaitu 40 per 1000 kelahiran hidup (Profil Kesehatan Lampung, 2005). Angka Kematian Balita di propinsi Lampung Tahun 1980-2003. Balita umur 0-< 5 Tahun. Tahun 1980, 147 per 1000 kelahiran hidup, Tahun 1990, 86 per 1000 kelahiran hidup, Tahun 1995, 75 per 1000 kelahiran hidup, Tahun 1997, 43 per 1000 kelahiran hidup, SDKI 2002-2003 64 per 1000 kelahiran hidup (Sumber : SP 1980, 1990 dan Estimasi Parameter Demografi Indonesia BPS, SDKI 2002-2003 data 2004 dan 2005 belum tersedia di BPS).
Hasil SDKI 2002-2003 angka kematian balita 64 dan angka ini belum mencapai target 58 per 1000 kelahiran hidup. Jumlah balita mati di propinsi Lampung tahun 2004 sejumlah 109 kasus, terbesar di kota Metro (40 kasus) dan terendah di kabupaten Lampung Barat (1 kasus) dan pada tahun 2005 jumlah kasusnya 224 kasus per 165.341 kelahiran hidup. Kasus kematian balita disebabkan oleh permasalahan kesehatan anak dan balita seperti gizi, sanitasi penyakit infeksi dan kecelakaan. Sedangkan angka kematian ibu (AKI) di propinsi Lampung berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi Lampung tahun 2005 adalah terdapat 145 kasus dari 165.347 kelahiran hidup. Jumlah kematian ibu disebabkan pada masa kehamilan dan persalinan. Untuk itu perlu kerja keras dan komitmen bersama antara pemerintah dan masyarakat dalam upaya menurunkan angka kematian ibu dan meningkatkan dukungan terhadap pelayanan dan kesehatan ibu/maternal, baik dalam antenatal care (ANC) dan meningkatkan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan.
Salah satu upaya Departemen Kesehatan untuk mempercepat penurunan AKI dan AKB adalah negara membuat rencana strategi nasional making pregnancy safer (MPS) di Indonesia 2001-2010 yang menyebutkan bahwa dalam konteks rencana pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010, maka visi MPS adalah “Kehamilan dan persalinan di Indonesia berlangsung aman serta bayi yang dilahirkan hidup sehat” (Saeffudin, 2002). Pengawasan antenatal atau yang sering disebut pemeriksaan kehamilan adalah pelayanan antenatal yang diberikan oleh tenaga ahli profesional yaitu dokter spesialis kebidanan, dokter umum, dokter bukan spesialis yang mempunyai banyak pengalaman dalam kebidanan, bidan, public health care, home help, pemanfaatan jenis pelayanan ANC diharapkan dapat menghasilkan atau memperbaiki status kesehatan ibu hamil. Dalam hal ini pemanfaatan pelayanan ANC yang tepat akan meningkatkan derajat kesehatan ibu dan janin yang akan di lahirkannya sehingga menuju ke keluarga yang sehat dan sejahtera (Sarwono Prawirohardjo, 2002).
Pemanfaatan pelayanan antenatal oleh seorang ibu hamil dapat dilihat dari cakupan pelayanan antenatal. Peningkatan pelayanan kesehatan antenatal dipengaruhi oleh pemanfaatan pengguna pelayanan antenatal. Dengan tidak dimanfaatkannya sarana pelayanan antenatal dapat disebabkan oleh banyak faktor seperti: ketidakmampuan dalam hal biaya, lokasi pelayanan yang jaraknya terlalu jauh atau petugas kesehatan tidak pernah datang secara berkala (Sarwono Prawirohardjo, 2002). Dengan demikian untuk meningkatkan hasil cakupan ibu hamil ada beberapa faktor yang perlu mendapatkan perhatian. Di samping faktor ibu hamil sendiri (karakteristik) untuk memeriksakan kehamilanya maka, faktor biaya, petugas pelayanan kesehatan, sarana dan fasilitas kesehatan yang tersedia merupakan faktor yang dapat berpengaruh terhadap keberhasilan cakupan ibu hamil. Alasan penulis mengambil di BPS ................ Desa Bangun Rejo Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten .......... ......... karena di desa tersebut terdapat 810 PUS (Pasangan Usia Subur). Dari 810 PUS tersebut terdapat 16 PUS yang telah hamil (primigravida) dan 14 lainnya multigravida dan penulis ingin mengetahui karakteristik ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya di BPS ................ Desa Bangun Rejo Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten .......... ......... Tahun 2006.

B. Perumusan Masalah
Bagaimana karakteristik ibu hamil yang melaksanakan antenatal care di BPS ................ Desa Bangun Rejo Kecamatan Gunung Sugih .......... .......... Tahun 2006?.

C. Ruang Lingkup
- Jenis penelitian : deskriptif
- Objek penelitian : karakteristik ibu hamil yang melaksanakan antenatal care.
- Subjek penelitian : seluruh ibu hamil baik primigravida maupun multigravida.
- Lokasi penelitian : BPS. ................ desa Bangun Rejo kecamatan Gunung Sugih .......... ..........
- Waktu penelitian : Bulan Oktober 2006 sampai dengan bulan Mei 2007.
- Alasan penelitian : - Untuk mengetahui karakteristik ibu hamil yang melaksanakan antenatal care.
- Jumlah PUS yang meningkat di Desa Bangun Rejo
- Jumlah ANC di BPS ................ meningkat oleh karena jumlah PUS di desa tersebut yang meningkat pula.

D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui karakteristik tentang ibu hamil yang melaksanakan ANC di BPS ................ Desa Bangun Rejo Kecamatan Gunung Sugih .......... ......... tahun 2006.

2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran umur ibu hamil yang melaksanakan ANC di BPS ................ Desa Bangun Rejo Kecamatan Gunung Sugih .......... ......... tahun 2006.
b. Untuk mengetahui gambaran pendidikan ibu hamil yang melaksanakan ANC di BPS ................ Desa Bangun Rejo Kecamatan Gunung Sugih .......... ......... tahun 2006.
c. Untuk mengetahui gambaran tentang paritas ibu hamil yang melaksanakan ANC di BPS ................ Desa Bangun Rejo Kecamatan Gunung Sugih .......... ......... tahun 2006.
d. Untuk mengetahui gambaran tentang tingkat pendapatan keluarga ibu hamil yang melaksanakan ANC di BPS ................ Desa Bangun Rejo Kecamatan Gunung Sugih .......... ......... tahun 2006.
e. Untuk mengetahui gambaran tentang jarak lokasi BPS ke rumah ibu hamil yang melaksanakan ANC di BPS ................ Desa Bangun Rejo Kecamatan Gunung Sugih .......... ......... tahun 2006.

E. Manfaat Penelitian
1. Bagi BPS
Sebagai masukan dalam rangka meningkatkan konseling dalam pelayanan antenatal care di wilayah BPS .................
2. Bagi Masyarakat Khususnya Ibu Hamil
Agar ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal sesuai dengan standar pelayanan kebidanan, sehingga apabila diketahui resiko kehamilan secara dini dapat dilakukan tindakan lebih lanjut atau rujukan segera bila diperlukan.
3. Bagi Perkembangan Ilmu
Diharapkan semakin bertambahnya zaman dan ilmu, angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) dapat turun dengan pelan-pelan karena tenaga kesehatan yang makin profesional dan masyarakat yang semakin kritis.
4. Bagi Akademi Kebidanan Wira Buana Metro
Sebagai sumber referensi, sumber bahan bacaan dan bahan pengajaran terutama yang berkaitan dengan asuhan kebidanan pelayanan antenatal.
5. Bagi Peneliti
Dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi peneliti bahwa ibu hamil perlu atau harus di lakukan pengawasan untuk menghindari bahaya yang terjadi pada masa kehamilan, persalinan dan nifas sehingga penulis dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi ibu hamil dalam melaksanakan ANC.

