Materi Kesehatan: Diet Diabetes Mellitus

Diet Diabetes Mellitus
TUJUAN DIET DIABETES MELLITUS
Menyesuaikan makanan dengan kesanggupan tubuh untuk menggunakannya sehingga membantu anda :

  • Menurunkan gula darah mendekati normal




  • Menurunkan gula dalam urine menjadi negatif




  • Mencapai berat badan normal




  • Dapat melakukan pekerjaan sehari-hari seperti biasa.




  • KETENTUAN DIET DIABETES MELITUS


  • Penggunaan Hidrat arang dibatasi sesuai dengan kesanggupan tubuh.




  • Jumlah makanan sehari dan pembagiannya perlu diatur dengan baik.





  • MAKANAN YANG BANYAK MENGANDUNG HIDRAT ARANG

  • Sumber Hidrat Arang Komplex : nasi, ketan, lontong, jagung, roti, ubi, singkong, talas, sagu, bihun, mie, dan makanan dari tepung.




  • Gula murni dan makanan yang di olah dengan menggunakan gula murn, seperti : gula pasir, gula jawa, madu, sirop, limun, dodol, coklat, coca-cola, susu kental manis, es cream, kue-kue manis, tarcis, buah dalam kaleng dsb.





  • PENGATURAN DIET YANG BAIK
    1. Ikuti diet yang telah ditentukan dokter. Makan dengan teratur sesuai dengan jumlah dan pembagian makanan yang dirancang oleh ahli gizi bersama anda.
    2. Gunakan daftar penukar bahan makanan untuk mempermudah penyusun hidangan.
    3. Makanlah banyak sayur dan cukup buah
      • Sayur kelompok A boleh dimakan bebas dan sayuran B boleh dimakan dengan ketentuan.
      • Semua macam buah boleh dimakan sesuai dengan jumlah yang ditentukan kecuali; durian, alpokat, nangka, mangga, pisang raja, sawo, sirsak, kelengkeng, pisang mas.

    CARA MEMASAK YANG DIANJURKAN
    1. Sebelum dimakan, makanan harus ditimbang dalam bentuk matang. Seperti : beras, kentang, ikan, daging dan sayuran golongan B.
    2. Bila penyakit sudah terkontrol, anda dapat makan dari menu keluarga asal jumlah makanan ditakal sesuai ketentuan.
    3. Cara memasak dapat dilakukan seperti anggota keluarga lain.
    4. Jika ingin makan manis dapat menggunakan SAKARIN sebagai pengganti gula, dengan ketentuan : 1 gelas minuman dapat digunakan 2 tablet sakarin atau 1/4 s/d sakarin kristal.

    CONTOH MENU
    • Pagi

      • roti
      • telur rebus
      • lalap tomat dan slada
    • Jam 10.00

      • pepaya
    • Siang

      • nasi
      • daging bumbu mrica
      • tempe bacem
      • acar bening wortel
      • pisang
    • Jam 16.00

      • nanas
    • Malam

      • nasi
      • ikan goreng saos tomat
      • tahu bakso
      • sla ketimun & sup bayam
      • pepaya
    Baca selengkapnya - Materi Kesehatan: Diet Diabetes Mellitus

    Materi Kesehatan: Diet Rendah Trigliserida

    Diet Rendah Trigliserida

    Apakah Trigliserida ?

    Trigliserida bukan kolesterol
    Trigliserida adalah salah satu jenis lemak yang terdapat dalam darah dan berbagai organ tubuh.
    Beberapa hal yang dapat meningkatkan kadar trigliserida dalam darah antara lain :
    - Kelebihan berat badan lebih dari 20 % atau kegemukan.
    - Kurang aktivitas fisik
    - Merokok
    - Mengkonsumsi alkohol yang berlebihan
    - Asupan karbohidrat sederhana berlebihan
    - Beberapa penyakit seperti diabetes mellitus, penyakit ginjal dll.
    - Beberapa jenis obat-obatan
    - Faktor krturunan / genetik.


    Tujuan Diet
    • Menurunkan berat badan bila penderita terlalu gemuk dan mempertahankannya pada batas normal.
    • Menurunkan kadar trigliserida dalam darah dan mempertahankannya pada batas normal.
    Syarat Diet
    1. Energi sesuai kebutuhan
    2. Protein cukup
    3. Lemak sedang <>
    4. Karbohidrat sedang
    5. Serat tinggi, terutama serat larut air yang terdapat dalam apel, beras tumbuk atau beras merah havermut dan kacang-kacangan
    6. Vitamin dan mineral cukup.
    BAGAIMAN CARA MEMILIH BAHAN MAKANAN
    1. Bahan Makanan yang Dihindari :
      • Sumber Hidrat Arang : kue dan roti-rotian seperti biscuit, krekers, pie, cake, dll.
      • Sumber Protein Hewani : daging kambing, daging babi, jeroan, otak, sosis, sardine, kuning telur (3 butir / minggu), susu whole, susu kental manis, krim, susu penuh, keju dan es krim.
      • Buah : yang di awetkan dengan gula seperti buah kering dan buah kaleng, alpukat, durian.
      • Sumber Lemak : minyak kelapa dan minyak kelapa sawit, mentega, margarine, kelapa, santan, krim, lemak babi.
    2. Bahan Makanan yang Dianjurkan :
      • Sumber Hidrat Arang : beras, macaroni, kentang, ubi singkong dalam batas normal.
      • Sumber Protein Hewani : ikan, unggas tanpa kulit, putih telur, susu skim.
      • Sumber Protein Nabati : tempe, tahu, dan kacang-kacangan.
      • Sayuran : semua sayuran segar, direbus, dikukus, disetup, ditumis minyak kedelai / minyak jagung.
      • Buah : semua buah segar dan dijus.
      • Sumber Lemak : minyak jagung, kedelai, kacang tanah, bunga matahari dan wijen. Margarine tanpa garam yang dibuat dari minyak jagung.
    CONTOH MENU SEHARI
    • Pagi :
      • nasi
      • ayam panggang
      • setup wortel, buncis

    • Pukul 10.00 :
      • Bubur kacang hijau

    • Siang :
      • nasi
      • ikan bumbu bali
      • pepes tahu
      • sayur asem
      • semangka

    • Pukul 16.00 :
      • Jus pepaya

    • Sore :
      • nasi
      • tim putih telur
      • tempe bumbu tomat
      • ca kangkung
    Baca selengkapnya - Materi Kesehatan: Diet Rendah Trigliserida

    Materi Kesehatan: Proses Asuhan Keperawatan

    PROSES ASUHAN KEPERAWATAN
    Proses asuhan keperawatan adalah proses yang terdiri dari 5 tahap :
    a. Pengkajian
    Pengkajian adalah pengumpulan data yang berhubungan dengan pasien secara lengkap dan sistematis yang dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi pasien, baik fisik, mental, sosial, maupun spiritual dapat ditentukan. Pengkajian mencakup data yang dikumpulkan melalui wawancara, pengumpulan riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, laboratorium dan diagnostik.
    b. Diagnosa keperawatan
    Diagnosa keperawatan adalah analisa data yang telah dikumpulkan untuk mengidentifikasi, memfokuskan dan mengatasi kebutuhan spesifik pasien serta respon terhadap masalah aktual dan risiko tinggi.
    Tipe Diagnosa Keperawatan NANDA ada 3 yaitu:
    1. Diagnosa keperawatan aktual adalah respon manusia saat ini terhadap kondisi kesehatan atau proses kehidupan yang didukung oleh sekelompok batasan karakteristik (tanda dan gejala) dan termasuk faktor yang berhubungan (etiologi) yang mempunyai konstribusi terhadap perkembangan atau pemeliharaan kesehatan.
    2. Diagnosa Keperawatan Resiko adalah menunjukkan respon manusia yang dapat timbul pada seseorang atau kelompok yang rentan dan ditunjang dengan faktor resiko yang memberi konstribusi pada peningkatan kerentanan.
    3. Diagnosa Keperawatan Kesejahteraan adalah menguraikan respon manusia terhadap tingkat kesehatan individu atau kelompok yang mempunyai potensi peningkatan derajat kesehatan yang tinggi.
    Komponen Pernyataan Diagnosa Keperawatan adalah:
    1. Problem (masalah atau kebutuhan) adalah nama atau label diagnosa yang diidentifikasi dari daftar NANDA.
    2. Faktor risiko / faktor yang berhubungan adalah penyebab atau alasan yang dicurigai dari respon yang telah diidentifikasi dari pengkajian.
    3. Definisi karakteristik (tanda dan gejala):
    4. manifestasiyang diidentifikasi dalam pengkajian yang menyokong diagnosa keperawatan.
    c. Perencanaan
    Ada dua proses perencanaan :
    Tujuan dan hasil yang diinginkan dari pasien untuk memperbaiki masalah kesehatan atau kebutuhan yang telah dikaji, hasil yang diharapkan harus spesifik, realistik, dapat diukur, menunjukkan kerangka waktu yang pasti.
    Tujuan keperawatan dibuat sesuai dengan masalah yang timbul.
    Tujuan dibagi nenjadi dua yaitu :
    Tujuan jangka panjang merupakan tujuan yang tidak dicapai sebelum pemulangan tetapi memerlukan perhatian yang terus menerus dari pasien dan/atau orang lain.
    Tujuan jangka pendek adalah tujuan yang biasanya harus dicapai sebelum pemulangan atau perpindahan ke tingkat perawatan yang kurang akut.
    Tujuan yang ditetapkan harus mengarah pada masalah, apakah mencegah, mengurangi atau menghilangkannya
    Intervensi keperawatan yang tepat untuk membantu pasien dalam mencapai hasil yang diharapkan.
    d. Implementasi
    Implementasi adalah adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Effendy, 1995).
    Pada saat akan dilaksanakan tindakan keperawatan, perawat melakukan kontrak dengan klien dengan menjelaskan apa yang akan dikerjakan serta peran serta klien yang diharapkan.
    e. Evaluasi
    Evaluasi adalah menentukan kemajuan pasien terhadap pencapaian hasil yang diharapkan dan respon pasien terhadap keefektifan intervensi keperawatan. Kemudian mengganti rencana perawatan jika diperlukan.
    Kelima tahapan tersebut adalah saling berhubungan dan tidak bisa dipisah-pisahkan. Tahap-tahap ini secara bersama-sama membentuk lingkaran pemikiran dan tindakan yang kontinyu.
    Baca selengkapnya - Materi Kesehatan: Proses Asuhan Keperawatan

