KTI KEBIDANAN : STUDY KORELASI TNGKAT PENGTAHUAN IBU TNTANG ASI TERHADAP PEMBERIAN PASI PADA BAYI 0-6 BULAN DI PUSKESMAS

KTI KEBIDANAN : STUDY KORELASI TNGKAT PENGTAHUAN IBU TNTANG ASI TERHADAP PEMBERIAN PASI PADA BAYI 0-6 BULAN DI PUSKESMAS

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian
IQ sangat dipengaruhi oleh pemberian ASI. Anak-anak dengan pemberian ASI yang cukup, mempunyai IQ yang lebih tinggi (sekitar 3 – 8 point) dibandingkan dengan anak-anak yang tidak diberikan ASI atau diberikan ASI dalam waktu yang singkat. Faktor-faktor yang mempengaruhi antara lain adalah kandungan gizi dalam ASI yang berpengaruh terhadap otak bayi yang juga turut mempengaruhi perkembangan inteligensi bayi.

Manfaat ASI bahkan telah dikampanyekan oleh UNICEF (United Nations Children's Fund) melalui Pekan Menyusui Sedunia atau World Breastfeeding Week yang diselenggarakan setiap tanggal 1-7 Agustus. Kampanye itu antara lain mengajak masyarakat di seluruh dunia, terutama kaum ibu, untuk memberikan manfaat ASI kepada bayi serta mengenal manfaat pemberian ASI bagi dirinya sendiri.
Pemberian ASI dari awal kelahiran sampai 4-6 bulan akan menjadikan sendi-sendi kehidupan yang terbaik baginya kelak. ASI juga menjamin bayi tetap sehat dan memulai kehidupannya dalam cara yang paling sehat. Karena ASI adalah makanan terbaik diawal kehidupan bayi (Soetjiningsih, 1997).
Para ahli menemukan bahwa manfaat ASI akan sangat meningkat bila gizi hanya diberi ASI saja selama 6 bulan pertama kehidupannya. Peningkatan ini sesuai dengan lamanya pemberian ASI eksklusif serta lamanya pemberian ASI bersama-sama dengan makanan padat setelah bayi berumur 6 bulan. Melalui ASI eksklusif akan lahir generasi baru yang sehat secara mental emosional dan sosial (Soetjiningsih, 1997).
Namun, menurut para ahli saat ini banyak ibu-ibu baru yang memberikan bayi mareka PASI, tetapi mereka menghentikannya lebih awal. Hal tersebut terjadi karena banyak sekali hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian PASI.
Seiring dengan perkembangan zaman, terjadi pula peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian pesat. Ironinya, pengetahuan lama yang mendasar seperti pemberian ASI justru kadang terlupakan. Padahal kehilangan pengetahuan dalam pemberian ASI merupakan kehilangan yang besar, karena pemberian ASI adalah suatu pengetahuan yang berjuta-juta tahun mempunyai peran penting dalam mempertahankan kehidupan manusia. Pengaruh kemajuan tehnologi dan perubahan sosial budaya juga mengakibatkan ibu-ibu diperkotaan umumnya bekerja diluar rumah dan makin meningkat. Ibu-ibu golongan ini menganggap lebih praktis membeli dan memberikan susu botol daripada menyusui, semakin meningkatnya jumlah angkatan kerja wanita diberbagai sektor, sehingga semakin banyak ibu harus meninggalkan bayinya sebelum berusia 4 bulan, setelah habis cuti bersalin. Hal ini menjadi kendala tersendiri bagi kelangsungan pemberian ASI eksklusif dan adanya mitos-mitos yang menyesatkan juga sering menghambat dalam pemberian ASI (Ebrahim, 1986).
Tingkat pengetahuan ibu yang kurang tentang pemberian PASI mengakibatkan kita lebih sering melihat bayi diberi susu botol dari pada disusui ibunya, bahkan kita juga sering melihat bayi yang baru berusia 1 bulan sudah diberi pisang atau nasi lembut sebagai tambahan ASI. Pemberian susu formula, makanan padat / tambahan yang terlalu dini dapat mengganggu. Pemberian ASI eksklusif serta meningkatkan angka kesakitan pada bayi. Selain itu tidak ditemukan bukti yang menyokong bahwa pemberian susu formula, makanan padat / tambahan pada usia 4 atau 5 bulan lebih menguntungkan. Bahkan sebaliknya, hal ini akan mempunyai dampak yang negatif terhadap kesehatan bayi dan tidak ada dampak positif untuk perkembangan pertumbuhannya (I Gde Manuaba, 1998).
Program peningkatan penggunaan ASI (PP-ASI) khususnya ASI eksklusif merupakan program prioritas, karena dampaknya luas terhadap status gizi dan kesehatan balita. Program prioritas ini berkaitan dengan kesepakatan global antara lain, deklarasi Incocenty (Italia) pada tahun 1990 tentang perlindungan, promosi dan dukungan terhadap penggunaan ASI, disepakati pula untuk pencapaian pemberian ASI eksklusif sebesar 80% pada tahun 2000 (Anwar, Harian Pelita, www.Depkes.co.id)
Pemberian ASI saja (ASI eksklusif) dianjurkan sampai bayi berumur 6 bulan kenyataannya di Indonesia hampir semua bayi mendapatkan ASI, namun hanya sekitar 52% ibu memberikan ASI eksklusif. Cakupan pemberian ASI eksklusif di Propinsi Jawa Tengah adalah 34,53% dari 57,208 (Laporan Tahunan Promkes tahun 2005). Cakupan pemberian ASI eksklusif di Tembalang Semarang adalah 13,49% dari 2,950 (Laporan tahunan Dinkes Tembalang Semarang 2004-2005. Di Puskesmas Pembantu Sambiroto hanya 20% dari 100 bayi yang diberikan PASI (Laporan Puskesmas Pembantu 2006).

