KTI KEBIDANAN : KARAKTERISTIK IBU HAMIL YANG MELAKSANAKAN ANTENATAL CARE DI BPS

KTI KEBIDANAN : KARAKTERISTIK IBU HAMIL YANG MELAKSANAKAN ANTENATAL CARE DI BPS
BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Pada tahun 1990 WHO meluncurkan strategi MPS (Making Pregnancy Safer) di dukung oleh badan-badan internasional seperti UNFPA, UNICEF dan Word Bank, sebagai upaya untuk menurunkan AKI dan AKB yang masih cukup tinggi dan sebagian besar terjadi di negara-negara berkembang (Saeffudin, 2002). Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar di negara berkembang. Ini berarti kemampuan untuk memberikan pelayanan kesehatan masih memerlukan perbaikan kesehatan yang bersifat menyeluruh dan lebih bermutu. Kematian ibu di Indonesia pada SDKI 2003 terdata 307 per 100.000 kelahiran hidup dan angka kematian perinatal adalah 35 per 1000 kelahiran hidup (SDKI, 2003).


Angka kematian bayi di propinsi Lampung diperkirakan pada tahun 2000 berdasarkan proyeksi penduduk BPS menjadi 49 per 1000 kelahiran hidup. Angka ini mengalami penurunan jika dibandingkan tahun 2001 yaitu sebesar 41 per 1000 kelahiran hidup. Indikasi ini menunjukkan bahwa tingkat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat Lampung meningkat dari tahun 2000 ke 2001 dan pada tahun 2002 mengalami sedikit peningkatan yaitu 42 per 1000 kelahiran hidup sedangkan tahun 2003 AKB meningkat menjadi 55 per 1000 kelahiran hidup. Hal ini menunjukkan bahwa sistem pencatatan dan pelaporan sudah mengalami peningkatan dan hasil ini belum mencapai target tahun 2003 yaitu 42 per 1000 kelahiran hidup dan target Lampung Sehat 2010 dan Indonesia sehat 2010 yaitu 40 per 1000 kelahiran hidup (Profil Kesehatan Lampung, 2005). Angka Kematian Balita di propinsi Lampung Tahun 1980-2003. Balita umur 0-< 5 Tahun. Tahun 1980, 147 per 1000 kelahiran hidup, Tahun 1990, 86 per 1000 kelahiran hidup, Tahun 1995, 75 per 1000 kelahiran hidup, Tahun 1997, 43 per 1000 kelahiran hidup, SDKI 2002-2003 64 per 1000 kelahiran hidup (Sumber : SP 1980, 1990 dan Estimasi Parameter Demografi Indonesia BPS, SDKI 2002-2003 data 2004 dan 2005 belum tersedia di BPS).
Hasil SDKI 2002-2003 angka kematian balita 64 dan angka ini belum mencapai target 58 per 1000 kelahiran hidup. Jumlah balita mati di propinsi Lampung tahun 2004 sejumlah 109 kasus, terbesar di kota Metro (40 kasus) dan terendah di kabupaten Lampung Barat (1 kasus) dan pada tahun 2005 jumlah kasusnya 224 kasus per 165.341 kelahiran hidup. Kasus kematian balita disebabkan oleh permasalahan kesehatan anak dan balita seperti gizi, sanitasi penyakit infeksi dan kecelakaan. Sedangkan angka kematian ibu (AKI) di propinsi berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi tahun 2005 adalah terdapat 145 kasus dari 165.347 kelahiran hidup. Jumlah kematian ibu disebabkan pada masa kehamilan dan persalinan. Untuk itu perlu kerja keras dan komitmen bersama antara pemerintah dan masyarakat dalam upaya menurunkan angka kematian ibu dan meningkatkan dukungan terhadap pelayanan dan kesehatan ibu/maternal, baik dalam antenatal care (ANC) dan meningkatkan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan.