    Materi Kesehatan: Rumus Perhitungan Dosis

    Rumus Perhitungan Dosis

    RUMUS PERHITUNGAN DOPAMIN
    Dopamin ;1 ampul = 10 cc, 1 ampul = 200 mg , 1 mg = 1000 mikrogram
    Rumus factor pengencer = 200.000 = 4000
    50cc
    Rumus : Dosis x BB x jam (menit ) = hasil
    4000
    Atau rumus langsung : Dosis x BB 60 x 50 = hasil
    200.000
    RUMUS PERHITUNGAN DOBUTAMIN
    Dobutamin ; 1 ampul = 5 cc , 1 ampul = 250 mg , 1 mg = 1000 mikrogram
    250 mg = 250.000 mikrogram
    rumus factor pengencer = 250.000 = 5000
    50cc
    Rumus : Dosis x BB x jam (menit ) = hasil
    5000
    Atau rumus langsung : Dosis x BB x 60 x 50 = hasil
    250.000
    Rumus diatas digunakan untuk pemberian dopamine dan dobutamin dengan menggunakan syringe pump.
    Rumus pemberian Dopamin dan Dobutamin dalam kolf / drip
    Rumus = 200.000 = 400
    500
    = Dosis x BB x jam ( menit )
    400
    = hasil sesuai makro drip / mikrodrip
    RUMUS PERHITUNGAN NITROCYNE
    1 ampul = 10 cc , 1 cc = 1 mg, 1 ampul = 10 mg
    Dosis yang digunakan dalam cc ( microgram ) jadi 1 ampul = 10.000 mikrogram
    Rumus : Dosis x 60 x pengencer = hasil
    10.000
    RUMUS PERHITUNGAN ISOKET
    1 ampul = 10 cc , 1 ampul = 10 mg , 1mg = 1cc
    Isoket atau Cedocard diberikan sesuai dosis yang diberikan oleh dokter.

    RUMUS PERHITUNGAN DARAH UNTUK TRANSFUSI
    Rumus : Hb normal – Hb pasien = hasil
    > hasil x BB x jenis darah
    Keterangan :
    Hb normal = Hb yang diharapkan atau Hb normal
    Hb pasien = Hb pasien saat ini
    Hasil = hasil pengurangan Hb normal dan Hb pasien
    Jenis darah = darah yang dibutuhkan
    = PRC dikalikan 3
    = WB dikalikan 6
    RUMUS PERHITUNGAN KOREKSI HIPOKALEMI PADA ANAK
    Koreksi cepat
    Yang dibutuhkan = ( jml K x BB x 0,4 ) + ( 2/6 x BB )
    Diberikan dalam waktu 4 jam
    Maintenance : 5 x BB x 2
    6
    Diberikan dalam 24 jam
    Keterangan :
    Jml K = nilai yang diharapkan ( 3,5 ) – nilai hasil kalian (x)
    Baca selengkapnya - Materi Kesehatan: Rumus Perhitungan Dosis

    Materi Kesehatan: Refleksiologi

    Refleksiologi

    1. Reflek kornea
      Dengan cara menyentuhkan kapas pada limbus, hasil positif bila mengedip (N IV & VII )
    2. Reflek faring
      Faring digores dengan spatel, reaksi positif bila ada reaksi muntahan ( N IX & X )
    3. Reflek Abdominal
      Menggoreskan dinidng perut dari lateral ke umbilicus, hasil negative pada orang
      tua, wanita multi para, obesitas, hasil positif bila terdapat reaksi otot.
    4. Reflek Kremaster
      Menggoreskan paha bagian dalam bawah, positif bila skrotum sisi yang sama
      naik / kontriksi ( L 1-2 )
    5. Reflek Anal
      Menggores kulit anal, positif bila ada kontraksi spincter ani ( S 3-4-5 )
    6. Reflek Bulbo Cavernosus
      Tekan gland penis tiba-tiba jari yang lain masukkan kedalam anus, positif bila
      kontraksi spincter ani (S3-4 / saraf spinal )
    7. Reflek Bisep ( C 5-6 )
    8. Reflek Trisep ( C 6,7,8 )
    9. Reflek Brachioradialis ( C 5-6 )
    10. Reflek Patela ( L 2-3-4 )
    11. Reflek Tendon Achiles ( L5-S2)
    12. Reflek Moro
      Reflek memeluk pada bayi saat dikejutkan dengan tangan
    13. Reflek Babinski
      Goreskan ujung reflak hammer pada lateral telapak kaki mengarah ke jari, hasil
      positif pada bayi normal sedangkan pada orang dewasa abnormal ( jari kaki
      meregang / aduksi ektensi )
    14. Sucking reflek
      Reflek menghisap pada bayi
    15. Grasping reflek
      Reflek memegang pada bayi
    16. Rooting reflek
      Bayi menoleh saat tangan ditempelkan ke sisi pipi
    Baca selengkapnya - Materi Kesehatan: Refleksiologi

    ASKEP FISTEL UMBILIKALIS

    ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN FISTEL UMBILIKALIS

    PENGERTIAN

    Umbilikalis fistel atau fistel umbilikalis atau fistula vitellina adalah suatu keadaan kongenital dimana duktus vitellinus tetap dipertahankan seluruhnya sehingga membentuk hubungan langsung antara pusat dengan seluruh pencernaan. Dalam hal ini dapat dikeluarkan tinja melalui pusat.

    PENATALAKSANAAN

    1. Tindakan Medis : Pembedahan

    2. Tindakan Keperawatan :

    Preoperasi;

    Diagnosa keperawatan

    a) Cemas sehubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang proses berpikir, pembedahan, ancaman gangguan fungsi tubuh, nyeri dan rasa tidak nyaman; dan kemungkinan tumor ganas.

    b) Gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan dengan intake yang tidak adekuat dan gangguan pencernaan dan absorsi makanan dan cairan yang harus diberikan untuk proses penyakit.

    c) Potensial infeksi sehubungan dengan pembedahan di dalam usus dan berkurangnya resistensi karena malnutrisi dan atau proses penyakit.

    Intervensi keperawatan

    · Eksplorasi pasien untuk mengungkapkan rasa takut (kuatir).

    · Libatkan keluarga pasien dengan memperhatikan keadaan sosial ekonomi atau masalah di dalam keluarga.

    · Jelaskan kepada keluarga dan pasien prosedur-prosedur yang akan digunakan saat postoperasi; napas dalam, batuk teratur, ambulasi awal.

    · Kaji tanda-tanda kemungkinan dehidrasi pada pasien.

    · Beri cairan ekstra untuk hidrasi yang optimal, makanan tinggi kalori, rendah sisa termasuk tinggi protein dan vitamin.

    · Transfusi darah diberikan untuk mencegah anemia dan menunjang kondisi umum pasien.

    · Persiapan operasi dengan puasakan pasien 26 - 36 jam sebelum operasi.

    Selama masa preoperasi, pasien diberikan obat oral antimikroba untuk merusak organisme diusus ( sterilisasi eliminasi / b.a.b.)

    Bila dengan pemberian antibiotika oral, pasien mengalmi diare, pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.

    Postoperasi;

    Diagnosa keperawatan

    1. Potensial infeksi sehubungan dengan tindakan pembedahan dan proses penyembuhan.

    2. Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan sehubungan dengan bedah intestinal, berkurangnya kerja usus, dan kehilangan cairan dan elektrolit karena pengeringan intestinal.