Berdasarkan hasil pra survey yang telah dilakukan oleh penulis di Wilayah Puskesmas Pembantu Sambiroto Tembalang Semarang 2006, didapatkan dari 100 bayi terdapat 20 bayi (20 %) yang tidak diberikan ASI eksklusif. Dilihat dari tingkat pendidikan ibu di wilayah Puskesmas Pembantu Sambiroto rata-rata pendidikan ibu SMP, sehingga ibu memberikan bermacam-macam makanan seperti susu formula, air teh, nasi lembut, pisang.
Melihat hal tersebut diatas, penulis tertarik untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian makanan atau minuman pendamping ASI pada ibu menyusui di Wilayah Puskesmas Pembantu Sambiroto Tembalang Semarang.

1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, di Indonesia terdapat 52% ibu menyusui yang memberikan ASI eksklusif di Jawa Tengah; 34,53% ibu-ibu menyusui yang memberikan ASI eksklusif di Tembalang Semarang 13,49%; ibu-ibu menyusui yang memberikan ASI eksklusif. Desa Sambiroto terdapat 20% ibu-ibu menyusui yang memberikan PASI pada usia 0-6 bulan. Dari hasil pra survey, ternyata masih banyak bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif di Wilayah Puskesmas Pembantu Sambiroto Tembalang Semarang.

1.3 Rumusan Masalah
Masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan pemberian PASI pada bayi 0-6 bulan di Wilayah Puskesmas Pembantu Sambiroto Tembalang Semarang.
1.4 Pertanyaan Penelitian
Bagaimana hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan pemberian PASI pada bayi 0-6 bulan di Wilayah Puskesmas Sambiroto Tembalang Semarang.

1.5 Tujuan Penelitian
1.5.1 Tujuan Umum
Mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang ASI terhadap pemberian PASI pada bayi 0-6 bulan di Wilayah Puskesmas Pembantu Sambiroto Tembalang Semarang.

1.5.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui karateristik responden yang memberikan PASI pada bayi 0 – 6 bulan (Umur, Paritas, Pendidikan, Pekerjaan, Wilayah Puskesmas Pembantu Sambiroto Tembalang Semarang 2006.
2. Mengetahui hubungan pengetahuan ibu terhadap pemberian PASI pada bayi 0-6 bulan di Wilayah Puskesmas Pembantu Sambiroto Tembalang Semarang 2006.

1.6 Manfaat Penelitian
1.6.1 Bagi Institusi Akademi Kebidanan.
Sebagai salah satu bahan pustaka bagai peneliti selanjutnya.
1.6.2 Bagi Puskesmas Pembantu Sambiroto
Diharapkan akan memberi manfaat sebagai bahan masukan atau tambahan dalam memberikan pengetahuan pada ibu menyusui.
1.6.3 Bagi Ibu
Khususnya ibu menyusui diharapkan dapat menambah dan meningkatkan pengetahuan ibu tentang cara pemberian PASI
1.6.4 Bagi Penulis
Dapat menambah wawasan keilmuan dan pengalaman dalam memberikan Asuhan Kebidanan kepada ibu.