Salah satu upaya Departemen Kesehatan untuk mempercepat penurunan AKI dan AKB adalah negara membuat rencana strategi nasional making pregnancy safer (MPS) di Indonesia 2001-2010 yang menyebutkan bahwa dalam konteks rencana pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010, maka visi MPS adalah “Kehamilan dan persalinan di Indonesia berlangsung aman serta bayi yang dilahirkan hidup sehat” (Saeffudin, 2002). Pengawasan antenatal atau yang sering disebut pemeriksaan kehamilan adalah pelayanan antenatal yang diberikan oleh tenaga ahli profesional yaitu dokter spesialis kebidanan, dokter umum, dokter bukan spesialis yang mempunyai banyak pengalaman dalam kebidanan, bidan, public health care, home help, pemanfaatan jenis pelayanan ANC diharapkan dapat menghasilkan atau memperbaiki status kesehatan ibu hamil. Dalam hal ini pemanfaatan pelayanan ANC yang tepat akan meningkatkan derajat kesehatan ibu dan janin yang akan di lahirkannya sehingga menuju ke keluarga yang sehat dan sejahtera (Sarwono Prawirohardjo, 2002).
Pemanfaatan pelayanan antenatal oleh seorang ibu hamil dapat dilihat dari cakupan pelayanan antenatal. Peningkatan pelayanan kesehatan antenatal dipengaruhi oleh pemanfaatan pengguna pelayanan antenatal. Dengan tidak dimanfaatkannya sarana pelayanan antenatal dapat disebabkan oleh banyak faktor seperti: ketidakmampuan dalam hal biaya, lokasi pelayanan yang jaraknya terlalu jauh atau petugas kesehatan tidak pernah datang secara berkala (Sarwono Prawirohardjo, 2002). Dengan demikian untuk meningkatkan hasil cakupan ibu hamil ada beberapa faktor yang perlu mendapatkan perhatian. Di samping faktor ibu hamil sendiri (karakteristik) untuk memeriksakan kehamilanya maka, faktor biaya, petugas pelayanan kesehatan, sarana dan fasilitas kesehatan yang tersedia merupakan faktor yang dapat berpengaruh terhadap keberhasilan cakupan ibu hamil.

B. Perumusan Masalah
Bagaimana karakteristik ibu hamil yang melaksanakan antenatal care di BPS

C. Ruang Lingkup
- Jenis penelitian : deskriptif
- Objek penelitian : karakteristik ibu hamil yang melaksanakan antenatal care.
- Subjek penelitian : seluruh ibu hamil baik primigravida maupun multigravida.
- Lokasi penelitian : BPS. Restianingsih desa Bangun Rejo kecamatan Gunung Sugih Lampung Tengah.
- Waktu penelitian : Bulan Oktober 2006 sampai dengan bulan Mei 2007.
- Alasan penelitian : - Untuk mengetahui karakteristik ibu hamil yang melaksanakan antenatal care.
- Jumlah PUS yang meningkat di Desa Bangun Rejo
- Jumlah ANC di BPS Restianingsih meningkat oleh karena jumlah PUS di desa tersebut yang meningkat pula.

D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui karakteristik tentang ibu hamil yang melaksanakan ANC di BPS

2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran umur ibu hamil yang melaksanakan ANC di BPS
b. Untuk mengetahui gambaran pendidikan ibu hamil yang melaksanakan ANC di BPS
c. Untuk mengetahui gambaran tentang paritas ibu hamil yang melaksanakan ANC di BPS
d. Untuk mengetahui gambaran tentang tingkat pendapatan keluarga ibu hamil yang melaksanakan ANC di BPS.
e. Untuk mengetahui gambaran tentang jarak lokasi BPS ke rumah ibu hamil yang melaksanakan ANC di