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
KARAKTERISTIK IBU HAMIL YANG MELAKSANAKAN ANTENATAL CARE DI BPS
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran)
Baca selengkapnya - Karakteristik Ibu Hamil yang Melaksanakan Antenatal Care di BPS

Karakteristik Pasangan Usia Subur Yang Tidak Mengikuti Program Keluarga Berencana di Desa

KTI KEBIDANAN
KARAKTERISTIK PASANGAN USIA SUBUR YANG TIDAK MENGIKUTI PROGRAM KELUARGA BERENCANA DI DESA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Angka kematian ibu di Indonesia masih yang paling tinggi di Asia Tenggara yakni 307 per seratus ribu kelahiran hidup yang berarti 50 ibu meninggal setiap hari karena komplikasi persalinan dan saat melahirkan, itu menurut data tahun 2003
Angka tersebut, menurut Direktur Bisa Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan telah turun menjadi 290,8 per seratus ribu kelahiran hidup pada 2005. Namun demikian kondisi itu belum merubah status Indonesia sebagai negara dengan angka kematian ibu tertinggi di Asia Tenggara karena angka kematian ibu di negara-negara Asia Tenggara lainnya masih jauh lebih rendah dibandingkan Indonesia. Angka kematian ibu Indonesia tahun 2005 juga jauh lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata angka kematian ibu di Asia Timur yang menurut data Unicef sebesar 110 per seratus ribu kelahiran hidup(http://www.gatra.com/2006-01-23/artikel.php).
Dalam rencana Strategi Nasional Making Pregnancy Safer (MPS) di Indonesia tahun 2001-2002 disebutkan bahwa dalam konteks Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010, visi MPS adalah kehamilan dan persalinan di Indonesia berlangsung aman serta yang dilahirkan hidup dan sehat (Sarwono Prawirohardjo, 2002).
Keluarga Berencana merupakan upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera. Sedangkan Kesehatan Reproduksi merupakan kesehatan secara fisik, mental, dan kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses reproduksi dan bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit dan kecacatan. Dalam pengertian kesehatan reproduksi tersebut, terkandung di dalamnya pengertian tentang hak-hak reproduksi, sebagai bagian dari hak azasi manusia. Hak-hak reproduksi tersebut antara lain adalah hak untuk mendapatkan informasi (Sarwono Prawirohardjo, 2002).
Visi paradigma baru program keluarga berencana nasional adalah untuk mewujudkan keluarga berkualitas tahun 2015. keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan ke depan, tanggung jawab, harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan misi dari keluarga berencana nasional pada paradigma baru adalah menekankan pentingnya upaya menghormati hak-hak reproduksi sebagai integral dalam meningkatkan kualitas keluarga. Keluarga adalah salah satu dari lima matra kependudukan yang sangat mempengaruhi terwujudnya penduduk yang berkualitas (Sarwono Prawirohardjo, 2003).
Pengertian mutu pelayanan mencakup dua dimensi : petugas pelayanan dan klien, dan akses terhadap pelayanan kontrasepsi yang bermutu. Dari dimensi petugas pelayanan yang dimaksud pelayanan yang berkualitas adalah pelayanan yang bermutu sesuai standar mutu pelayanan yang sudah ditetapkan, termasuk di dalamnya adalah pemenuhan hak-hak klien. Dari dimensi klien, pelayanan dianggap bermutu apabila pelayanan mampu memberikan kepuasan kepada klien. Dengan kata lain, pelayanan yang bermutu adalah pelayanan yang mampu memenuhi kebutuhan dan tuntutan serta hak-hak klien (http://www.bkkbn.go.id/ ditfor/ program_detail.php?prgid=8).
Apabila dianalis lebih mendalam, ternyata keberhasilan tersebut belum merata. Tingkat fertilitas pada keluarga miskin ternyata lebih tinggi dibandingkan dengan keluarga yang tingkat ekonominya lebih tinggi, berturut-turut tingkat fertilitas tersebut adalah 3.0 dan 2.2. (http://www.bkkbn.go.id/ditfor/ program_detail.php).
Saat ini baru 66% pasangan usia subur (PUS) di Indonesia yang mengikuti program keluarga berencana (KB). Pemerintah telah menetapkan tiga skenario untuk menekan pertambahan jumlah penduduk hingga 2015. Pertama, jika peserta KB meningkat 1% setiap tahun, penduduk Indonesia hanya akan menjadi 237,8 juta jiwa. Kedua, bila peserta KB tetap konstan 60%, penduduk Indonesia akan bertambah menjadi 255,5 juta jiwa. Ketiga, jika peserta KB menurun menjadi 0,5% per tahun, jumlah penduduk Indonesia akan membengkak menjadi 264,4 juta jiwa (http://www.tempointeraktif.com/hg/nasional).
Data Pasangan Usia Subur untuk Kabupaten .......... ....... pada tahun 2006 sebanyak 194.379 pasangan sedangkan yang mengikuti program KB sebagai peserta baru dan peserta aktif sebanyak 150.230 pasangan atau mencapai 81,84% (www.depkes.co.id/profil-lampung.pdf, 2006).
Data PUS untuk Desa Sukoharjo pada tahun sampai dengan bulan Mei 2008 terdapat 884 PUS dan cakupan pelayanan Keluarga Berencana yang ditetapkan sebesar 707 PUS (80%) dari jumlah PUS, sedangkan relasisasi pencapaiannya baru mencapai 654 PUS (73,9%).
Pengumpulan data PUS untuk Desa Sukoharjo pada tahun 2006 sebanyak 763 PUS dan yang mengikuti program KB sebanyak 572 PUS (74,9%), pada tahun 2007 sebanyak 821 PUS dan yang mengikuti program KB sebanyak 602 PUS (73,3%), dan untuk data tahun 2008 sebanyak 884 PUS dan yang mengikuti program KB hanya mencapai 654 PUS (73,9%). Dari data tersebut dapat diketahui pula jumlah PUS yang tidak mengikuti program KB dari tahun 206 sampai 2008 berturut-turut adalah 191 PUS (25,1%), 219 PUS (29,7%), dan 230 PUS (26,1%) (Profil Desa Sukoharjo, 2008).
Berdasarkan data tersebut maka permasalahan yang melatarbelakangi penelitian mengenai karakteristik PUS yang tidak mengikuti KB di Desa Sukoharjo adalah adanya kenaikan dan penurunan jumlah pasangan Usia Subur yang tidak mengikuti Program KB di Desa Sukoharjo Kecamatan Sekampung .......... ........

B. Rumusan Masalah
Dari uraian pada latar belakang masalah, maka diambil rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu “Bagaimana karakteristik Pasangan Usia Subur yang tidak Mengikuti Program Keluarga Berencana di Desa Sukoharjo Kecamatan Sekampung .......... ....... tahun 2008 ?”.

C. Ruang Lingkup
1. Sifat Penelitian : Deskriptif
2. Objek Penelitian : Karakteristik Pasangan Usia Subur yang tidak Mengikuti Program Keluarga Berencana di Desa Sukoharjo Kecamatan Sekampung .......... ....... tahun 2008.
3. Subjek Penelitian : Semua Pasangan Usia Subur yang tidak Mengikuti Program Keluarga Berencana di Desa Sukoharjo Kecamatan Sekampung .......... ....... tahun 2008.
4. Lokasi Penelitian : Desa Sukoharjo Kecamatan Sekampung .......... ........
5. Waktu Penelitian : Bulan Mei-Juni 2008.
6. Alasan Penelitian : Untuk mengetahui karakteristik Pasangan Usia Subur yang mempengaruhi mereka sehingga tidak mengikuti program KB.

D. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui Karakteristik Pasangan Usia Subur yang tidak Mengikuti Program Keluarga Berencana di Desa Sukoharjo Kecamatan Sekampung .......... ....... tahun 2008.

E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Sebagai bahan untuk meningkatkan dan menambah pengetahuan agar lebih memahami dan mengerti hal-hal yang berhubungan dengan pasangan usia subur dan Keluarga Berencana.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Sebagai salah satu bahan masukan bagi tenaga kesehatan untuk menambah pengetahuan mengenai karakteristik pasangan usia subur di Desa Sukoharjo Kecamatan Sekampung .......... ........
3. Bagi Akademi Kebidanan Wira Buana
Sebagai masukan untuk memperluas wawasan mahasiswa dan menambah sumber referensi di perpustakaan Akbid Wira Buana Metro.

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
KARAKTERISTIK PASANGAN USIA SUBUR YANG TIDAK MENGIKUTI PROGRAM KELUARGA BERENCANA DI DESA
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran)

Baca selengkapnya - Karakteristik Pasangan Usia Subur Yang Tidak Mengikuti Program Keluarga Berencana di Desa

Karakteristik ibu hamil dengan hiperemisis gravidarum di wilayah kerja puskesmas

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hiperemisis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan pada wanita hamil sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari dan keadaan umum menjadi buruk serta dehidrasi (Mochtar, 1995). Sekitar 50% wanita hamil mengalami mual-mual dan beberapa sampai muntah-muntah. Keluhan ini terjadi dalam 12 minggu pertama kehamilan, biasanya menghilang pada akhir waktu tersebut, tapi kadang-kadang muncul kembali menjelang akhir kehamilan. (Jones, 1997). Ibu hamil yang masih mengalami mual muntah sampai trimester ketiga dapat menyebabkan tubuh menjadi lemas, muka pucat, dan frekuensi buang air kecil menurun drastis, inilah yang dinamakan hiperemisis gravidarum (Indra Anwar SpOG, Maret 2007)
Hasil pengumpulan data Tingkat Pusat, Subdirektorat. Kebidanan dan kandungan Subdirektorat Kesehatan Keluarga dan data inbdikator Kabupaten/Kota bidang kesehatan dari 325 Kabupaten/Kota menunjukkan bahwa pada tahun 2003 persentase ibu hamil resiko tinggi yang dirujuk dan mendapat pelayanan kesehatan lebih lanjut sebesar 20,44%. Provinsi dengan persentase tertinggi adalah di Provinsi Sulawesi Tengah (96,53%) dan Di Yogyakarta (76,60%) sedangkan yang terendah adalah di Provinsi Maluku Utara (3,66%) dan Sumatera Selatan (3,81%) (Profil Kesehatan Indonesia, 2003).
Mual dan muntah terjadi pada 60-80% primigravida dan 40-60% multigravida. Mual dan muntah ini sering terjadi pada kehamilan trimester 1 (Sarwono, 2002). Hasil data dari seksi Kesehatan Keluarga Subdirektorat Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Propinsi Pada tahun 2005 jumlah ibu hamil di Kabupaten Lampung Tengah adalah 28.321 dan yang mempunyai resiko tinggi ada 309 ibu hamil. Ibu hamil yang dirujuk adalah ibu hamil resiko tinggi/komplikasi yang ditemukan untuk mendapatkan pertolongan pertama dan rujukan oleh tenaga kesehatan (Profil Kesehatan Provinsi Lampung, 2005).
Berdasarkan hasil kegiatan wilayah kerja Puskesmas tahun 2006 Seputih Raman yang mencakup 8 desa / kampung, jumlah ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya di Puskesmas ada 738 ibu hamil dengan frekuensi kunjungan 4x selama kehamilan. Pada pra survey yang penulis lakukan, maka didapatkan jumlah ibu hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum. Pada tahun 2006 dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 1. Jumlah Ibu Hamil dengan Hiperemisis Gravidarum pada Tahun 2006 di Puskesmas Seputih Raman.
No Nama Kampung Ibu Hamil dengan Hiperemesis Gravidarum
1 Rejo Asri 0
2 Rama Dewa 7
3 Rama Gunawan 1
4 Rama Oetama 15
5 Rama Murti 0
6 Rama Nirwana 0
7 Rama Endah 1
8 Rukti Harjo 9
Jumlah 33
Tabel 2. Jumlah Ibu Hamil dengan Hiperemisis Gravidarum pada bulan Januari - Maret 2007.
No Nama Kampung Ibu Hamil dengan Hiperemesis Gravidarum
1 Rejo Asri 0
2 Rama Dewa 5
3 Rama Gunawan 1
4 Rama Oetama 5
5 Rama Murti 1
6 Rama Nirwana 4
7 Rama Endah 0
8 Rukti Harjo 6
Jumlah 22
(Medical Record Puskesmas Seputih Raman, 2007)
Hasil laporan menunjukkan bahwa hampir 50-90% dan wanita hamil mengalami mual muntah trimester pertama (3 bulan pertama kehamilan). Normal jika mual dan muntah berlangsung dalam triwulan pertama kehamilan. Namun, jika muntah-muntah terjadi berlebihan sampai 7 kali dalam sehari, kondisi ibu menjadi lemah, tidak beselera makan, berak badan menurun, dan nyeri ulu hati (InfoIbu.On line,Maret 2007).
Penyebab hiperemisis gravidarum belum diketahui secara pasti, beberapa faktor predisposisi diantaranya pada primigravida, molahidatidosa, kehamilan ganda, faktor organik dan faktor alergi serta faktor psikologik (Sarwono, 2002). Penyebab lain diduga karena pengaruh perubahan psikologi dan adanya pengaruh perubahan hormonal selama kehamilan. (infoibu.on line,maret 2007).
Akibat yang terjadi dari hiperemisis gravidarum adalah dehidrasi, gangguan fungsi hepar dan fibris (POGI, 1991). Hiperemisis gravidarum yang terus menerus dapat menyebabkan kekurangan makanan dan cairan yang dapat mempengaruhi perkembangan janin (Sarwono, 2002). Kekurangan makanan dan cairan atau dehidrasi, buruk pengaruhnya terhadap anak dikandungan maupun pada diri ibu sendiri (infoibu.online, Maret 2007). Kerusakan pada hati sehingga faalnya terganggu disebabkan oleh kekurangan zat makanan. Jika muntah tidak berhenti-henti maka akan timbul keadaan ikterus, delirium, suhu tinggi, perdarahan pada retina dan apabila dalam hal ini dapat dipertanggung jawabkan untuk menghentikan kehamilan, maka dilakukan abortus terapeutis (Muchtar, 1995).
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul karakteristik ibu hamil dengan hiperemisis gravidarum di wilayah kerja Puskesmas Seputih Raman.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka dapat dirumuskan sebagai berikut, “bagaimana karakteristik ibu hamil dengan hiperemisis gravidarum di wilayah kerja Puskesmas Seputih Raman ?”.

C. Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini penulis akan membatasi ruang lingkup penelitian sebagai berikut :
1. Sifat Penelitian : deskriptif
2. Subjek Penelitian : ibu hamil dengan hiperemisis gravidarum.
3. Objek Penelitian : karakteristik ibu hamil dengan hiperemisis gravidarum.
4. Lokasi Penelitian : peneliti mengambil tempat penelitian di wilayah kerja Puskesmas Seputih Raman
5. Waktu Penelitian : setelah penulisan proposal disetujui

D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penulis mempunyai tujuan umum yaitu diperolehnya karakteristik ibu hamil dengan hiperemisis gravidarum di wilayah Kerja Puskesmas Seputih Raman.
2. Tujuan Khusus
Selain mempunyai tujuan umum, penulis juga mempunyai tujuan khusus yaitu :
a. Diketahuinya karakteristik ibu hamil dengan hiperemisis gravidarum dilihat dari pendidikan.
b. Diketahuinya karakteristik ibu hamil dengan hiperemisis gravidarum dilihat dari paritas.
c. Diketahuinya karakteristik ibu hamil dengan hiperemisis gravidarum dilihat dari nutrisi.
d. Diketahuinya karakteristik ibu hamil dengan hiperemisis gravidarum dilihat dari psikologis.
e. Diketahuinya karakteristik ibu hamil dengan hiperemisis gravidarum dilihat dari usia kehamilan.

E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat khususnya untuk menambah referensi perpustakaan untuk bahan acuan penelitian yang akan datang.
2. Bagi Penulis
Sebagai pengalaman dalam melakukan penulisan ilmiah, menambah pengetahuan dan wawasan penulis dalam bidang kesehatan masyarakat.
3. Bagi Puskesmas
Diharapkan memberikan manfaat sebagai sumbangan pemikiran dan bahan masukan terhadap peningkatan program KIA dan ANC.

Baca selengkapnya - Karakteristik ibu hamil dengan hiperemisis gravidarum di wilayah kerja puskesmas

Karakteristik ibu hamil dengan anemia di puskesmas

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan di lakukan dengan prioritas pada upaya peningkatan kesehatan masyarakat dan keluarga melalui peningkatan kualitas pelayanan kesehatan. Derajat kesehatan masyarakat dan keluarga antara lain di tentukan oleh derajat kesehatan ibu dan anak sebagai salah satu kelompok penduduk yang rawan dan strategis. Oleh karena itu perlu di upayakan penurunan tingkat kematian ibu maternal dan angka kematian bayi secara bermakna. Karena angka kematian ibu maternal dan angka kematian bayi merupakan indikator penilaian derajat kesehatan masyarakat (Depkes RI, 1992).
Kemampuan untuk memberikan pelayanan obstetri yang bermutu dan menyeluruh di dasarkan atas tinggi rendahnya kematian ibu dan kematian perinatal dari satu negara (Manuaba, 2001). Angka kematian ibu (AKI) sebagai salah satu indikator kesehatan ibu, dewasa ini di Indonesia masih tinggi bila di bandingkan dengan AKI di negara ASEAN lainnya. Menurut data dari Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002-2003, AKI di Indonesia adalah 307 per 100.000 kelahiran hidup. Sebagian besar penyebab kematian ibu secara langsung (Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga 2001) adalah komplikasi yang terjadi saat persalinan dan segera setelah bersalin. Penyebab tersebut di kenal dengan Trias Klasik yaitu perdarahan (28%), eklampsia (24%) dan infeksi (11%). Sedangkan penyebab tidak langsungnya antara lain adalah ibu hamil menderita Kurang Energi Kronis (KEK) 37%, anemia (Hb kurang dari 11 gr%) 40%. Kejadian anemia pada ibu hamil ini akan meningkatkan resiko terjadinya kematian ibu dibandingkan dengan ibu yang tidak anemia (Depkes RI, 2004).
Kejadian anemia pada ibu hamil berkisar antara 20% sampai 89% dengan menetapkan Hb 11 gr% sebagai dasarnya. Angka anemia kehamilan di Indonesia menunjukkan nilai yang cukup tinggi (Manuaba, 1998).
Jumlah kematian ibu maternal di Propinsi Lampung pada tahun 2005 sebanyak 145 kasus dari 165.347 kelahiran hidup. Penyebab terbesar kematian ibu adalah perdarahan sebesar 50,69%. Berdasarkan hasil survey anemia Dinas Kesehatan Propinsi Lampung tahun 2004 terhadap anemia pada ibu hamil terdapat 69,7% wanita hamil di Lampung menderita anemia akibat kekurangan zat besi ke dalam tubuh (Dinkes Prop. Lampung, 2005). Angka kematian ibu maternal di Kabupaten Lampung Timur pada tahun 2006 sebanyak 16 kasus. Penyebab kematian maternal tertinggi adalah perdarahan yang proporsinya mencapai 62,5% dari seluruh kasus kematian yang dicatat dan dilaporkan. Ibu hamil yang menderita anemia gizi besi di Kabupaten Lampung Timur sebanyak 72,3% (Dinkes Lampung Timur, 2007).
Berdasarkan hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada periode 2002-2003, tingkat kematian perinatal adalah 24 per 1000 kelahiran (Kadin, 2007). Berat Badan Lahir Rendah (kurang dair 2500 gram) merupakan salah satu faktor utama yang berpengaruh terhadap kematian perinatal dan neonatal. BBLR di bedakan dalam 2 kategori yaitu : BBLR karena prematur (usia kandungan kurang dari 37 minggu) atau BBLR cukup bulan tetapi berat badannya kurang. Di Negara berkembang banyak BBLR dengan IUGR karena ibu berstatus gizi buruk, anemia, malaria dan menderita Penyakit Menular Seksual (PMS) sebelum konsepsi atau pada saat hamil (Depkes RI, 2003). Angka kematian neonatal di Kabupaten Lampung Timur tahun 2006 yang dicatat dan dilaporkan sebanyak 81 kasus, penyebab kematian tertinggi adalah BBLR sebesar 32 kasus (39,5%). BBLR di Kabupaten Lampung Timur tahun 2006 sebanyak 56 kasus, 57,14% diantaranya meninggal dunia. Di Puskesmas Batanghari terdapat 8 kasus bayi lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram (BBLR) (Dinkes Lampung Timur, 2007).
Anemia kehamilan di sebut “Potential Danger to Mother and Child” (potensial membahayakan ibu dan anak), karena itulah anemia memerlukan perhatian serius dari semua pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan pada lini terdepan. Pengaruh anemia dalam kehamilan diantaranya adalah dapat menyebabkan BBLR dan perdarahan. Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat gizi, jenis anemia yang pengobatannya relatif mudah bahkan murah. Anemia pada kehamilan merupakan masalah Nasional karena mencerminkan nilai kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat dan pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia (Manuaba, 2001).
Pada pengamatan lebih lanjut menunjukkan bahwa kebanyakan anemia yang di derita masyarakat adalah karena kekurangan zat besi yang dapat di atasi melalui pemberian zat besi secara teratur dan peningkatan gizi. Selain itu di daerah pedesaan banyak dijumpai ibu hamil dengan malnutrisi atau kekurangan gizi, ibu hamil dengan pendidikan dan tingkat sosial ekonomi rendah (Manuaba, 2001). Di Kabupaten Lampung Timur besarnya angkatan kerja di sektor tanaman pangan dipengaruhi oleh angkatan kerja dengan pendidikan yang rendah yakni sebesar 68,8% (tidak tamat dan tamat SD), hal ini berpengaruh terhadap tingkat sosial ekonomi masyarakat (Dinkes Lampung Timur, 2007).
Masalah gizi adalah masalah Nasional masing-masing negara, berkaitan dengan nilai dan jumlah gizi masyarakat dalam ukuran minimal untuk kebutuhan kalori dan bahan esensial kesehatannya. Anemia gizi besi mencerminkan kemampuan sosial ekonomi masyarakat untuk dapat memenuhi kebutuhannya dalam jumlah dan kualitas gizi (Manuaba, 2001). Ibu hamil yang mengidap anemia perlu di tangani segera dengan asupan nutrisi yang baik sesuai kebutuhan antara lain makanan yang mengandung zat besi dan protein yang cukup, sayuran berwarna hijau yang mengandung vitamin dan mineral (Paath, 2004).
Berdasarkan hasil dari pra survey yang dilakukan Penulis di Puskesmas Batanghari pada bulan Januari-Maret 2007 dari 14 orang ibu hamil yang dilakukan pemeriksaan Hb di dapatkan 11 orang ibu hamil menderita anemia (78,57%). Hal ini menunjukkan angka kejadian anemia pada ibu hamil di Puskesmas Batanghari masih tinggi. Berdasarkan uraian masalah diatas Penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang karakteristik ibu hamil dengan anemia.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut : “Bagaimana karakteristik ibu hamil dengan anemia di Puskesmas Batanghari Tahun 2007?”

C. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Jenis penelitian : Deskriptif
2. Subjek penelitian : Karakteristik ibu hamil dengan anemia
3. Objek penelitian : Ibu hamil dengan anemia yang memeriksakan kehamilannya di Puskesmas Batanghari
4. Lokasi penelitian : Puskesmas Batanghari
5. Waktu penelitian : 7,11,14 Juni 2007

D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini untuk mengetahui karakteristik ibu hamil dengan anemia di Puskesmas Batanghari tahun 2007.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya karakteristik ibu hamil dengan anemia dilihat dari tingkat pendidikan.
b. Diketahuinya karakteristik ibu hamil dengan anemia dilihat dari tingkat ekonomi.
c. Diketahuinya karakteristik ibu hamil dengan anemia dilihat dari pola konsumsi.
E. Manfaat Penulisan
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :
1. Tenaga Kesehatan di Puskesmas Batanghari
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi bidan atau tenaga kesehatan sebagai bahan KIE sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan tersebut berkaitan dengan karakteristik ibu hamil dengan anemia.
2. Instansi Pendidikan
Sebagai sumber bahan bacaan dan referensi bagi perpustakaan di instansi pendidikan, terutama yang terkait dengan karakteristik ibu hamil dengan anemia.
3. Peneliti Lain
Sebagai bahan yang dapat dijadikan perbandingan dan pertimbangan untuk melakukan penelitian-penelitian ditempat lain.
4. Peneliti
Menambah wawasan dan pengetahuan tentang faktor karakteristik ibu hamil dengan anemia serta sebagai penerapan ilmu yang telah didapat selama studi.

Baca selengkapnya - Karakteristik ibu hamil dengan anemia di puskesmas

Karakteristik Ibu Hamil dengan Pre-Eklamsi di Rumah Sakit Umum

KTI KEBIDANAN
KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN PRE-EKLAMSI
DI RUMAH SAKIT UMUM

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam pelayanan obstetri, selain angka kematian maternal terdapat angka kematian perinatal yang dapat digunakan sebagai parameter keberhasilan pelayanan. Namun, keberhasilan menurunkan angka kematian maternal di negara-negara maju saat ini menganggap angka kematian perinatal merupakan parameter yang lebih baik dan lebih peka untuk menilai kualitas pelayanan kebidanan. Hal ini mengingat kesehatan dan keselamatan janin dalam rahim sangat tergantung pada keadaan serta kesempurnaan bekerjanya sistem dalam tubuh ibu, yang mempunyai fungsi untuk menumbuhkan hasil konsepsi dari mudigah menjadi janin cukup bulan. Salah satu penyebab kematian perinatal adalah preeklamsia dan eklamsia (www.tempo.co.id/ medika/arsip.2009).
Frekuensi pre-eklamsia untuk tiap negara berbeda-beda karena banyak faktor yang mempengaruhinya; jumlah primagravida, keadaan sosial-ekonomi, perbedaan kriterium dalam penentuan diagnosis, dan lain-lain. Dalam kepustakaan frekuensi dilaporkan berkisar antara 3-10%. Pada primigravida frekuensi pre-eklamsia lebih tinggi bila dibandingkan dengan multigravida muda. Diabetes mellitus, mola hidatidosa, kehamilan ganda, hidrops fetalis, umur lebih dari 35 tahun, dan obesitas merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya pre-eklamsia (Wiknjosastro, 1999).
Di Indonesia, preeklamsia-eklamsia masih merupakan salah satu penyebab kematian ibu berkisar 1,5% sampai 25%, sedangkan kematian bayi antara 45% sampai 50% (Manuaba, 1998). Oleh karena itu, diagnosa dini preeklampsia yang merupakan tingkat pendahuluan eklampsia serta penanganannya, perlu segera dilaksanakan untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak yang mana angka kematian ibu di Indonesia menurut survey demografi dan kesehatan (SDKI) 2002/2003 mencapai 307/100.000. Perlu ditekankan bahwa sindroma preeklampsia ringan dengan hipertensi, edema, dan proteinuri sering tidak diketahui atau tidak diperhatikan oleh wanita yang bersangkutan. Tanpa disadari, dalam waktu singkat dapat timbul preeklampsia berat, bahkan eklampsia. Dengan pengetahuan ini, menjadi jelas bahwa pemeriksaan antenatal yang teratur dan secara rutin mencari tanda-tanda preeklampsia, sangat penting dalam usaha pencegahan preeklampsia berat dan eklampsia, di samping pengendalian terhadap faktor-faktor predisposisi yang lain (www.tempo.co.id/ medika/arsip.2009).
Zuspan F.P. (1978) dan Arulkumaran A. (1995) melaporkan angka kejadian preeklamsia di dunia sebesar 0-13%, di Singapura 0,13-6,6%, sedangkan di Indonesia 3,4-8,5%. Dari penelitian Soejoenoes di 12 RS rujukan pada 1980 dengan jumlah sampel 19.506, didapatkan kasus preeklamsia 4,78%, kasus eklamsia 0,51%, dan AKP (Angka Kematian Perinatatal 10,88 perseribu. Penelitian yang dilakukan oleh Soejoenoes pada 1983 di 12 RS Pendidikan di Indonesia, didapatkan kejadian preeklamsia-eklamsia 5,30% dengan kematian perinatal 10,83 perseribu (4,9 kali lebih besar dibandingkan dengan kehamilan normal). Pada preeklamsia-eklamsia juga didapatkan risiko persalinan prematur 2,67 kali lebih besar, persalinan buatan 4,39 kali lebih banyak, dan mempunyai kecenderungan lebih tinggi untuk mendapatkan bayi dengan berat badan lahir rendah. Salah satu upaya untuk menurunkan AKP akibat preeklamsia-eklamsia adalah dengan menurunkan angka kejadian preeklamsia-eklamsia. Angka kejadian dapat diturunkan melalui upaya pencegahan, pengamatan dini, dan terapi. Upaya pencegahan kematian perinatal dapat diturunkan bila dapat diidentifikasi faktor-faktor yang mempunyai nilai prediksi. Penentuan faktor yang mempunyai nilai prediksi serta pemantauan janin sangat penting agar kehamilan kalau perlu dapat diakhiri pada saat optimal (www.tempo.co.id/ medika/arsip.2009).
Dari data yang penulis dapat di Ruang Kebidanan RSU .......... ....... pada tahun 2003 sampai dengan tahun 2009 jumlah ibu hamil dengan preeklamsia adalah seperti yang tertera pada Tabel 1 berikut:
Tabel 1. Jumlah Ibu dengan Preeklamsia di Ruang Kebidanan RSU .......... ....... Tahun 2003-2009.
No Bulan Jumlah/Tahun
2003 % 2004 % 2009 %
1 Januari 8 21 8 15 5 7,5
2 Februari 2 5,3 4 7,7 2 3
3 Maret 4 11 1 1,9 4 6
4 April 3 7,9 2 3,8 7 10
5 Mei 2 5,3 2 3,8 2 3
6 Juni 3 7,9 4 7,7 4 6
7 Juli 2 5,3 4 7,7 11 16
8 Agustus 5 13 2 3,8 7 10
9 September 1 2,6 7 13 8 12
10 Oktober 4 11 4 7,7 4 6
11 November 1 2,6 5 9,6 8 12
12 Desember 3 7,9 9 17 5 7,5
Jumlah 38 100 52 100 67 100
Sumber data: RSU. A Yani ....... 2009.
Dari Tabel 1 di atas dapat dilihat bahwa jumlah ibu hamil dengan pre-eklamsia di RSU .......... pada tahun 2003 sampai dengan 2009 mengalami peningkatan. Pada tahun 2003 terdapat 38, tahun 2004 52, dan tahun 2009 67. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti karakteristik ibu hamil dengan pre-eklamsi di RSU .......... ....... khususnya yang terjadi pada tahun 2009. Karakteristik ibu hamil dengan preeklamsia yang dimaksud dalam penelitian ini adalah 1) umur, 2) paritas, 3) pendidikan, dan 4) pekerjaan, 5) ekonomi.