    3. Pola napas yang tidak efektif sehubungan dengan nyeri insisi, distensi abdomen dan kurangnya mobilisasi.

    4. Gangguan pola eliminasi (sistem perkemihan ) sehubungan dengan bedah perineal (mengikuti abdominoperineal)

    5. Gangguan pola eliminasi (sistem pencernaan /b.a.b.) sehubungan dengan peristaltik berkurang, mobilisasi yang kurang, dan ileostomi.

    6. Kurangnya pengetahuan tentang nutrisi, membagi / mengatur aktifitas dan pola eliminasi sendiri.

    Intervensi Keperawatan

    1. Kontrol balutan dan area luka apakah terjadi tanda-tanda awal perdarahan. Inspeksi insisi dan ganti balutan bila terlihat kemerahan, edema dan pengeringan

    2. Monitor suhu pasien secara teratur untuk bebrapa hari. Evaluasi suhu yang tiba-tiba dapat diindikasikan terjadinya infeksi.

    3. Hindari kontaminasi area peritoneum dari sekret intestinal.

    4. Makanan peoral selama beberapa hari pertama tidak diberikan; cairan intravena digunakan untuk membantu pasien. Bila cairan dapat ditolerir pasien (NGT dapat dilepas) dan nutrisi dapat diberikan berupa makanan lunak. Hindari makanan yang mengandung gas dan cairan yang mengandung karbonat.

    5. Catat intake dan output termasuk drainage intestinal. Ispeksi kerja peristaltik usus dengan stetoskop.

    6. Lakukan 5 -10 kali napas setiap jam sebagai ventilasi penuh alveoli pasien dan batuk teratur beberapa kali untuk memancing mukus keluar.

    7. Ganti posisi pasien setiap jam untuk mencegah tekanan pada diafragma.

    8. Lakukan ambulasi malam dan pagi hari. Kolaborasi dengan fisioterapi.

    9. Hindari kontaminasi pada daerah perineal, terutama bila ada pemasangan kateter.

    10. Catat bila terjadi flatus, sebagai indikasi peristaltik.

    11. Lakukan ambulasi awal untuk mengaktifkan peristaltik.

    12. Ajarkan klien dan keluarga pentingnya nutrisi; menghindari makanan mengandung gas dan makanan kasar; cairan yang adekuat.

    13. Ajarkan pasien berdiri dan berjalan. Hindari aktifitas fisik yang berat.

    14. Ajarkan perawatan mandiri ileostmi pasien.

    DAFTAR KEPUSTAKAAN

    Salder, TW.1988. Embriologi Kedokteran, Edisi ke V. Alih bahasa : Dr. Irwan Susanto. EGC Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta.

    Watson, JE. dan Joan R. Royle, 1987. Medical Surgical Nursing and Related Physiology. Clays Ltd. St. Ives plc, England

    Baca selengkapnya - ASKEP FISTEL UMBILIKALIS

    ASKEP ALL ACUTE LIMPHOSYT LEUKEMIA

    ASUHAN KEPERAWATAN PADA ALL ACUTE LIMPHOSYT LEUKEMIA

    ACUT LIMPHOSITYC LEUCEMIA


    A. PENGERTIAN ACUT LIMPHOSITYC LEUCEMIA
    Acut limphosityc leukemia adalah proliferasi maligna / ganas limphoblast dalam sumsum tulang yang disebabkan oleh sel inti tunggal yang dapat bersifat sistemik. (Ngastiyah, 1997; Smeltzer & Bare, 2002; Tucker, 1997; Reeves & Lockart, 2002).

    B. PENYEBAB ACUT LIMPHOSITYC LEUCEMIA
    Penyebab acut limphosityc leukemia sampai saat ini belum jelas, diduga kemungkinan karena virus (virus onkogenik) dan faktor lain yang mungkin berperan, yaitu:
    1. Faktor eksogen
    a. Sinar x, sinar radioaktif.
    b. Hormon.
    c. Bahan kimia seperti: bensol, arsen, preparat sulfat, chloramphinecol, anti neoplastic agent).
    2. Faktor endogen
    a. Ras (orang Yahudi lebih mudah terkena dibanding orang kulit hitam)
    b. Kongenital (kelainan kromosom, terutama pada anak dengan Sindrom Down).
    c. Herediter (kakak beradik atau kembar satu telur).
    (Ngastiyah, 1997)

    C. PATOFISIOLOGI ACUT LIMPHOSITYC LEUCEMIA
    Sel kanker menghasilkan leukosit yang imatur / abnormal dalam jumlah yang berlebihan. Leukosit imatur ini menyusup ke berbagai organ, termasuk sumsum tulang dan menggantikan unsur-unsur sel yang normal. Limfosit imatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan perifer sehingga mengganggu perkembangan sel normal. Hal ini menyebabkan haemopoesis normal terhambat, akibatnya terjadi penurunan jumlah leucosit, sel darah merah dan trombosit. Infiltrasi sel kanker ke berbagai organ menyebabkan pembersaran hati, limpa, limfodenopati, sakit kepala, muntah, dan nyeri tulang serta persendian. Penurunan jumlah eritrosit menimbulkan anemia, penurunan jumlah trombosit mempermudah terjadinya perdarahan (echimosis, perdarahan gusi, epistaksis dll.). Adanya sel kanker juga mempengaruhi sistem retikuloendotelial yang dapat menyebabkan gangguan sistem pertahanan tubuh, sehingga mudah mengalami infeksi. Adanya sel kaker juga mengganggu metabolisme sehingga sel kekurangan makanan. (Ngastiyah, 1997; Smeltzer & Bare, 2002; Suriadi dan Rita Yuliani, 2001, Betz & Sowden, 2002).

    D. TANDA DAN GEJALA ACUT LIMPHOSITYC LEUCEMIA
    Manifestasi klinik dari acut limphosityc leukemia antara lain:
    1. Pilek tak sembuh-sembuh
    2. Pucat, lesu, mudah terstimulasi
    3. Demam, anoreksia, mual, muntah
    4. Berat badan menurun
    5. Ptechiae, epistaksis, perdarahan gusi, memar tanpa sebab
    6. Nyeri tulang dan persendian
    7. Nyeri abdomen
    8. Hepatosplenomegali, limfadenopati
    9. Abnormalitas WBC
    10. Nyeri kepala




    E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK PADA ACUT LIMPHOSITYC LEUCEMIA
    Pemeriksaan diagnostik yang lazim dilakukan pada anak dengan acut limphosityc leukemia adalah:
    1. Pemeriksaan sumsum tulang (BMP / Bone Marrow Punction):
    a. Ditemukan sel blast yang berlebihan
    b. Peningkatan protein
    2. Pemeriksaan darah tepi
    a. Pansitopenia (anemia, lekopenia, trombositopneia)
    b. Peningkatan asam urat serum
    c. Peningkatan tembaga (Cu) serum
    d. Penurunan kadar Zink (Zn)
    e. Peningkatan leukosit dapat terjadi (20.000 – 200.000 / µl) tetapi dalam bentuk sel blast / sel primitif
    3. Biopsi hati, limpa, ginjal, tulang untuk mengkaji keterlibatan / infiltrasi sel kanker ke organ tersebut
    4. Fotothorax untuk mengkaji keterlibatan mediastinum
    5. Sitogenik:
    50-60% dari pasien ALL dan AML mempunyai kelainan berupa:
    a. Kelainan jumlah kromosom, seperti diploid (2n), haploid (2n-a), hiperploid (2n+a)
    b. Bertambah atau hilangnya bagian kromosom (partial delection)
    c. Terdapat marker kromosom, yaitu elemen yang secara morfologis bukan komponen kromosom normal dari bentuk yang sangat besar sampai yang sangat kecil