E. Manfaat Penelitian
1. Bagi BPS
Sebagai masukan dalam rangka meningkatkan konseling dalam pelayanan antenatal care di wilayah BPS
2. Bagi Masyarakat Khususnya Ibu Hamil
Agar ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal sesuai dengan standar pelayanan kebidanan, sehingga apabila diketahui resiko kehamilan secara dini dapat dilakukan tindakan lebih lanjut atau rujukan segera bila diperlukan.
3. Bagi Perkembangan Ilmu
Diharapkan semakin bertambahnya zaman dan ilmu, angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) dapat turun dengan pelan-pelan karena tenaga kesehatan yang makin profesional dan masyarakat yang semakin kritis.
4. Bagi Akademi Kebidanan Wira Buana Metro
Sebagai sumber referensi, sumber bahan bacaan dan bahan pengajaran terutama yang berkaitan dengan asuhan kebidanan pelayanan antenatal.
5. Bagi Peneliti
Dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi peneliti bahwa ibu hamil perlu atau harus di lakukan pengawasan untuk menghindari bahaya yang terjadi pada masa kehamilan, persalinan dan nifas sehingga penulis dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi ibu hamil dalam melaksanakan ANC.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka
1. Kehamilan
a. Pengertian
Masa kehamilan di mulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya kehamilan normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari pertama haid terakhir.
Kehamilan di bagi dalam 3 triwulan yaitu triwulan pertama di mulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan ke dua dari bulan ke empat sampai bulan ke 7, triwulan ketiga dari bulan ke 7 sampai 9 bulan.

2. Antenatal Care
a. Pengertian
Antenatal care adalah cara penting untuk memonitor dan mendukung kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi ibu dengan kehamilan normal. Pelayanan antenatal atau yang sering disebut pemeriksaan kehamilan adalah pelayanan yang di berikan oleh tenaga profesional yaitu dokter spesialisasi bidan, dokter umum, bidan, pembantu bidan dan perawat bidan, untuk itu selama masa kehamilannya ibu hamil sebaiknya dianjurkan mengunjungi bidan atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan asuhan antenatal.
Salah satu tenaga medis yang memberikan pelayanan antenatal adalah bidan. Bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti pendidikan kebidanan yang diakui oleh pemerintah dan telah menyelesaikan pendidikan tersebut dan lulus ujian yang di tentukan serta memperoleh ijazah yang terdaftar sebagai persyaratan utama untuk melaksanakan praktek sesuai dengan profesinya.

b. Tujuan Antenatal
1) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang janin.
2) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu dan janin.
3) Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan.
4) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
5) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif
6) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.

c. Cara Pelayanan Antenatal Care
Cara pelayanan antenatal, disesuaikan dengan standar pelayanan antenatal menurut Depkes RI yang terdiri dari :
1) Kunjungan Pertama
a) Catat identitas ibu hamil
b) Catat kehamilan riwayat sekarang
c) Catat riwayat kehamilan dan persalinan lain
d) Catat penggunaan cara kontrasepsi sebelum kehamilan
e) Pemeriksaan fisik diagnostic dan laboratorium
f) Pemeriksaan obstetric
g) Pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT)
h) Pemberian obat rutin seperti tablet Fe, calsium, multivitamin, dan mineral lainnya serta obat-obatan khusus atas indikasi.
i) Penyuluhan/konseling

2) Jadwal Kunjungan Ibu Hamil
Kunjungan antenatal sebaiknya di lakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan
a) Satu kali pada trimester pertama (sebelum 14 minggu)
b) Satu kali pada trimester ke dua (antara minggu 14-28)
c) Dua kali pada trimester ke tiga (antara minggu 28-36 minggu dan sesudah minggu ke 36).

3) Pelayanan/asuhan standar minimal termasuk “7 T”
a) (Timbang) berat badan
b) Ukur (Tekanan) darah
c) Ukur (Tinggi) fundus uteri
d) Pemberian imunisasi (Tetanus Toxoid)
e) Pemberian Tablet zat besi, minimum 90 tablet selama kehamilan
f) Tes terhadap penyakit menular sexual
g) Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan

Pelayanan/asuhan antenatal ini hanya dapat di berikan oleh tenaga kesehatan profesional dan tidak dapat di berikan oleh dukun bayi. Untuk itu perlu kebijakan teknis untuk ibu hamil seara keseluruhan yang bertujuan untuk mengurangi resiko dan komplikasi kehamilan secara dini. Kebijakan teknis itu dapat meliputi komponen-komponen sebagai berikut :
- Mengupayakan kehamilan yang sehat
- Melakukan deteksi dini komplikasi, melakukan penatalaksanaan awal serta rujukan bila diperlukan.
- Persiapan persalinan yang bersih dan aman
- Perencanaan antisipstif dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika terjadi komplikasi.

