Senin, 02 Januari 2012 | 11:06 WIB
TEMPO.CO, Washington - Membuang sebagian lemak dari tubuh dan menjaga agar tak kembali lagi adalah sesuatu yang sulit. Selain sulit, diet lemak tingkat tinggi, meskipun hanya dilakukan sebentar, dapat menyebabkan luka di otak.
Para ahli yang meneliti otak binatang pengerat yang tumbuh gemuk telah menemukan, ketika diharuskan diet ketat, hewan-hewan itu mengalami luka di hyphothalamus--sebuah area di otak yang mengontrol keinginan untuk makan dan mengirimkan sinyal untuk berhenti makan ketika kenyang.
Gejala kerusakan yang sama juga ditemukan di otak manusia yang mengalami kegemukan. "Setelah 24 jam memberlakukan diet ketat pada binatang pengerat, kami menemukan luka di daerah hypothalamus," kata Dr Michael Schwarts, seorang endokrinolog di University of Washington, Amerika Serikat.
Menurut Centers for Disease Control and Prevention, sepertiga orang Amerika mengalami obesitas yang disebabkan peradangan di jaringan dan organ tubuh. Namun radang ini tak sama dengan reaksi akibat alergi. Ini adalah jenis peradangan level rendah yang menetap di dalam tubuh.
Schwartz dan rekan-rekannya menduga bahwa obesitas kemungkinan diakibatkan adanya peradangan di hyphothalamus. "Yang kemungkinan mencegah otak untuk merespons hormon seperti insulin yang mengatur berat tubuh kita," ujar Dr Joshua Thaler, yang juga endokrinolog dari University of Washington.
Para peneliti membandingkan antara tikus besar dan tikus biasa yang makan dalam diet ketat dengan tikus yang makan dengan porsi biasa selama empat minggu. Pada tikus yang melakukan diet lemak ketat, peneliti menemukan kondisi gliosis, yaitu perkembangan sel astrosit, yang merusak jaringan saraf utama dan ditandai dengan peradangan.
Kejadian yang sama ditemukan pula pada otak 34 orang sehat dengan berat badan bervariasi. Fakta menunjukkan adanya hubungan antara berat badan dan gliosis seperti yang ditemukan pada hewan pengerat. "Pada orang yang obesitas, terdapat lebih banyak gliosis ketimbang mereka yang kurus," ujar Thaler.
LIVE SCIENCE I ARBA'IYAH SATRIANI
No comments :
Post a Comment