1.7 Ruang Lingkup Penelitian
1.7.1 Jenis penelitian : Deskriptif
1.7.2 Objek penelitian :
a. Variabel Terikat : PASI
b. Variabel Bebas : 1. Karakteristik Responden
2. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang ASI
terhadap Pemberian PASI
1.7.3 Subjek Penelitian : Ibu menyusui yang mempunyai bayi 0-6 bulan
1.7.4 Lokasi Penelitian : Di Wilayah Puskesmas Pembantu Sambiroto Tembalang Semarang.
1.7.5 Waktu Penelitian : Januari s/d Mei 2006


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian ASI
Air Susu Ibu (ASI) adalah bahan makanan alami, ideal, dan fisiologis, mengandung nutriet lengkap dengan komposisi yang sesuai bagi bayi yang lahir dengan cukup umur dalam bulan-bulan pertama kehidupan mereka. ASI adalah bahan makanan alamiah bagi bayi yang lahir dengan cukup umur dalam bulan-bulan pertama kehidupannya (Nelson, 1987:267). ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein dan garam-garam organik yang disekresi kedua belah kelenjar payudara ibu sebagai makanan utama bagi bayi (Soetjiningsih, 1997:20).

2.1.1 Mengukur Kecukupan ASI pada Bayi
Untuk melihat apakah bayi cukup mendapat ASI atau tidak, dapat dilakukan suatu cara yaitu dengan uji kebasahan. Ibu perlu memperhatikan berapa kali bayi kencing dalam satu hari. Dalam satu hari bayi harus kencing 1 x atau lebih, dan air seni biasanya tidak berwarna atau berwarna kuning pucat. Bila bayi hanya menyusu dan ia kencing 6x sehari, berarti ia cukup mendapatkan ASI. Bila ibu memberikan bayi air atau minuman lain, uji ini tidak ada manfaatnya (F. Savage King, 1993). Timbang bayi untuk memeriksa kenaikan berat badan yang tertera pada Kartu Menuju Sehat (KMS, dapat menjadi barometer apakah bayi cukup mendapat ASI atau tidak. Bayi yang sehat pertambahan berat badannya antara setengah sampai satu kilogram per bulan atau paling sedikit 125 g dalam seminggu (F. Savage King, 1993).

2.1.2 Cara Meningkatkan Asupan ASI
a. Ibu harus diberi kepercayaan dan dibuat merasa bahwa ia akan menghasilkan ASI yang cukup.
b. Ibu harus diusahakan untuk beristirahat lebih banyak dan mencoba bersantai saat menyusui bayinya.
c. Ibu harus makan – makanan yang bergizi dan minum yang banyak
d. Bayi harus dekat dengan ibu dan ditangani ibu sesering mungkin
e. Menyusui bayi lebih sering
f. Ibu harus menyusui bayinya walaupun pada malam hari
g. Bila diketahui ada perangsang ASI setempat yang bermanfaat, ibu dianjurkan untuk menggunakannya.

2.2 Pengertian PASI
Makanan pendamping ASI adalah makanan yang diberikan kepada bayi. Setelah cukup bulan untuk melengkapi kebutuhan zat gizi yang diperlukan bagi bayi karena produksi ASI mulai menurun, dimana bayi secara perlahan-lahan dibiasakan dengan makanan orang dewasa. Makanan pendamping ASI adalah makanan pengganti air susu ibu yang berupa susu sapi atau sering disebut susu formula (Hendrawan Nadesol, 1999).
PASI adalah makanan yang diberikan pada bayi apabila ASI tidak tersedia, yang secara tunggal dapat memenuhi kebutuhan gizi dan pertumbuhan serta pertimbangan bayi sampai berumur antara 0-6 bulan.
PASI adalah susu sapi yang diformulasikan sedemikian rupa sehingga komposisinya mendekati ASI (Muchtadi, 2002:59).
Indikasi pemberian PASI :
1. Ibu Menderita Demam Tinggi.
2. Buah dada Ibu bengkak dan bernanah.
3. Ibu menderita penyakit gondok toksik yang mendapat pengobatan anti tiroid
4. Penyakit menahun yang sangat melemahkan keadaan Ibu.

2.2.1 Kapan PASI dapat digunakan?
PASI dapat diberikan kepada bayi bilamana ibu tidak dapat memberikan ASI, untuk seluruh atau sebagian karena berbagai sebab seperti :
- Produksi ASI tidak cukup atau tidak ada
- Ibu meninggal dunia
- Ibu menderita penyakit berat seperti septisemia tuberkulosis paru-paru yang aktif, kelainan jantung berat
- Ibu meninggalkan rumah karena bekerja atau sebab-sebab lain
- Anak sakit dan dirawat dirumah sakit.