4) Pemberian Vitamin Zat Besi
Di mulai dengan memberikan satu sehari sesegera mungkin setelah rasa mual hilang. Tiap tablet mengandung FeSO4 320 M (zat besi 60 Mg) dan Asam Folat 500 Mg, minimal masing-masing 90 tablet. Tablet besi sebaiknya tidak di minum bersama teh atau kopi, karena mengganggu penyerapan. Zat besi paling baik di konsumsi di antara waktu makan bersama jus jeruk (vitamin C) (Konsep Kebidanan ; 2003).

5) Jadwal Imunisasi TT
Antigen Interval
(selang waktu minimal) Lama perlindungan % perlindungan
TT1 Pada kunjungan antenatal pertama - -
TT2 4 minggu setelah TT 1 3 tahun 80
TT3 6 bulan setelah TT2 5 tahun 95
TT4 1 tahun setelah TT 3 10 tahun 99
TT5 1 tahun setelah TT4 25 tahun/seumur hidup 99


6) Jadwal Kunjungan Ulang
a) Kunjungan I (16 minggu) di lakukan untuk :
- Penapisan dan pengobatan anemia.
- Perencanaan persalinan.
- Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya.
b) Kunjungan II (24 – 28 minggu) dan kunjungan III (32 minggu) dilakukan:
- Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya
- Penapisan pre eklamesia, gamelli, infeksi alat reproduksi dan saluran perkemihan.
- Mengulang perencanaan persalinan.
c) Kunjungan IV (36 minggu sampai lahir) :
- Sama seperti perkunjungan II dan III.
- Mengenali adanya kelainan letak dan presentasi.
- Mengenali tanda-tanda persalinan.

3. Karakteristik Ibu Hamil Yang Melaksanakan Antenatal Care
a. Pengertian Karakterisrik
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah ciri-ciri khusus atau mempunyai sifat khas sesuai dengan perwatakan tertentu. Adapun ciri-ciri yang akan diteliti pada ibu hamil yang melaksanakan ANC adalah umur, pendidikan, paritas, tingkat pendapatan dan jarak lokasi rumah ibu hamil.
b. Umur ibu hamil
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Umur adalah lama waktu hidup atau sejak dilahirkan. Umur sangat menentukan suatu kesehatan ibu, ibu dikatakan beresiko tinggi apabila ibu hamil berusia dibawah 20 tahun dan di atas 35 tahun. Umur berguna untuk mengantisipasi diagnosa masalah kesehatan dan tindakan yang dilakukan. Macam-macam usia menurut KBBI di klasifikasikan sebagai berikut:
1) Usia menikah
Adalah usia yang dianggap cocok secara fisik dan mental untuk menikah (kira-kira di atas 20 tahun).
2) Usia produktif
Adalah usia ketika seorang atau masih mampu bekerja menghasilkan sesuatu.
3) Usia reproduksi
Adalah masa diantara pubertas dan menopause yang pembuahannya sering kali jadi positif.
4) Usia sekolah
Adalah usia dianggap cocok bagi anak secara fisik dan mental untuk masuk sekolah.
5) Usia lanjut
Adalah tahap masa tua (usia 60 tahun ke atas).
6) Usia senja
Adalah usia 50 tahun ke atas.