    F. PENGOBATAN PADA ALL
    1. Transfusi darah, biasanya diberikan bila kadar Hb kurang dari 6 g%. Pada trombositopenia yang berat dan perdarahan masif, dapat diberikan transfusi trombosit dan bila terdapat tanda tanda DIC dapat diberikan heparin.
    2. Kortikosteroid (prednison, kortison, deksametason dan sebagainya). Setelah dicapai remisi dosis dikurangi sedikit demi sedikit dan akhirnya dihentikan.
    3. Sitostatika. Selain sitostatika yang lama (6 merkaptopurin atau 6 mp, metotreksat atau MTX) pada waktu ini dipakai pula yang baru dan lebih poten seperti vinkristin (oncovin), rubidomisin (daunorubycine), sitosin, arabinosid, L asparaginase, siklofosfamid atau CPA, adriamisin dan sebagainya. Umumnya sitostatika diberikan dalam kombinasi bersama sama dengan prednison. Pada pemberian obat obatan ini sering terdapat akibat samping berupa alopesia, stomatitis, leukopenia, infeksi sekunder atau kandidiagis. Hendaknya lebih berhziti hati bila jumiah leukosit kurang dari 2.000/mm3.
    4. Infeksi sekunder dihindarkan (bila mungkin penderita diisolasi dalam kamar yang suci hama).
    5. Imunoterapi, merupakan cara pengobatan yang terbaru. Setelah tercapai remisi dan jumlah sel leukemia cukup rendah (105 106), imunoterapi mulai diberikan. Pengobatan yang aspesifik dilakukan dengan pemberian imunisasi BCG atau dengan Corynae bacterium dan dimaksudkan agar terbentuk antibodi yang dapat memperkuat daya tahan tubuh. Pengobatan spesifik dikerjakan dengan penyuntikan sel leukemia yang telah diradiasi. Dengan cara ini diharapkan akan terbentuk antibodi yang spesifik terhadap sel leukemia, sehingga semua sel patologis akan dihancurkan sehingga diharapkan penderita leukemia dapat sembuh sempurna.
    6. Cara pengobatan.
    Setiap klinik mempunyai cara tersendiri bergantung pada pengalamannya. Umumnya pengobatan ditujukan terhadap pencegahan kambuh dan mendapatkan masa remisi yang lebih lama. Untuk mencapai keadaan tersebut, pada prinsipnya dipakai pola dasar pengobatan sebagai berikut:
    a. Induksi
    Dimaksudkan untuk mencapai remisi, yaitu dengan pemberian berbagai obat tersebut di atas, baik secara sistemik maupun intratekal sampai sel blast dalam sumsum tulang kurang dari 5%.
    b. Konsolidasi
    Yaitu agar sel yang tersisa tidak cepat memperbanyak diri lagi.
    c. Rumat (maintenance)
    Untuk mempertahankan masa remisi, sedapat dapatnya suatu masa remisi yang lama. Biasanya dilakukan dengan pemberian sitostatika separuh dosis biasa.
    d. Reinduksi
    Dimaksudkan untuk mencegah relaps. Reinduksi biasanya dilakukan setiap 3 6 bulan dengan pemberian obat obat seperti pada induksi selama 10 14 hari.
    e. Mencegah terjadinya leukemia susunan saraf pusat.
    Untuk hal ini diberikan MTX intratekal pada waktu induksi untuk mencegah leukemia meningeal dan radiasi kranial sebanyak 2.4002.500 rad. untuk mencegah leukemia meningeal dan leukemia serebral. Radiasi ini tidak diulang pada reinduksi.
    f. Pengobatan imunologik
    Diharapkan semua sel leukemia dalam tubuh akan hilang sama sekali dan dengan demikian diharapkan penderita dapat sembuh sempurna.
    (FKUI, 1985)






    G. PATHWAYS

    Proliferasi sel kanker

    Sel kanker bersaing dengan sel normal
    Untuk mendapatkan nutrisi

    Infiltrasi

    Sel normal digantikan dengan
    Sel kanker

    Depresi sumsum metabolisme infiltrasi infiltrasi
    Tulang S S P ekstra medular

    Sel kekurangan meningitis pembesaran limpa,
    makanan leukemia liver,nodus limfe, tulang
    Eritrosit leukosit faktor tekanan
    Pembekuan jaringan nyeri tulang tulang
    & persendian mengecil&
    Anemia infeksi perdarahan lemah


    Demam trombositopeni fraktur
    fisiologis












    H. MASALAH KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL PADA ANAK DENGAN ACUT LIMPHOSITYC LEUCEMIA
    Adanya keganasan menimbulkan masalah keperawatan, antara lain:
    1. Intoleransi aktivitas
    2. Resiko tinggi infeksi
    3. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuahn
    4. Resiko cedera (perdarahan)
    5. Resiko kerusakan integritas kulit
    6. Nyeri
    7. Resiko kekurangan volume cairan
    8. Berduka
    9. Kurang pengetahuan
    10. Perubahan proses keluarga
    11. Gangguan citra diri / gambaran diri

    I. PERAWATAN PADA ANAK DENGAN ACUT LIMPHOSITYC LEUCEMIA
    1. Mengatasi keletihan / intoleransi aktivitas:
    a. Kaji adanya tanda-tanda anemia: pucat, peka rangsang, cepat lelah, kadar Hb rendah.
    b. Pantau hitung darah lengkap dan hitung jenis
    c. Berikan cukup istirahat dan tidur tanpa gangguan
    d. Minimalkan kegelisahan dan anjurkan bermain yang tenang
    e. Bantu pasien dalam aktivitas sehari-hari
    f. Pantau frekuensi nadi, prnafasan, sebelum dan selama aktivitas
    g. Ketika kondisi membaik, dorong aktivitas sesuai toleransi
    h. Jika diprogramkan, berikan packed RBC
    2. Mencegah terjadinya infeksi
    a. Observasi adanya tanda-tanda infeksi, pantau suhu badan laporkan jika suhu > 38oC yang berlangsung > 24 jam, menggigil dan nadi > 100 x / menit.
    b. Sadari bahwa ketika hitung neutrofil menurun (neutropenia), resiko infeksi meningkat, maka:
    1). Tampatkan pasien dalam ruangan khusus
    2). Sebelum merawat pasien: cuci tangan dan memakai pakaian pelindung, masker dan sarung tangan.
    3). Cegah komtak dengan individu yang terinfeksi
    c. Jaga lingkungan tetap bersih, batasi tindakan invasif
    d. Bantu ambulasi jika mungkin (membalik, batuk, nafas dalam)
    e. Lakukan higiene oral dan perawatan perineal secara sering.
    f. Pantau masukan dan haluaran serta pertahankan hidarasi yang adekuat dengan minum 3 liter / hari
    g. Berika terapi antibiotik dan tranfusi granulosit jika diprogramkan
    h. Yakinkan pemberian makanan yang bergizi.
    3. Mencegah cidera (perdarahan)
    a. Observasi adanya tanda-tanda perdarahan dengan inspeksi kulit, mulut, hidung, urine, feses, muntahan, dan lokasi infus.
    b. Pantau tanda vital dan nilai trombosit
    c. Hindari injesi intravena dan intramuskuler seminimal mungkin dan tekan 5-10 menit setiap kali menyuntik
    d. Gunakan sikat gigi yang lebut dan lunak
    e. Hindari pengambilan temperatur rektal, pengobatan rekatl dan enema
    f. Hindari aktivitas yang dapat menyebabkan cidera fisik atau mainan yang dapat melukai kulit.
    4. Memberikan nutrisi yang adekuat
    a. Kaji jumlah makanan dan cairan yang ditoleransi pasien
    b. Berikan kebersihan oral sebelum dan sesudah makan
    c. Hindari bau, parfum, tindakan yang tidak menyenangkan, gangguan pandangan dan bunyi
    d. Ubah pola makan, berikan makanan ringan dan sering, libatkan pasien dalam memilih makanan yang bergizi tinggi, timbang BB tiap hari
    e. Sajikan makanan dalam suhu dingin / hangat
    f. Pantau masukan makanan, bila jumlah kurang berikan ciran parenteral dan NPT yang diprogramkan.

    5. Mencegah kekurangan cairan
    a. Kaji adanya tanda-tanda dehidrasi
    b. Berikan antiemetik awal sebelum pemberian kemoterapi
    c. Hindari pemberian makanan dan minuman yang baunya merangngsang mual / muntah
    d. Anjurkan minum dalam porsi kecil dan sering
    e. Kolaborasi pemberian cairan parenteral untuk mempertahankan hidrasi sesuai indikasi
    6. Antisipasi berduka
    a. Kaji tahapan berduka oada anak dan keluarga
    b. Berikan dukungan pada respon adaptif dan rubah respon maladaptif
    c. Luangkan waktu bersama anak untuk memberi kesempatan express feeling
    d. Fasilitasi express feeling melalui permainan
    7. Memberikan pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga tentang:
    a. Proses penyakit leukemia: gejala, pentingnya pengobatan / perawatan.
    b. Komplikasi penyakit leukemia: perdarahan, infeksi dll.
    c. Aktivitas dan latihan sesuai toleransi
    d. Mengatasi kecemasan
    e. Pemberian nutrisi
    f. Pengobatan dan efek samping pengobatan
    8. Meningkatkan peran keluarga
    a. Jelaskan alasan dilakukannya setiap prosedur pengobatan / dianostik
    b. Jadwalkan waktu bagi keluarga bersama anak tanpa diganggu oleh staf SR
    c. Dorong keluarga untuk express feelings
    d. Libatkan keluarga dalam perencanaan dan pelaksanaan perawatan si anak
    9. Mencegah gangguan citra diri / gambaran diri
    a. Dorong pasien untuk express feelings tentang dirinya
    b. Berikan informasi yang mendukung pasien ( misal; rambut akan tumbuh kembali, berat badan akan kembali naik jika terapi selesai dll.)
    c. Dukung interaksi sosial / peer group
    d. Sarankan pemakaian wig, topi / penutup kepala.

