Ada beberapa masalah yang berdampak negatif dalam pemberian PASI antara lain :
1. Terjadi kontaminasi, terutama bila dalam penyiapan dan pemberiannya kurang memperhatikan segi-segi kesehatan.
2. Dapat terjadi kegagalan tumbuh kembang, misalnya pemberian PASI terlalu encer, sebaliknya dapat terjadi kegemukan (Obesitas), karena pemberian PASI yang terlalu kental dan diberikan secara bebas.
3. Adanya perubahan perilaku terutama yang menyangkut hubungan bathin antara bayi dan ibu.
4. PASI juga harus dibeli sekalipun harganya mahal

2.2.2 Bahaya Pemberian Susu Botol
1. Adanya pengadaan air yang baik (untuk membuat susu dan membersihkan alat).
2. Pendidikan ibu cukup, yang sangat penting dalam penakaran susu dan sterilisasi alat-alat.
3. Sosial ekonomi lebih baik sehingga memungkinkan membeli susu sesuai dengan kebutuhan.

Pemberian PASI yang tepat yaitu setelah bayi berusia + 6 bulan, karena dengan pemberian makanan tambahan kepada bayi yang belum berusia 6 bulan dapat menyebabkan sukar tidur dimalam hari, juga dapat menyebabkan penyakit-penyakit seperti: sakit perut, mencret atau sembelit (sukar BAB), infeksi, kurang darah danm alergi. Hal ini disebabkan adanya kelemahan PASI yang telah disebutkan diatas. Tetapi disisi lain ada juga kelebihan PASI yaitu mengandung gizi yang cukup, apabila si ibu dalam keadaan sakit atau kurang gizi, PASI dapat diberikan tanpa takut menularkan penyakit pada bayinya. Namun walaupun ada kelebihan dan kekurangan, ASI tetaplah yang terbaik bagi bayi. (Brinch, 1996, 73).
Beberapa jenis susu pengganti ASI untuk bayi
1. Susu Penuh Cair (Liquid Whole Milk)
a. Susu sapi
b. Susu kerbau
2. Tepung Susu Penuh (Whole Milk Powder)
3. Tepung Susu Skim (Tanpa lemak/kadar lemak rendah)
4. Susu Kental Penuh (Condensed Whole Milk)
5. Susu Asam (Yoghurt)
6. Susu Formula (Adapted)

Jenis susu formula ini yang banyak digunakan sebagai susu pengganti ASI karena berasal dari susu sapi yang diformulasi sedemikian rupa sehingga komposisinya mendekati ASI sehingga cocok bagi bayi baru lahir, sampai berumur 4 bulan atau sebagai susu lanjutan yang diperuntukkan bagi bayi berumur 6 bulan keatas. (Muchtadi, 2002, 43).

2.3 Faktor Pengetahuan
2.3.1 Pengertian Pengetahuan
Menurut Bloom (bloom, 1975), pengetahuan adalah pemberian bukti oleh seseorang melalui proses pengikat atau pengenalan informasi, ide yang sudah diperoleh sebelumnya. Bloom mengelompokan pengetahuan ke dalam ranah kognitif dan menempatkan sebagai urutan pertama dari ranah kognitif, karena pengetahuan merupakan unsur dasar untuk membentuk tingkat-tingkat ranah sebelumnya yang meliputi pemahaman, penerapan, analisis, sinetesis dan penelitian.
Menurut Skiner, seperti diikuti oleh Notoatmodjo (Notoatmodjo, 1993), bila seseorang dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai satu bidang tertentu dengan lancar dan baik secara lisan dan tulisan, maka dikatakan mengetahui bidang itu. Sekumpulan jawaban verbal yang diberikan orang tersebut dinamakan pengetahuan.
Sementara itu Notoatmodjo (2003) membagi tingkat pengetahuan sebagai berikut :
1. Tahu (Know)
Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

2. Memahami (Comprehension)
Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menyelesaikan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
3. Aplikasi (Aplication)
Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya)
4. Analisis (Analysis)
Suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis (Synthesis)
Suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi-formulasi yang ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkatan di atas.
2.3.2 Pengetahuan yang Salah tentang Alasan Ibu Memberikan PASI
Sehubungan dengan faktor pengetahuan di atas, ASI yang tidak cukup merupakan alasan paling sering bagi ibu yang ingin cepat memberikan bayi mereka susu sapi atau bubur dari tepung biji-bijian. Alasan tersebut juga sering disertai dengan keluhan seperti :
- Payudara terasa kosong atau telah berhenti mengeluarkan ASI
- Bayi menangis terlalu sering
- Bayi sering ingin menyusu (F. Savage King, 1993).