c. Pendidikan ibu hamil
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, pembuatan cara mendidik. Kemahiran menyerap pengetahuan akan meningkat sesuai dengan meningkatnya pendidikan seseorang dan kemampuan ini berhubungan erat dengan sikap seseorang terhadap pengetahuan yang diserapnya. Menurut UU No 2 tahun 1989, bahwa jenjang pendidikan yang termasuk jalur pendidikan sekolah terdiri dari:
1) Pendidikan Dasar
Meliputi sekolah dasar/Madrasah Ibtidaiyah dan SMP / MTs.
2) Pendidikan Menengah
Meliputi SMU dan kejuruan serta Madrasah Aliyah.
3) Pendidikan Tinggi
Meliputi Akademi, Institut, Sekolah tinggi dan Universitas.
4) Tidak sekolah/belum sekolah adalah mereka yang tidak mau atau belum pernah sekolah termasuk mereka yang tamat atau belum tamat taman kanak-kanak yang tidak melanjutkan ke SD (BPS Propinsi , 2004).


d. Paritas ibu hamil
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Paritas adalah keadaan kelahiran (partus) atau jumlah anak yang dilahirkan baik lahir hidup, lahir mati, maupun abortus sampai saat hamil terakhir. Bertolak belakang pada kepercayaan masyarakat bahwa persalinan akan semakin mudah dengan semakin banyaknya pengalaman melahirkan, persalinan yang berulang-ulang justru mempunyai banyak resiko, sedangkan komplikasi yang serius meningkat pada persalinan ketiga dan seterusnya (Depkes RI, 1997).
Paritas (hamil dan lahir hidup) dengan interval kurang dari 2 tahun, jumlah kehamilan di atas 4 kali, umur saat hamil terlalu muda (kurang dari 20 tahun) atau sudah tua (di atas 35 tahun) adalah resiko tinggi bagi ibu. Usia 20-30 tahun adalah periode untuk melahirkan, pencegahan resiko pada kehamilan dapat dihindarkan dengan 4 T (terlalu banyak anak, terlalu dini, terlalu lambat dan terlalu rapat).

e. Tingkat pendapatan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Pendapatan adalah hasil kerja (usaha) sehubungan dengan penghasilan. Penghasilan dalam penelitian ini adalah menyangkut penghasilan keluarga dan di klasifikasikan sebagai berikut :
1) Tingkat penghasilan tinggi bila penghasilan keluarga rata-rata perbulan antara Rp. 451.000-Rp. 650.000
2) Tingkat penghasilan sedang bila penghasilan keluarga rata-rata perbulan antara Rp. 251.000-Rp. 450.000
3) Tingkat penghasilan rendah bila penghasilan keluarga rata-rata perbulan antara Rp. 50.000-Rp. 250.000 (BPS, 2005).

f. Jarak
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Jarak adalah ruang sela (panjang dan jauh) antara dua benda atau tempat. Jarak menggambarkan keterjangkauan pelayanan kesehatan dalam kaitannya dengan pelayanan gawat darurat kebidanan. Bila tidak terjangkau fasilitas pelayanan kebidanan merupakan kegagalan paling kritis dalam sistem kesehatan (IBI, 1997). Jarak dikatakan jauh bila lebih dari 3.000am dan dikatakan dekat jika kurang dari 3.000 m (BPS, 2005).

B. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti (Notoatmodjo, 2005). Konsep adalah suatu abstraksi yang dibentuk dengan menggeneralisasikan suatu pengertian. Oleh karena itu konsep tidak dapat di ukur dan diamati secara langsung. Agar dapat diamati dan dapat di ukur, maka konsep tersebut harus dijabarkan ke dalam variabel-variabel. Dari variabel itulah konsep dapat diamati dan di ukur (Notoatmodjo, 2005).
Sesuai dengan tujuan penelitian, kerangka konsep dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik tentang ibu hamil yang melaksanakan antenatal care. Variabelnya meliputi: umur, pendidikan, paritas, tingkat pendapatan, serta jarak lokasi rumah ibu hamil ke BPS.
Berdasarkan kerangka teori yang ada, maka kera ngka konsep dapat di gambarkan sebagai berikut :






Gambar 3.1 Bagan Kerangka Konsep Penelitian

"

No comments :

KOTAK PENCARIAN:

ARTIKEL YANG BERHUBUNGAN:

=====
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...