1.2 Identifikasi Masalah
Dari latar belakang di atas, maka penulis mengidentifikasi masalah yang ada yaitu masih tingginya angka kejadian pre-eklamsia pada ibu hamil di RSU .......... ........

1.3 Rumusan Masalah dan Permasalahan
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini yaitu bagaimana karakteristik ibu hamil dengan pre-eklamsia di RSU .......... ....... pada tahun 2009?

1.4 Pertanyaan Penelitian
Bagaimanakah karakteristik ibu hamil dengan pre-eklamsi berdasarkan umur, paritas, pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan (ekonomi).

1.5 Tujuan Penelitian
1.5.1 Tujuan Umum
Mengetahui karakteristik ibu hamil dengan pre-eklamsia di RSU .......... ....... pada tahun 2009
1.5.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui karakteristik ibu hamil dengan pre-eklamsia berdasarkan umur di RSU .......... ....... pada tahun 2009
2. Mengetahui karakteristik ibu hamil dengan pre-eklamsia berdasarkan paritas di RSU .......... ....... pada tahun 2009
3. Mengetahui karakteristik ibu hamil dengan pre-eklamsia berdasarkan pendidikan di RSU .......... ....... pada tahun 2009
4. Mengetahui karakteristik ibu hamil dengan pre-eklamsia berdasarkan pekerjaan di RSU .......... ....... pada tahun 2009
5. Mengetahui karakteristik ibu hamil dengan pre-eklamsia berdasarkan penghasilan di RSU .......... ....... pada tahun 2009

1.6 Manfaat Penelitian
1.6.1 Bagi Pihak Institusi Pendidikan
Sebagai bahan tambahan informasi ilmiah mengenai karakteristik ibu hamil dengan pre-eklamsia.
1.6.2 Bagi Masyarakat
Manfaat penelitian bagi masyarakat khususnya ibu hamil, yaitu untuk memberikan informasi tentang pre-eklamsia, sehingga masyarakat dapat memahami dan mengerti karakteristik ibu hamil dengan pre-eklamsia.
1.6.3 Bagi Peneliti Lainnya
Dapat menjadi bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian-penelitian di tempat lain.
1.6.4 Bagi Peneliti
Sebagai penerapan mata kuliah Metodologi Penelitian dan menambah pengalaman dalam penulisan KTI, serta sebagai masukan pengetahuan tentang karakteristik ibu hamil dengan pre-eklamsia.

1.7 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif, subjek penelitiannya yaitu karakteristik ibu hamil dengan pre-eklamsia. Sedangkan objek penelitiannya adalah ibu hamil dengan pre-eklamsia di ruang kebidanan RSU .......... ....... pada tahun 2009.

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN PRE-EKLAMSI DI RUMAH SAKIT UMUM
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran)
Baca selengkapnya - Karakteristik Ibu Hamil dengan Pre-Eklamsi di Rumah Sakit Umum