    DAFTAR PUSTAKA

    1. Betz, Sowden. (2002). Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Edisi 2. Jakarta, EGC.
    2. Suriadi, Yuliani R. (2001). Asuhan Keperawatan pada Anak. Edisi I. Jakarta, CV Sagung Seto.
    3. Reeeves, Lockart. (2002). Keperawatan Medikal Bedah. Cetakan I. Jakarta, Salemba Raya.
    4. FKUI. (1985). Ilmu Kesehatan Anak. Volume 1. Jakarta, FKUI.
    5. Sacharin Rosa M. (1993). Prinsip Perawatan Pediatri. Edisi 2. Jakarta : EGC.
    6. Gale Danielle, Charette Jane. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi, Jakarta : EGC.
    7. Price Sylvia A, Wilson Lorraine Mc Cart .(1995). Patofisiologi. Jakarta : EGC
    8. Sutarni Nani.(2003). Prosedur Dan Cara Pemberian Obat Kemoterapi. Disampaikan Pada Pelatihan Kemoterapi Di RS Kariadi Semarang, Tanggal 13-15 November 2003.
    Baca selengkapnya - ASKEP ALL ACUTE LIMPHOSYT LEUKEMIA

    Tinjauan Teoritis: BBLR

    Bayi Berat Badan Lahir rendah

    A. PENGERTIAN

    Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram pada waktu lahir.
    Dalam hal ini dibedakan menjadi :
    1. Prematuritas murni
      Yaitu bayi pada kehamilan < 37 minggu dengan berat badan sesuai.
    2. Retardasi pertumbuhan janin intra uterin (IUGR)
      Yaitu bayi yang lahir dengan berat badan rendah dan tidak sesuai dengan usia kehamilan.


    B. ETIOLOGI

    Penyebab kelahiran prematur tidak diketahui, tapi ada beberapa faktor yang berhubungan, yaitu :
    1. Faktor ibu
      • Gizi saat hamil yang kurang, umur kurang dari 20 tahun atau diaatas 35 tahun
      • Jarak hamil dan persalinan terlalu dekat, pekerjaan yang terlalu berat
      • Penyakit menahun ibu : hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah, perokok

    2. Faktor kehamilan
      • Hamil dengan hidramnion, hamil ganda, perdarahan antepartum
      • Komplikasi kehamilan : preeklamsia/eklamsia, ketuban pecah dini

    3. Faktor janin
      • Cacat bawaan, infeksi dalam rahim

    4. Faktor yang masih belum diketahui


    C. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
    1. Prematuritas murni
      • BB < 2500 gram, PB < 45 cm, LK < 33 cm, LD < 30 cm
      • Masa gestasi < 37 minggu
      • Kepala lebih besar dari pada badan, kulit tipis transparan, mengkilap dan licin
      • Lanugo (bulu-bulu halus) banyak terdapat terutama pada daerah dahi, pelipis, telinga dan lengan, lemak subkutan kurang, ubun-ubun dan sutura lebar
      • Genetalia belum sempurna, pada wanita labia minora belum tertutup oleh labia mayora, pada laki-laki testis belum turun.
      • Tulang rawan telinga belum sempurna, rajah tangan belum sempurna
      • Pembuluh darah kulit banyak terlihat, peristaltik usus dapat terlihat
      • Rambut tipis, halus, teranyam, puting susu belum terbentuk dengan baik
      • Bayi kecil, posisi masih posisi fetal, pergerakan kurang dan lemah
      • Banyak tidur, tangis lemah, pernafasan belum teratur dan sering mengalami apnea, otot masih hipotonik
      • Reflek tonus leher lemah, reflek menghisap, menelan dan batuk belum sempurna

    2. Dismaturitas
      • Kulit berselubung verniks kaseosa tipis/tak ada
      • Kulit pucat bernoda mekonium, kering, keriput, tipis
      • Jaringan lemak di bawah kulit tipis, bayi tampak gesit, aktif dan kuat
      • Tali pusat berwarna kuning kehijauan


    D. KOMPLIKASI
    • Sindrom aspirasi mekonium, asfiksia neonatorum, sindrom distres respirasi, penyakit membran hialin
    • Dismatur preterm terutama bila masa gestasinya kurang dari 35 minggu
    • Hiperbilirubinemia, patent ductus arteriosus, perdarahan ventrikel otak
    • Hipotermia, Hipoglikemia, Hipokalsemia, Anemi, gangguan pembekuan darah
    • Infeksi, retrolental fibroplasia, necrotizing enterocolitis (NEC)
    • Bronchopulmonary dysplasia, malformasi konginetal


    E. PENATALAKSANAAN MEDIS
    • Resusitasi yang adekuat, pengaturan suhu, terapi oksigen
    • Pengawasan terhadap PDA (Patent Ductus Arteriosus)
    • Keseimbangan cairan dan elektrolit, pemberian nutrisi yang cukup
    • Pengelolaan hiperbilirubinemia, penanganan infeksi dengan antibiotik yang tepat
    Baca selengkapnya - Tinjauan Teoritis: BBLR

    Tinjauan Teoritis: Aritmia

    Aritmia

    1. Pengertian
    Gangguan irama jantung atau aritmia merupakan komplikasi yang sering terjadi pada infark miokardium. Aritmia atau disritmia adalah perubahan pada frekuensi dan irama jantung yang disebabkan oleh konduksi elektrolit abnormal atau otomatis (Doenges, 1999).

    Aritmia timbul akibat perubahan elektrofisiologi sel-sel miokardium. Perubahan elektrofisiologi ini bermanifestasi sebagai perubahan bentuk potensial aksi yaitu rekaman grafik aktivitas listrik sel (Price, 1994). Gangguan irama jantung tidak hanya terbatas pada iregularitas denyut jantung tapi juga termasuk gangguan kecepatan denyut dan konduksi (Hanafi, 1996).


    2. Etiologi

    Etiologi aritmia jantung dalam garis besarnya dapat disebabkan oleh :
    • Peradangan jantung, misalnya demam reumatik, peradangan miokard (miokarditis karena infeksi)
    • Gangguan sirkulasi koroner (aterosklerosis koroner atau spasme arteri koroner), misalnya iskemia miokard, infark miokard.
    • Karena obat (intoksikasi) antara lain oleh digitalis, quinidin dan obat-obat anti aritmia lainnya.
    • Gangguan keseimbangan elektrolit (hiperkalemia, hipokalemia).
    • Gangguan pada pengaturan susunan saraf autonom yang mempengaruhi kerja dan irama jantung.
    • Ganggguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat.
    • Gangguan metabolik (asidosis, alkalosis).
    • Gangguan endokrin (hipertiroidisme, hipotiroidisme).
    • Gangguan irama jantung karena kardiomiopati atau tumor jantung.
    • Gangguan irama jantung karena penyakit degenerasi (fibrosis sistem konduksi jantung).


    3. Manifestasi Klinis
    Perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi ); nadi mungkin tidak teratur; defisit nadi; bunyi jantung irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut menurun; kulit pucat, sianosis, berkeringat; edema; haluaran urin menurun bila curah jantung menurun berat.

    Sinkop, pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi, perubahan pupil.

    Nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak dengan obat antiangina, gelisah

    Nafas pendek, batuk, perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan; bunyi nafas tambahan (krekels, ronki, mengi) mungkin ada menunjukkan komplikasi pernafasan seperti pada gagal jantung kiri (edema paru) atau fenomena tromboembolitik pulmonal; hemoptisis.

    demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi, eritema, edema (trombosis siperfisial); kehilangan tonus otot/kekuatan.


    4. Pemeriksaan Penunjang

    EKG : menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi. Menyatakan tipe/sumber disritmia dan efek ketidakseimbangan elektrolit dan obat jantung.

    Monitor Holter : Gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan untuk menentukan dimana disritmia disebabkan oleh gejala khusus bila pasien aktif (di rumah/kerja). Juga dapat digunakan untuk mengevaluasi fungsi pacu jantung/efek obat antidisritmia.

    Foto dada : Dapat menunjukkanpembesaran bayangan jantung sehubungan dengan disfungsi ventrikel atau katup

    Skan pencitraan miokardia : dapat menunjukkan aea iskemik/kerusakan miokard yang dapat mempengaruhi konduksi normal atau mengganggu gerakan dinding dan kemampuan pompa.

    Tes stres latihan : dapat dilakukan utnnuk mendemonstrasikan latihan yang menyebabkan disritmia.

    Elektrolit : Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan magnesium dapat mnenyebabkan disritmia.

    Pemeriksaan obat : Dapat menyatakan toksisitas obat jantung, adanya obat jalanan atau dugaan interaksi obat contoh digitalis, quinidin.

    Pemeriksaan tiroid : peningkatan atau penururnan kadar tiroid serum dapat menyebabkan.meningkatkan disritmia.

    Laju sedimentasi : Penignggian dapat menunukkan proses inflamasi akut contoh endokarditis sebagai faktor pencetus disritmia.

