"Jet Lag, gangguan fisiologis seperti malaise (kelelahan), sakit kepala, dan insomnia, yang dikaitkan dengan perjalanan udara yang melintasi zona waktu yang berbeda. Jet lag terjadi ketika jam biologis individu (irama sirkadian) yang melakukan perjalanan jauh tidak sesuai dengan zona waktu di tempat tujuan, sehingga mengganggu pola harian tidur, makan, dan aktivitas lainnya. Beberapa atau semua gejala dapat terjadi selama beberapa hari sampai tubuh mampu menyesuaikan dengan waktu di sekitarnya. Jet lag harus dibedakan dengan keletihan akibat stres atau keletihan karena perjalanan jauh.
Penyebab
Jet lag hanya terjadi pada penerbangan ke arah timur atau barat yang melintasi tiga atau lebih zona waktu yang berbeda. Penerbangan dari selatan ke utara atau sebaliknya tidak melintasi zona waktu yang berbeda dan tidak menyebabkan jet lag. Teknisnya demikian, jika seseorang terbang mengelilingi bumi dan kembali ke zona waktu yang sama, dia tidak akan mengalami jet lag.
Orang yang melakukan penerbangan ke arah timur biasanya mengalami jet lag yang lebih para daripada ke arah barat. Karena satu hari di bagian timur lebih pendek, individu yang terbang ke arah timur akan mengalami gangguan irama sirkadian lebih berat dan perlu waktu 50% lebih lama untuk kembali pulih. Jika individu terbang dari timur ke barat, dia akan mengalami satu hari yang lebih lama dari biasanya; siklus normal tubuh sekitar 25 jam, akan lebih mudah bagi tubuh untuk menyesuaikan perubahan ini.
Secara normal irama sirkadian tubuh setiap hari menyesuaikan dengan siklus malam dan siang, sehingga berkaitan dengan sinar matahari. Faktor lain, seperti makanan, minuman, kerja, aktivitas, alarm penanda waktu, dan kebisingan, turut berperan dalam usaha tubuh menyesuaikan dengan dengan jam tubuhnya (internal). Apabila tubuh tiba-tiba dipaksa ke zona waktu yang berbeda, semua penanda waktu ini tidak sesuai dengan irama alami tubuh dan menimbulkan gejala jet lag.
Siklus terang dan gelap mengendalikan irama sirkadia melalui kelenjar pineal.ketika sinar masuk ke mata mencapai retina, kemudian memberi sinyal ke hipotalamus yang mengendalikan kelenjar pineal. Kelenjar pineal ini kemudian mengeluarkan melatonin, yang bertanggung jawab untuk mengatur mengantuk saat malam dan terjaga di siang hari.
Gejala
Perlu waktu sampai dua minggu untuk pulih dari jet lag. Gejalanya meliputi tidur seharian; insomnia; disorientasi; sulit berkonsentrasi; refleks lebih lambat; gangguan pencernaan, penurunan selera makan, merasa lapar di waktu-waktu yang tidak biasanya; pergi ke kamar mandi lebih sering di malam hari; peka rangsangan, depresi, gangguan mood (yang mungkin disebabkan kurang tidur); sakit kepala; gangguan siklus menstruasi, yang terutama cenderung terjadi pada wanita yang sering bepergian, seperti pramugari.
Individu yang sedang menjalani terapi obat oral mungkin akan mengalami efektivitas obat yang bervariasi. Individu yang menderita ulkus peptikum (gangguan pencernaan) mungkin akan semakin parah. Kondisi ini disebabkan produksi asam lambung yang efeknya sebagai pelindung mukosa saluran pencernaan menurun akibat tidak masuknya makanan di waktu yang seharusnya.
Pengobatan
Pengobatan harus didasarkan pada penyebab gejala sehingga akan lebih efektif. Jika perjalanan hanya dalam beberapa hari, mempertahankan pola rutin tubuh mungkin dapat tetap dilanjutkan. Sebagai contoh, waktu makan dan tidur di jam biasa seperti saat di rumah, dan menyesuaikan pergi keluar saat tubuh mengira melakukannya di waktu siang hari. Diet berperan penting untuk mengurangi efek jet lag; menghindari alkohol, sebelum, setelah, dan segera setelah penerbangan, dan mengonsumsi cairan yang tidak mengandung alkohol selama penerbangan sangat dianjurkan. Penelitian terkini menyarankan suplemen melatonin juga dapat mengurangi jet lag.
Sumber: 'Jet Lag.' Microsoft® Student 2008 [DVD]. Redmond, WA: Microsoft Corporation, 2007. "
asuhan keperawatan askep pengertian penyebab etiologi patofisiologi pathway tanda gejala pemeriksaan penunjang tinjauan teoritis pengkajian chf hipertensi flu babi gastritis hiv aids impetigo kehamilan normal nutrisi nyeri osteoartritis osteomielitis hipertensi pankreatitis parkinson penyakit jantung koroner perioperati peritonitis pneumonia ppok ppom rematik retinoblastoma sinusitis skizofrenia sle talasemia tbc tetanus thalasemia tonsilitis tuberculosis tuberkulosis urtikaria urtikaria vertigo
No comments :
Post a Comment