Karakteristik Akseptor KB Suntik di Desa Wilayah Kerja Puskesmas

KTI KEBIDANAN
KARAKTERISTIK AKSEPTOR KB SUNTIK DI DESA
WILAYAH KERJA PUSKESMAS


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Laju kepadatan penduduk Indonesia 216 juta jiwa, dengan tingkat kepadatan pada tahun 2004 diperkirakan 112 jiwa per km2. Jumlah penduduk Propinsi ......... tahun 2004, dengan perhitungan proyeksi menggunakan data dasar berdasarkan SP 2000 tercatat sebesar 6.915.950 jiwa, yang terdiri dari 3.563.310 jiwa penduduk laki-laki dan 3.352.640 jiwa penduduk perempuan. Sejak tahun 1971 atau sekitar 30 tahun terakhir, jumlah penduduk ......... telah meningkat hampir 300%, yaitu sebesar 2,78 juta jiwa pada tahun 1971 menjadi 6,71 juta jiwa pada tahun 2002. Namun demikian jika mengalami penurunan hampir lima kali lipat dari 5,77% (1971-1980) menjadi penduduk 1,04% (1995-1999). Kondisi ini merefleksikan bahwa upaya pengendalian penduduk telah berjalan selaras dengan upaya peningkatan kesejahteraan, termasuk faktor kesehatan penduduknya. Angka pertumbuhan penduduk Propinsi ......... tahun 2004 sekitar 31,57% (Profil Dinas Kesehatan Propinsi ........., 2004).
Salah satu cara untuk menekan laju pertumbuhan penduduk adalah melalui program Keluarga Berencana (KB). Keluarga Berencana (KB) adalah salah satu usaha untuk mencapai kesejahteraan keluarga dalam memberikan nasehat perkawinan, pengobatan kemandulan dan penjarangan kehamilan, pembinaan ketahanan keluarga, meningkatkan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, serta untuk mewujudkan keluarga kecil yang bahagia sejahtera (Depkes RI, 1997).
Keluarga kecil yang bahagia dicanangkan dengan adanya program KB pada awal 1970, tercatat angka kelahiran atau Total Fertility Rate (TFR) turun dari 5,61 per Pasangan Usia Subur (PUS) pada tahun 1971 menjadi 2,78 per PUS pada tahun 1997. Demikian juga dengan jumlah peserta KB meningkat terus dari 53.000 pada awal program hingga 27 juta akseptor pada awal tahun 2000. Keberhasilan program KB di Indonesia tidak bisa lepas dari peran dan partisipasi perempuan dan ibu rumah tangga. Namun sangat disayangkan ketika melihat angka partisipasi pria, jumlahnya sangat minim (BKKBN, 2003).
Adanya program KB diharapkan ada keikutsertaan dari seluruh pihak dalam mewujudkan keberhasilan KB di Indonesia. Program KB yang didasarkan pada Undang-undang Nomor 10 tahun 1992 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga kecil sejahtera yang serasi dan selaras dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan. Kebijakan operasional dikembangkan berdasarkan empat misi gerakan KB Nasional yaitu pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga dan peningkatan kesejahteran keluarga, yang selanjutnya secara garis besar dapat diklasifikasi menjadi pelayanan kesehatan reproduksi, pemberdayaan ekonomi keluarga dan ketahanan keluarga gerakan KB Nasional (Depkes RI, 1999).
Ada beberapa hal yang dapat mendukung terwujudnya gerakan KB nasional. Pada tahun 2003 adalah bahwa lebih dari 198.012 orang wanita (67,53%) berstatus menikah pernah menggunakan salah satu alat kontrasepsi dan sekitar 1.782.108 orang
wanita (51,66%) berstatus menikah sedang menjadi peserta KB aktif (Badan Pusat Statistik, 2003). Dalam pelaksanaannya, program KB nasional digunakan untuk menunda kehamilan, menjarangkan kehamilan dan menghentikan kehamilan atau kesuburan. Salah satu alat kontrasepsi yang efektif bisa menunda atau menjarangkan kehamilan adalah dengan menggunakan Suntik KB (Hartanto, 2003).
Penggunaan alat kontrasepsi merupakan salah satu tolak ukur keberhasilan program KB. Menurut data Susenas (2001) yang menyatakan bahwa pada tahun 2001 persentase peserta KB aktif, yaitu pasangan usia 15-49 tahun yang berstatus kawin dan sedang menggunakan/memakai salah satu alat kontrasepsi adalah 52,54%. Di wilayah perkotaan prosentase mereka yang menggunakan alat-alat kontrasepsi (54,6%) sedikit lebih tinggi daripada di pedesaan (51,0%). Dari mereka yang sedang menggunakan/memakai alat kontrasepsi, sebagian besar (47,36%) menggunakan alat/cara KB suntik, (25,99%) menggunakan pil KB, (11,31%) menggunakan AKDR/IUD, dan sisanya (15,34%) menggunakan alat/cara KB MOW, MOP, susuk,
kondom dan lainnya (Depkes RI, 2002). Rincian persentase yang digunakan diperkotaan dan pedesaan dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 1.1 Persentase Pasangan Usia Subur yang sedang Ber-KB (Peserta KB Aktif) Menurut Alat Kontrasepsi di Indonesia Tahun 2001)
Alat/Cara KB Perkotaan Pedesaan Perkotaan + Pedesaan
Suntik 47,86 46,98 47,36
Pil KB 25,23 26,57 25,99
AKDR/IUD 14,11 9,14 11,31
Susuk KB 4,90 11,92 8,86
MOW 4,66 3,24 3,86
MOP 0,80 0,65 0,72
Kondom 0,67 0,18 0,39
Alat/Cara Tradisional 1,57 1,27 1,40
Lainnya 0,20 0,06 0,12
Sumber : Susenas 2001 dalam Depkes RI, 2002.
Berdasarkan data pra-survey yang penulis lakukan pada bulan Januari tahun 2009 di desa .......... Wilayah Kerja Puskesmas ................. terdapat 195 akseptor KB suntik (47,57%), KB pil 139 akseptor (33,90%), Implant 26 akseptor (6,34%), IUD 37 akseptor (9,02%), MOW 9 akseptor (2,19%), MOP 3 akseptor (0,73%), kondom 1 akseptor (0,25%). Dari beberapa jenis KB yang ada, KB suntik merupakan alat kontrasepsi dengan persentase paling tinggi diantara kontrasepsi lainnya.
Dari uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk meneliti mengenai karakteristik akseptor KB suntik di desa .......... Wilayah Kerja Puskesmas ................. berdasarkan usia, pengetahuan, pendidikan dan tingkat ekonomi.

1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1.2.1 Tingginya angka peningkatan jumlah penduduk di Propinsi ......... pada tahun 2004
1.2.2 Perlu mengurangi tekanan laju pertumbuhan penduduk
1.2.3 Adanya hal yang mendukung terwujudnya gerakan KB nasional
1.2.4 Banyaknya jumlah pemakai alat kontrasepsi di perkotaan dibandingkan di pedesaan
1.2.5 Di desa .........., prosentase akseptor KB suntik lebih tinggi daripada akseptor kontrasepsi lainnya

1.3 Rumusan Masalah
Dari identifikasi masalah di atas, maka penulis membuat rumusan masalah penelitian sebagai berikut: "Bagaimana karakteristik akseptor KB Suntik di Desa .......... Wilayah Kerja Puskesmas ................. Kecamatan ................. Tahun 2009?"

1.4 Pertanyaan Penelitian
1.4.1 Bagaimana karakteristik usia akseptor KB Suntik di Desa .......... Wilayah Kerja Puskesmas ................. Kecamatan ................. Tahun 2009 ?
1.4.2 Bagaimana karakteristik tingkat pengetahuan akseptor KB Suntik di Desa .......... Wilayah Kerja Puskesmas ................. Kecamatan ................. Tahun 2009?
1.4.3 Bagaimana karakteristik tingkat pendidikan akseptor KB Suntik di Desa .......... Wilayah Kerja Puskesmas ................. Kecamatan ................. Tahun 2009?
1.4.4 Bagaimana karakteristik tingkat ekonomi akseptor KB Suntik di Desa .......... Wilayah Kerja Puskesmas ................. Kecamatan ................. Tahun 2009?

1.5 Tujuan Penelitian
1.5.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran karakteristik akseptor KB Suntik di Desa .......... Wilayah Kerja Puskesmas ................. Kecamatan ................. Tahun 2009.
1.5.2 Tujuan Khusus
1.5.2.1 Untuk mengetahui karakteristik usia akseptor KB Suntik di Desa .......... Wilayah Kerja Puskesmas ................. Kecamatan ................. Tahun 2009.
1.5.2.2 Untuk mengetahui karakteristik tingkat pengetahuan akseptor KB Suntik di Desa .......... Wilayah Kerja Puskesmas ................. Kecamatan ................. Tahun 2009.
1.5.2.3 Untuk mengetahui karakteristik tingkat pendidikan akseptor KB Suntik di desa .......... Wilayah Kerja Puskesmas ................. Kecamatan ................. Tahun 2009.
1.5.2.4 Untuk mengetahui karakteristik tingkat ekonomi akseptor KB Suntik di Desa .......... Wilayah Kerja Puskesmas ................. Kecamatan ................. Tahun 2009.

1.6 Manfaat Penelitian
1.6.1 Bagi Akseptor KB suntik
Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan para akseptor tentang KB suntik.
1.6.2 Bagi Bidan
Diharapkan dapat menambah wawasan dan dapat meningkatkan mutu pelayanan.
1.6.3 Bagi Puskesmas
Sebagai sumbangan pemikiran dan sebagai bahan evaluasi bagi peningkatan upaya program KB.
1.6.4 Bagi Akademi Kebidanan
Sebagai sumber referensi, sumber bahan bacaan, dan bahan pengajaran terutama yang berkaitan dengan karakteristik akseptor KB suntik.
1.6.5 Bagi Peneliti
Dapat menambah pengetahuan dan wawasan dalam bidang penelitian serta sebagai penerapan ilmu yang telah didapat selama studi.

1.7 Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis memberi ruang lingkup sebagai berikut:
1.7.1 Jenis Penelitian : penelitian deskriptif
1.7.2 Objek Penelitian : karakteristik akseptor KB suntik
1.7.3 Subjek Penelitian : akseptor KB suntik di desa ..........
1.7.4 Lokasi Penelitian : desa .......... kecamatan ................. .........
Selatan
1.7.5 Waktu Penelitian : bulan Januari sampai dengan Juni 2009
1.7.6 Alasan Penelitian : di desa .........., persentase akseptor KB suntik lebih tinggi daripada akseptor kontrasepsi lainnya sejumlah 195 orang akseptor (47,57%). Karena hal tersebut maka penulis ingin meneliti mengenai karakteristik akseptor KB suntik di Desa .......... berdasarkan tingkat usia, pengetahuan, pendidikan, dan ekonomi.