    GDA/nadi oksimetri : Hipoksemia dapat menyebabkan/mengeksaserbasi disritmia.

    5. Penatalaksanaan Medis
    1. Terapi medis
      Obat-obat antiaritmia dibagi 4 kelas yaitu :
      • Anti aritmia Kelas 1 : sodium channel blocker
        • Kelas 1 A
          Quinidine adalah obat yang digunakan dalam terapi pemeliharaan untuk mencegah berulangnya atrial fibrilasi atau flutter.
          Procainamide untuk ventrikel ekstra sistol atrial fibrilasi dan aritmi yang menyertai anestesi.
          Dysopiramide untuk SVT akut dan berulang.
        • Kelas 1 B
          Lignocain untuk aritmia ventrikel akibat iskemia miokard, ventrikel takikardia.
          Mexiletine untuk aritmia entrikel dan VT.
        • Kelas 1 C
          Flecainide untuk ventrikel ektopik dan takikardi

      • Anti aritmia Kelas 2 (Beta adrenergik blokade)
        Atenolol, Metoprolol, Propanolol : indikasi aritmi jantung, angina pektoris dan hipertensi
      • Anti aritmia kelas 3 (Prolong repolarisation)
        Amiodarone, indikasi VT, SVT berulang
      • Anti aritmia kelas 4 (calcium channel blocker)
        Verapamil, indikasi supraventrikular aritmia


    2. Terapi mekanis
      • Kardioversi : mencakup pemakaian arus listrik untuk menghentikan disritmia yang memiliki kompleks GRS, biasanya merupakan prosedur elektif.
      • Defibrilasi : kardioversi asinkronis yang digunakan pada keadaan gawat darurat.
      • Defibrilator kardioverter implantabel : suatu alat untuk mendeteksi dan mengakhiri episode takikardi ventrikel yang mengancam jiwa atau pada pasien yang resiko mengalami fibrilasi ventrikel.
    Baca selengkapnya - Tinjauan Teoritis: Aritmia

    Askep Abortus

    Abortus

    A. Pengertian
    Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Dimana masa gestasi belum mencapai usia 22 minggu dan beratnya kurang dari 500gr (Derek liewollyn&Jones, 2002).


    B. Klasifikasi
    1. Abortus spontanea (abortus yang berlangsung tanpa tindakan)
      • Abortus imminens : Peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks.
      • Abortus insipiens : Peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus.
      • Abortus inkompletus : Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.
      • Abortus kompletus : Semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan.

    2. Abortus provokatus (abortus yang sengaja dibuat)
      • Menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada umumnya dianggap bayi belum dapat hidup diluar kandungan apabila kehamilan belum mencapai umur 28 minggu, atau berat badanbayi belum 1000 gram, walaupun terdapat kasus bahwa bayi dibawah 1000 gram dapat terus hidup.

    C. Etiologi
    1. Kelainan Ovum
      Abortus spontan yang disebabkan oleh karena kelainan dari ovum berkurang kemungkinannya kalau kehamilan sudah lebih dari satu bulan,artinya makin muda kehamilan saat terjadinya abortus makin besar kemungkinan disebabkan oleh kelainan ovum.
    2. Kelainan genetalia ibu
      • Anomali congenital (hipoplasia uteri,uterus bikornis dan lain-lain).
      • Kelainan letak dari uterus seperti retrofleksi uteri fiksata.
      • Tidak sempurnanya persiapan uterus dalam menanti nidasi dari ovum yang sudah dibuahi,seperti kurangnya progesterone atau astrogen,endometritis,mioma sub mukosa.
      • Uterus terlalu cepat meregang (kehamilan ganda,mola).
      • Distosia uterus missal karena terdorong oleh tumor pelvis.

    3. Gangguan sirkulasi plasenta
      Dijumpai pada ibu yang menderita penyakit nefrisis,hipertensi,toksemia gravidarum,anomaly plasenta.

    D. Patofisiologi
    Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti dengan nerkrosis jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.

    Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi korialis belum menembus desidua secara dalam jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu janin dikeluarkan terlebih dahulu daripada plasenta hasil konsepsi keluar dalam bentuk seperti kantong kosong amnion atau benda kecil yang tidak jelas bentuknya (blightes ovum),janin lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau fetus papiraseus.

    F. Manifestasi Klinis
    1. Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu.
    2. Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah kesadaran menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat.
    3. Perdarahan pervaginam mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil konsepsi.
    4. Rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering nyeri pingang akibat kontraksi uterus.
    5. Pemeriksaan ginekologi :
      • Inspeksi Vulva : perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi, tercium bau busuk dari vulva.
      • Inspekulo : perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau sudah tertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium.
      • Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, cavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri.



    Hasil Pencarian Untuk Asuhan Keperawatan Askep Abortus
    Tag: search result for asuhan keperawatan askep Abortus
    Tag: search result for asuhan keperawatan askep Abortus
    Tag: search result for asuhan keperawatan askep Abortus
    Tag: search result for asuhan keperawatan askep Abortus
    Tag: search result for asuhan keperawatan askep Abortus
    Baca selengkapnya - Askep Abortus

    ASKEP GAGAL NAFAS

    ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN GAGAL NAFAS

    PENGERTIAN

    Gagal nafas adalah kegagalan system pernafasan untuk mempertahankan pertukaran O2 dan CO2 dalam tubuh yang dapat mengakibatkan gangguan pada kehidupan (Heri Rokhaeni, dkk, 2001)

    Gagal nafas terjadi bilamana pertukaran O2 terhadap CO2 dalam paru-paru tidak dapat memelihara laju konsumsi O2 dan pembentukan CO2 dalam sel-sel tubuh sehingga menyebabkan PO2 <>2 > 45 mmHg (hiperkapnia) (Smeltzer, C Susane, 2001)

    ETIOLOGI

    Kerusakan atau depresi pada system saraf pengontrol pernafasan

    o Luka di kepala

    o Perdarahan / trombus di serebral

    o Obat yang menekan pernafasan

    o Gangguan muskular yang disebabkan

    o Tetanus

    o Obat-obatan

    o Kelainan neurologis primer

    Penyakit pada saraf seperti medula spinalis, otot-otot pernafasan atau pertemuan neuromuskular yang terjadi pada pernafasa sehingga mempengaruhi ventilasi.

    o Efusi pleura, hemathorak, pneumothorak

    Kondisi ini dapat mengganggu dalam ekspansi paru

    o Trauma

    Kecelakakan yang mengakibatkan cedera kepala, ketidaksadaran dan perdarahan hidung, mulut dapat mengarah pada obstruksi jalan nafas dan depresi pernafasan

    o Penyakit akut paru

    Pneumonia yang disebabkan bakteri dan virus, asma bronchiale, atelektasis, embolisme paru dan edema paru

    TANDA DAN GEJALA

    Tanda

    a. Gagal nafas total

    o Aliran udara di mulut, hidung tidak terdengar / dirasakan

    o Pada gerakan nafas spontan terlihat retraksi supra klavikula dan sela iga serta tidak ada pengemabngan dada pada inspirasi

    b. Gagal nafas partial

    o Terdengar suara nafas tambahan gargling, snoring, growing dan wheezing

    o Ada retraksi dada

    Gejala

    o Hiperkapnia yaitu peningkatan kadar CO2 dalam tubuh lebih dari 45 mmHg

    o Hipoksemia terjadi takikardia, gelisah, berkeringat atau sianosis atau PO2 menurun

    PEMERIKSAAN PENUNJANG

    a. BGA

    Hipopksemia

    o Ringan : PaO2 <>

    o Sedang : PaO2 <>

    o Berat : paO2 <>

    b. Pemeriksaan rontgen dada

    Untuk melihat keadaan patologik dan atau kemajuan proses penyakit yang tidak diketahui

    c. Hemodinamik: tipe I terjadi peningkatan PCWP

    d. EKG

    o Memperlihatkan bukti-bukti regangan jantung di sisi kanan

    o Disritmia

    PENGKAJIAN

    a. Airway

    o Terdapat secret di jalan nafas (sumbatan jalan nafas)

    o Bunyi nafas krekels, ronchi, dan wheezing

    b. Breathing

    o Distress pernafasan: pernafasan cuping hidung, takhipnea / bradipnea

    o Menggunakan otot asesoris pernafasan

    o Kesulitan bernafas: lapar udara, diaforesis, dan sianoasis

    o Pernafasan memakai alat Bantu nafas

    c. Circulation

    o Penurunan curah jantung, gelisah, letargi, takikardi

    o Sakit kepala

    o Gangguan tingkat kesadaran: gelisah, mengantuk, gangguan mental (ansietas, cemas)

    PENATALAKSANAAN MEDIS

    1. Terapi oksigen: pemberian oksigen rendah nasal atau masker
    2. Ventilator mekanik dengan memberikan tekanan positif kontinu
    3. Inhalasi nebulizer
    4. Fisioterapi dada
    5. Pemantauan hemodinamik / jantung
    6. Pengobatan: bronkodilator, steroid
    7. Dukungan nutrisi sesuai kebutuhan

    DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI

    a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sumbatan jalan nafas dan kurangnya ventilasi sekunder terhadap retensi lendir

    Tujuan: jalan nafas efektif

    Kriteria hasil:

    o Bunyi nafas bersih

    o Secret berkurang atau hilang

    Intervensi:

    a. Catat karakteristik bunyi nafas

    b. Catat karakteristik batuk, produksi dan sputum

    c. Monitor status hidrasi untuk mencegah sekresi kental

    d. Berikan humidifikasi pada jalan nafas

    e. Pertahankan posisi tubuh / kepala dan gunakan ventilator sesuai kebutuhan

    f. Observasi perubahan pola nafas dan upaya bernafas

    g. Berikan lavase cairan garam faaal sesuai indiaksi untuk membuang skresi yang lengket

    h. Berikan O2 sesuai kebutuhan tubuh

    i. Berikan fisioterapi dada

    j. Berikan bronkodilator

    b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan akumulasi protein dan cairan dalam interstitial / area alveolar, hipoventilasi alveolar, kehilangan surfaktan

    Tujuan; pertukaran gas adekuat

    Criteria hasil:

    o Perbaikan oksigenasi adekuat: akral hangat, peningkatan kesadaran

    o BGA dalam batas normal

    o Bebas distres pernafasan

    Intervensi:

    o Kaji status pernafasan

    o Kaji penyebab adanya penurunan PaO2 atau yang menimbulkan ketidaknyaman dalam pernafasan

    o Catat adanya sianosis

    o Observasi kecenderungan hipoksia dan hiperkapnia

    o Berikan oksigen sesuai kebutuhan

    o Berikan bantuan nafas dengan ventilator mekanik

    o Kaji seri foto dada

    o Awasi BGA / saturasi oksigen (SaO2)

    c. Resiko cidera berhubungan dengan penggunaan ventilasi mekanik

    Tujuan: klien bebas dari cidera selama ventilasi mekanik

    Intervensi:

    o Monitor ventilator terhadap peningkatan tajam pada ukuran tekanan

    o Observasi tanda dan gejala barotrauma

    o Posisikan selang ventilator untuk mencegah penarikan selang endotrakeal

    o Kaji panjang selang ET dan catat panjang tiap shift

    o Berikan antasida dan beta bloker lambung sesuai indikasi

    o Berikan sedasi bila perlu

    o Monitor terhadap distensi abdomen

    d. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pemasangan selang ET dengan kondisi lemah

    Tujuan: klien tidak mengalami infeksi nosokomial

    Intervensi:

    o Evaluasi warna, jumlah, konsistensi sputum tiap penghisapan

    o Tampung specimen untuk kultur dan sensitivitas sesuai indikasi

    o Pertahanakan teknik steril bila melakukan penghisapan

    o Ganti sirkuit ventilator tiap 72 jam

    o Lakukan pembersihan oral tiap shift

    o Monitor tanda vital terhadap infeksi

    o Alirkan air hangat dalam selang ventilator dengan cara eksternal keluar dari jalan nafas dan reservoir humidifier

    o Pakai sarung tangan steril tiap melakukan tindakan / cuci tangan prinsip steril

    o Pantau keadaan umum

    o Pantau hasil pemeriksaan laborat untuk kultur dan sensitivitas

    o Pantau pemberian antibiotik

    e. Perubahan pola nutrisi berhubungan dengan kondisi tubuh tidak mampu makan peroral

    Tujuan: klien dapat mempertahankan pemenuhan nutrisi tubuh

    Intervensi:

    o Kaji status gizi klien

    o Kaji bising usus

    o Hitung kebutuhan gizi tubuh atau kolaborasi tim gizi

    o Pertahankan asupan kalori dengan makan per sonde atau nutrisi perenteral sesuai indikasi

    o Periksa laborat darah rutin dan protein

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Corwin, E.J. Handbook of pathophysiology. Alih bahasa : Pendit, B.U. Jakarta: EGC; 2001 (Buku asli diterbitkan tahun 1996)

    2. Doengoes, M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C. Nursing care plans: Guidelines for planning and documenting patients care. Alih bahasa: Kariasa,I.M, Jakarta: EGC; 1999 (Buku asli diterbitkan tahun 1993

    3. Hudak, Carolyn M, Gallo, Barbara M., Critical Care Nursing: A Holistik Approach (Keperawatan kritis: pendekatan holistik). Alih bahasa: Allenidekania, Betty Susanto, Teresa, Yasmin Asih. Edisi VI, Vol: 2. Jakarta: EGC;1997

    4. Price, S.A. & Wilson, L.M. Pathophysiology: Clinical concept of disease processes. 4th Edition. Alih bahasa : Anugerah, P. Jakarta: EGC; 1994 (Buku asli diterbitkan tahun 1992)

    5. Reeves, C.J., Roux, G., Lockhart, R. Medical – surgical nursing. Alih bahasa : Setyono, J. Jakarta: Salemba Medika; 2001(Buku asli diterbitkan tahun 1999)

    6. Sjamsuhidajat, R., Wim de Jong, Buku-ajar Ilmu Bedah. Ed: revisi. Jakarta: EGC, 1998

    7. Suyono, S, et al. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI;





    "
    Baca selengkapnya - ASKEP GAGAL NAFAS

    ASKEP HEMORRHOIDS


    ASUHAN KEPERAWATAN HEMORRHOIDS

    Pengertian :

    Terjadi pelebaran ( dilatasi ) vena pada anus maupun rectal ( fleksus haemorrhoidalis superior dan media : haemorrhoid interna dan fleksus haemorrhoidalis inferior : haemorrhoid eksterna ).

    Insiden terjadi pada usia 20 - 50 tahun.

    Faktor resiko tinggi adalah :

    1. Kehamilan.

    2. Konstipasi yang lama.

    3. Hipertensi portal.

    Pathofisiologi

    a) Dilatasi vena anorectal dan mengembang akibat peningkatan tekanan intra abdominal dan terbendungnya aliran darah vena daerah anorectal.

    b) Ketegangan vena yang terjadi pada jaringan lunak akan menyebabkan prolaps, ini dapat menyebabkan thrombus atau peradangan, serta terjadi perdarahan.

    Manifestasi klinik :

    1. Bengkak (bendungan) di dalam atau diluar rectum.

    2. Nyeri.

    3. Gatal daerah rectum.

    4. Gangguan mukosa rectum.

    5. Perdarahan pada saat b.a.b.

    Diagnostik

    a) Riwayat

    · Mengkaji nyeri, gatal, atau kemungkinan perdarahan.

    · Pertanyaan kebiasaan buang air besar ; konstipasi, mengejan saat defekasi.

    b) Pemeriksaan fisik

    · Inspeksi untuk haemorrhoid eksternal ada prolaps atau internal haemorrhoid.

    · Pemeriksaan rectal toucer ( colok dubur )

    c) Proctosigmoidoscopy, untuk menentukan lokasi dan keadaan dari haemorrhoid.

    Penatalaksanaan klinis

    a) Tujuan untuk memberikan rasa nyaman dan menurunkan gejala.

    b) Intervensi non pharmakologis

    1) Memberikan posisi recumben untuk mengurangi penekanan, edema dan prolaps.

    2) Memberikan makanan yang mengandung serat untuk memudahkan b.a.b tidak mengedan.

    3) Meningkatkan pemasukkan cairan sehingga tinja jadi lunak.

    4) Melakukan kompres dingin pada saat nyeri di daerah anus, dan lakukan rendam bokong (sitz baths) secara kontinyu untuk memberi rasa nyaman.

    c) Intervensi pharmakologis

    1) Menggunakan obat pelembut tinja untuk memudahkan b.a.b.

    2) Laksative bila terjadi konstipasi

    3) Gunakan obat luar (oles), cream dan suppositoria untuk mengurangi nyeri sedang maupun berat atau gatal.

    d) Prosedur khusus medikal-surgikal.

    1) Hemorrhoidectomy : pembedahan pada hemorrhoids.

    2) Sclerosing pada hemorrhoid : injeksi pada jaringan sub mukosa.

    KOMPILKASI

    1) Perdarahan yang menyebabkan anemia.

    2) Strangulasi (perlengketan).

    3) Trombosis pada hemorrhoid.

    Prognosis : berulang kembali 50 % setelah pengobatan sclerosing. Yang lebih baik adalah dilakukan ligasi dan hemorroidectomy.