Pada dasarnya, banyak hal yang menyebabkan bayi menangis selain karena lapar, seperti takut, kesepian, merasa bosan, kapanasan, atau tidak nyaman (Utami Roesly, 2000).
Harus diketahui bahwa Tuhan telah menciptakan tubuh manusia yang cerdas. Umumnya, tidak ada ibu yang tidak dapat menyusui (2 – 5%) yang secara biologis memang kurang produksi ASI nya. Selebihnya 95-98% ibu menyusui dapat menghasilkan ASI yang cukup untuk bayinya (Utami Roesly, 2000).
Posisi ibu dalam menyusui dapat mempengaruhi ketidaknyamanan bayi dalam mendapatkan ASI, yang dapat mengakibatkan asupan ASI bagi bayi berkurang. Adapun cara menyusui yang baik adalah sebagai berikut (Utami Roesly, 2000).
a. Duduklah yang enak dan nyaman dikursi atau ditempat yang mempunyai sandaran punggung dan lengan. Pakailah bantal untuk mengganjal bayi supaya tidak terlalu jauh dari payudara.
b. Bila mulai menyusui dengan payudara kiri, letakkan kepala bayi pada siku bagian dalam lengan kiri anda dan badan bayi didekatkan dengan badan ibu, sehingga badan bayi ke badan ibu. Letakkan tangan kiri ibu memegang pantat atau paha kiri bayi.
c. Sanggalah payudara kiri ibu dengan ke 4 jari tangan dibawahnya dan ibu jari di atasnya.
d. Sentuhlah mulut bayi dengan puting susu bayi.
e. Tunggulah sampai bayi membuka mulutnya lebar-lebar.
f. Tengadahkan sedikit kepala bayi dan masukkan secepatnya seluruh puting susu dan areola kedalam mulut bayi, sehingga terletak diantara lidah dan langit-langit mulutnya. Lalu dekap bayi ketubuh ibu dan ujung hidung menyentuh payudara ibu. Dengan ibu jari tekanlah sedikit payudara kiri ibu supaya bayi dapat bernafas dengan baik.
g. Setelah selesai menyusui, untuk melepas hisapan bayi tekanlah dagunya atau pijatlah hidungnya.
h. Setelah itu sebelum menyusui dengan payudara yang satu lagi, sandawakan dulu bayi anda agar ia tidak muntah.
Pengeluaran ASI dapat diikuti dengan merangsang aliran ASI, dengan cara :
a. Urutlah payudara dengan cara mengurut payudara bagian atas, tekan jari-jari tangan sambil melakukan gerakan memutar.
b. Setelah beberapa detik lakukan gerakan memutar ini disekeliling payudara kearah puting susu.
c. Usaplah payudara mulai dari bagian atas menuju ke daerah puting susu dengan menggunakan ujung-ujung jari. Gerakan ini dapat memberikan rasa tenang dan merangsang reflek pengeluaran ASI.
d. Guncanglah payudara ketika anda membungkuk ke depan. Posisi ini akan membantu mengalirkan ASI keluar.

2.3.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan PASI
Faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan PASI antara lain:
1. Perubahan sosial budaya
- Ibu – ibu bekerja atau kesibukan sosial lainnya.
- Meniru teman, tetangga atau orang terkemuka yang memberikan susu botol.
- Merasa ketinggalan zaman jika menyusui bayinya.
2. Faktor Psikologis
- Takut kehilangan daya tarik sebagai seorang wanita.
- Tekanan batin.
3. Faktor Fisik Ibu
- Ibu sakit, misalnya mastitis, panas dan sebagainya.
4. Faktor kurangnya petugas kesehatan, sehingga masyarakat kurang mendapat penerangan atau dorongan tentang manfaat pemberian ASI.
5. Meningkatkan promosi susu kaleng sebagai pengganti ASI.
6. Penerangan yang salah justru datangnya dari petugas kesehatan sendiri yang menganjurkan penggantian ASI dengan susu kaleng. (Soetjiningsih,2002)

"

No comments :

KOTAK PENCARIAN:

ARTIKEL YANG BERHUBUNGAN:

=====
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...