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
KARAKTERISTIK AKSEPTOR KB SUNTIK DI DESA WILAYAH KERJA PUSKESMAS
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran)
Baca selengkapnya - Karakteristik Akseptor KB Suntik di Desa Wilayah Kerja Puskesmas

Karakteristik Akseptor KB Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) Di Wilayah Kerja Puskesmas

KTI KEBIDANAN
KARAKTERISTIK AKSEPTOR KB ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM
(AKDR) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia sebagai salah satu negara berkembang tidak luput dari masalah kependudukan. Indonesia menghadapi masalah dengan jumlah dan kualitas sumber daya manusia dengan kelahiran 5.000.000 pertahun (Manuaba, 1998). Pada tahun 2005 jumlah penduduk dunia sebesar 6.500.000.000 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk 1,7%, sedangkan jumlah penduduk Indonesia pada tahun yang sama sebesar 241.973.879 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk 1,66%. Oleh karena itu pemerintah terus berupaya untuk menekan laju pertumbuhan penduduk. Pemerintah merencanakan progam Keluarga Berencana Nasional untuk mengatasi masalah tersebut yang merupakan bagian dari Pembangunan Nasional (www.laju pertumbuhan penduduk.go.id,2005).
Hartanto (2003), mengemukakan bahwa Keluarga Berencana (KB) merupakan suatu cara yang efektif untuk mencegah mortalitas ibu dan anak karena dapat menolong pasangan suami isteri menghindari kehamilan resiko tinggi. KB tidak dapat menjamin kesehatan ibu dan anak, tetapi dengan melindungi keluarga terhadap kehamilan resiko tinggi, KB dapat menyelamatkan jiwa dan mengurangi angka kesakitan.
Searah dengan GBHN 1999 yang dijabarkan dalam Propenas (2000) program KB nasional telah menunjukkan perkembangan. Pada tahun 2000-2003 angka TFR (Total Fertiliti Rate) adalah 2,7 sedangkan pada tahun 1997 angka TFR adalah 2,91, hal ini menunjukkan penurunan 0,21 point. Menurunnya angka fertilitas tersebut didorong antara lain oleh meningkatnya pendidikan wanita, penundaan usia perkawinan dan usia melahirkan, serta bertambah panjangnya jarak antara kelahiran anak.
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) adalah salah satu alat kontrasepsi jangka panjang yang sangat efektif untuk menjarangkan kelahiran anak. Banyak alasan dapat dikemukakan mengapa AKDR dikembangkan dan diperkenalkan sebagai cara KB yang efektif antara lain AKDR sebagai kontrasepsi yang mempunyai efektifitas tinggi dalam mencegah kehamilan, AKDR merupakan metode kontrasepsi jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak perlu diganti) dan AKDR diutamakan bagi peserta yang sudah cukup anak serta tidak ingin mempunyai anak lagi tetapi belum siap menjalankan kontap.
AKDR bukanlah alat kontrasepsi yang sempurna, sehingga masih terdapat beberapa kerugian yang menimbulkan keluhan pada akseptor AKDR. Salah satu keluhan yang sering timbul dari akseptor AKDR adalah tali AKDR yang dapat mengganggu hubungan seksual (Manuaba, 1998). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Brigida (2004), yang mengatakan bahwa terdapat akseptor AKDR yang mengalami keluhan saat melakukan hubungan seksual sebanyak 69,2%.
Berdasarkan data Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Propinsi .......... tahun 2005, jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) di Propinsi .......... tercatat sebesar 1.344.747 orang dan yang menjadi peserta KB aktif sebesar 937.841 orang (70,6%). Dari peserta KB aktif tersebut yang menggunakan AKDR sebanyak 124.834 orang (9,42%). Pada tahun yang sama jumlah PUS di Kota ....... tercatat sebesar 24.279 orang yang terdiri dari 17.685 orang (72,84%) peserta KB aktif dan 6.594 orang (27,15%) yang tidak mengikuti KB. Dari peserta KB aktif tersebut yang menggunakan AKDR sebanyak 2.589 orang (14,63%).
Sesuai dengan studi pendahuluan yang diperoleh dari BKKBN Kota ......., mengenai KB AKDR di Kecamatan ....... Utara dari bulan Januari sampai dengan bulan Desember tahun 2005 yang tertuang dalam data-data tabel di bawah ini.
Tabel 1. Data Akseptor KB di Kecamatan ....... Utara Tahun 2005.
No Jenis Non MKJP MKJP
Jumlah % Jumlah %
1. Pil 1.325 37.40
2. Suntik 1.116 31.50
3. AKDR 381 10,76
4. MOW 127 3,58
5. MOP 18 0,50
6. Implant 575 16,23
Jumlah 2.441 68,90 1.101 31,07
Sumber : Laporan Bulanan BKKBN Kota ....... Tahun 2005
Dilihat dari data diatas, pemakai KB AKDR di Wilayah Kerja Puskesmas ............ Kecamatan ....... Utara hanya menempati urutan ke 4 yaitu 10,76%, sedangkan menurut Hartanto (2003), AKDR sangat baik digunakan oleh Pasangan Usia Subur untuk menunda kehamilan dan menjarangkan kehamilan. Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Karakteristik Akseptor KB AKDR di Wilayah Kerja Puskesmas ............ Kecamatan ....... Utara Tahun 2009”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana karakteristik akseptor KB AKDR di Wilayah Kerja Puskesmas ............ Kecamatan ....... Utara Tahun 2009”.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahuinya gambaran tentang karakteristik akseptor KB AKDR di Wilayah Kerja Puskesmas ............ Kecamatan ....... Utara.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya gambaran karakteristik akseptor KB AKDR berdasarkan usia.
b. Diketahuinya gambaran karakteristik akseptor KB AKDR berdasarkan paritas.
c. Diketahuinya gambaran karakteristik akseptor KB AKDR berdasarkan tingkat pendidikan.
d. Diketahuinya gambaran karakteristik akseptor KB AKDR berdasarkan pekerjaan.

D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah :
1. Jenis Penelitian : Deskriptif
2. Subjek Penelitian : Akseptor KB AKDR di Wilayah Kerja Puskesmas ............ Kecamatan ....... Utara.
3. Objek Penelitian : Karakteristik Akseptor KB AKDR yang meliputi usia, paritas, tingkat pendidikan dan pekerjaan di Wilayah Kerja Puskesmas ............ Kecamatan ....... Utara.
4. Lokasi Penelitian : Wilayah Kerja Puskesmas ............ Kecamatan ....... Utara.
5. Waktu Penelitian : 08 Mei 2009 – 13 Mei 2009

E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Puskesmas
Sebagai sumbangan pemikiran dalam upaya untuk evaluasi dan pengembangan program KB khususnya wilayah kerja puskesmas ............ Kecamatan ....... Utara.
2. Bagi Akseptor KB
Sebagai informasi atau tambahan pengetahuan tentang KB khususnya metode AKDR sehingga ibu dapat memilih jenis kontrasepsi yang aman untuk digunakan.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebagai bahan pertimbangan dan referensi penelitian berikutnya terutama mengenai keluarga berencana yang meliputi efek samping, keuntungan, kerugian pemakaian AKDR dan sebagainya, serta memberikan gambaran untuk penelitian selanjutnya yang terkait dengan karakteristik akseptor KB AKDR yang meliputi usia, paritas, pendidikan dan pekerjaan.

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
KARAKTERISTIK AKSEPTOR KB ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran)
Baca selengkapnya - Karakteristik Akseptor KB Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) Di Wilayah Kerja Puskesmas

KOTAK PENCARIAN:

ARTIKEL YANG BERHUBUNGAN:

=====
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...