    Baca selengkapnya - ASKEP HEMORRHOIDS

    ASKEP DHF

    ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN DHF

    A. Pengertian
    DHF adalah penyakit yang disebabkan oleh Arbovirus ( arthro podborn virus ) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk AEDES ( AEDES ALBOPICTUS dan AEDES AEGEPTY )

    B. Penyebab
    Penyebab DHF adalah Arbovirus ( Arthropodborn Virus ) melalui gigitan nyamuk Aedes ( Aedes Albopictus dn Aedes Aegepty )

    C. Tanda dan gejala
    Tanda dan gejala penyakit DHF adalah :
    - Meningkatnya suhu tubuh
    - Nyeri pada otot seluruh tubuh
    - Suara serak
    - Batuk
    - Epistaksis
    - Disuria
    - Nafsu makan menurun
    - Muntah
    - Ptekie
    - Ekimosis
    - Perdarahan gusi
    - Muntah darah
    - Hematuria masih
    - Melena

    D. Klasifikasi DHF menurut WHO
    Derajat I
    Demam disertai gejala tidak khas, terdapat manifestasi perdarahan ( uju tourniquet positif )

    Derajat II
    Derajat I ditambah gejala perdarahan spontan dikulit dan perdarahan lain.

    Derajat III
    Kegagalan sirkulasi darah, nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun ( 20 mmhg, kulit dingin, lembab, gelisah, hipotensi )

    Derajat IV
    Nadi tak teraba, tekanan darah tak dapat diukur

    Pemeriksaan Diagnostik
    - Darah Lengkap = Hemokonsentrasi ( Hemaokrit meningkat 20 % atau lebih ) Thrombocitopeni ( 100. 000/ mm3 atau kurang )
    - Serologi = Uji HI ( hemaaglutinaion Inhibition Test )
    - Rontgen Thorac = Effusi Pleura

    E. Pathways


































    F. Penatalaksanaan
     Medik
    A. DHF tanpa Renjatan
    - Beri minum banyak ( 1 ½ - 2 Liter / hari )
    - Obat anti piretik, untuk menurunkan panas, dapat juga dilakukan kompres
    - Jika kejang maka dapat diberi luminal ( antionvulsan ) untuk anak <1th dosis 50 mg Im dan untuk anak >1th 75 mg Im. Jika 15 menit kejang belum teratasi , beri lagi luminal dengan dosis 3mg / kb BB ( anak <1th dan pada anak >1th diberikan 5 mg/ kg BB.
    - Berikan infus jika terus muntah dan hematokrit meningkat

    B. DHF dengan Renjatan
    - Pasang infus RL
    - Jika dengan infus tidak ada respon maka berikan plasma expander ( 20 – 30 ml/ kg BB )
    - Tranfusi jika Hb dan Ht turun
     Keperawatan
    1. Pengawasan tanda – tanda Vital secara kontinue tiap jam
    - Pemeriksaan Hb, Ht, Trombocyt tiap 4 Jam
    - Observasi intik output
    - Pada pasienDHF derajat I : Pasien diistirahatkan, observasi tanda vital tiap 3 jam , periksa Hb, Ht, Thrombosit tiap 4 jam beri minum 1 ½ liter – 2 liter per hari, beri kompres
    - Pada pasien DHF derajat II : pengawasan tanda vital, pemeriksaan Hb, Ht, Thrombocyt, perhatikan gejala seperti nadi lemah, kecil dan cepat, tekanan darah menurun, anuria dan sakit perut, beri infus.
    - Pada pasien DHF derajat III : Infus guyur, posisi semi fowler, beri o2 pengawasan tanda – tanda vital tiap 15 menit, pasang cateter, obsrvasi productie urin tiap jam, periksa Hb, Ht dan thrombocyt.

    2. Resiko Perdarahan
    - Obsevasi perdarahan : Pteckie, Epistaksis, Hematomesis dan melena
    - Catat banyak, warna dari perdarahan
    - Pasang NGT pada pasien dengan perdarahan tractus Gastro Intestinal

    3. Peningkatan suhu tubuh
    - Observasi / Ukur suhu tubuh secara periodik
    - Beri minum banyak
    - Berikan kompres



    F. Asuhan Keperawatan pada pasien DHF
    Pengkajian
    - Kaji riwayat Keperawatan
    - Kaji adanya peningkatan suhu tubuh, tanda perdarahan , mual muntah, tidak nafsu makan, nyeri ulu hai, nyeri otot dan tanda – tanda renjatan ( denyut nadi cepat dan lemah, hipotensi, kulit dingin dan lembab, terutama pada ekstremitas, sianosis, gelisah, penurunan kesadaran )

    Diagnose Keperawatan
    1. Kekurangan Volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler , perdarahan, muntah, dan demam
    2. Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan perdarahan
    3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah, tidak ada nafsu makan
    4. Hiertermi berhubungan dengan proses infeksivirus
    5. Perubahan proses proses keluarga berhubungan dengan kondisi anak

    Perencanaan
    1. Anak menunjukkan tanda – tanda terpenuhinya kebutuhan cairan
    2. Anak menunjukkan tanda – tanda perfusi jaringan perifer yang adekwat
    3. Anak menunjukkan tanda – tanda vital dalam batas normal
    4. Keluarga menunjukkan kekoping yang adaptif
    Implementasi
    1. Mencegah terjadinya kekurangan volume cairan
    - Mengobservasi tanda – tanda vital paling sedikit setiap 4 jam
    - Monitor tanda – tanda meningkatnya kekurangan cairan : turgor tidak elastis, ubun – ubun cekung, produktie urin menurun
    - Mengobservasi dan mencatat intake dan output
    - Memberikan hidrasi yang adekwat sesuai dengan kebutuhan tubuh
    - Memonitor nilai laboratorium : elektrolit / darah BJ urin , serum tubuh
    - Mempertahankan intake dan output yang adekwat
    - Memonitor dan mencatat berat badan
    - Memonitor pemberian cairan melalui intravena setiap jam
    - Mengurangi kehilangan cairan yang tidak telihat ( insesible water loss / IWL )

    2. Perfusi jaringan Adekwat
    - Mengkaji dan mencatat tanda – tanda Vital ( kualitas dan Frekwensi denyut nadi, tekanan darah , Cappilary Refill )
    - Mengkaji dan mencatat sirkulasi pada ektremitas ( suhu , kelembaban dan warna )
    - Menilai kemungkinan terjadinya kematian aringan pada ekstremitas seperti dingin , neri , pembengkakan kaki )

    3. Kebutuhan nutrisi adekwat
    - Ijinka anak memakan makanan yang dapa ditoleransi anak. Rencanakan untuk memperbaiki kualitas gizi pada saat selera makan anak meningkat.
    - Berikan makanan yang disertai dengan suplemen nutrisi untuk meningkatkan kualitas intake nutrisi
    - Menganjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan dengan teknik porsi kecil tetapi sering
    - Menimbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama dan dengan skala yang sama
    - Mempertahankan kebersihan mulut pasien
    - Menjelaskan pentingnya intake nutirisi yang adekwat untuk penyembuhan penyakit

    4. Mempertahankan suhu tubuh normal
    - Ukur tanda – tanda vital suhu tubuh
    - Ajarkan keluarga dala pengukuran suhu
    - Lakukan “ tepid sponge” ( seka ) dengan air biasa
    - Tingkatkan intake cairan
    - Berikan terapi untuk menurunkan suhu
    5. Mensupport koping keluarga Adaptif
    - mengkaji perasaan dn persepsi orang tua atau anggota keluarga terhadap situasi yang penuh stress
    - Ijinkan orang tua dan keluarga untuk memberikan respon secara panjang lebar dan identifikasi faktor yang paling mencmaskan keluarga
    - Identifikasikan koping yang biasa digunakan dn seberapa besar keberhasilannya dalam mengatasi keadaan

    G. Pencegahan DHF
    Menghindari atau mencegah berkembangnya nyamuk Aedes Aegepty dengan cara:
    - Rumah selalu terang
    - Tidak menggantung pakaian
    - Bak / tempat penampungan air sering dibersihkan dan diganti airnya minimal 4 hari sekali
    - Kubur barang – barang bekas yang memungkinkan sebagai tempat terkumpulnya air hujan
    - Tutup tempat penampungan air
    Perencanaan pemulangan dan PEN KES
    - Berikan informasi tentang kebutuhan melakukan aktifitas sesuai dengan tingkat perkembangan dan kondisi fisik anak
    - Jelaskan terapi yang diberikan, dosis efek samping
    - Menjelaskan gejala – gejala kekambuhan penyakit dan hal yang harus dilakukan untuk mengatasi gejala
    - Tekankan untuk melakukan kontrol sesuai waktu yang ditentukan
    DAFTAR PUSTAKA
    Buku ajar IKA infeksi dan penyakit tropis IDAI Edisi I. Editor : Sumarmo, S Purwo Sudomo, Harry Gama, Sri rejeki Bag IKA FKUI jkt 2002.
    Christantie, Effendy. SKp, Perawatan Pasien DHF. Jakarta, EGC, 1995
    Prinsip – Prinsip Keperawatan Nancy Roper hal 269 – 267
    Baca selengkapnya - ASKEP DHF

    KOTAK PENCARIAN:

    ARTIKEL YANG BERHUBUNGAN:

    =====
    Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...