KOMPAS.com — Ada sejumlah orang yang banyak makan, tetapi tetap saja kurus. Kita sering memandang iri apabila memiliki kawan seperti itu. "Mereka diberkahi metabolisme tubuh yang tinggi," kata dr Inge Permadhi, MS, SpGK, spesialis gizi klinis dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Namun, apakah orang dengan "bakat" gemuk atau yang memiliki metabolisme tubuh kurang baik tidak bisa langsing? "Kalau kita tidak makan banyak, ya, tidak akan gemuk, kan?" ujarnya.
Daripada kita menumpuk rasa iri, lebih baik belajar dari kawan yang langsing itu. Mereka pasti memiliki kebiasaan-kebiasaan yang membuat jarum timbangan enggan beranjak ke angka yang lebih besar.
Si langsing pilih makanan yang banyak mengandung air
Profesor bidang nutrisi dari Pennsylvania State University, Barbara Rolls, melakukan penelitian tentang kepadatan kalori dengan membuat rasio antara jumlah kalori dan bobot makanan. Hasilnya, makanan dengan kandungan air yang tinggi (yang tentunya memiliki bobot lebih berat), seperti buah, sayur, sop tanpa krim, dan gandum kukus atau rebus, memiliki kandungan kalori rendah, tetapi mengenyangkan karena kaya akan serat.
Perempuan bertubuh langsing sering memulai makan dengan hidangan pembuka salad atau sop dalam porsi banyak. Akibatnya, mereka akan makan hidangan utama lebih sedikit. "Kebiasaan ini dapat mengurangi sekitar 12 persen dari total kalori yang biasa disantap," ia menerangkan. Menariknya lagi, makanan dengan kandungan air yang tinggi efektif mencegah makan lebih banyak dibandingkan dengan minum banyak air putih.
Si langsing tahu apa yang cocok untuk tubuhnya
Penelitian menunjukkan, sepertiga warga Amerika Serikat menjalankan diet, tetapi 64 persen penduduknya kelebihan berat badan atau obesitas. Dari angka tersebut terlihat bahwa kita berusaha menjalankan bermacam-macam jenis diet, tetapi jarang yang berhasil. Perbedaan terbesar si langsing dengan orang kebanyakan adalah mereka memiliki cara tersendiri yang sangat spesifik, personal, tetapi efektif.
"Mereka sudah meninggalkan mindset "salah-benar" dan "baik-buruk". Mereka hanya berpatokan pada cara yang sukses membuat berat badan tetap stabil," ujar psikolog Stephen Gullo.
Saat kebiasaan hidup sehat sudah menjadi bagian dari keseharian, maka tidak diperlukan lagi penghitungan kalori ataupun pencatatan jarak joging yang berhasil ditempuh hari ini.
Si langsing makan teratur
Perempuan langsing akan berhenti makan saat perut kenyang, tetapi mereka juga tidak membiarkan diri kelaparan. "Kasus yang saya temui dari 15.000 pasien lebih, kebiasaan nomor satu yang membuat orang kehilangan kontrol terhadap makanan adalah tidak makan pagi atau malam," kata Gullo, yang banyak menangani pasien yang memiliki masalah dengan berat badan.
Hal yang sama disampaikan oleh dr Inge. "Jadwal makan harus teratur bila kita ingin mengontrol rasa lapar," ujarnya. Ia menyarankan minimal makan tiga kali sehari. Apabila ingin menambah porsi makan, meski jumlahnya sedikit, ia mengingatkan agar kita tetap memperhatikan jumlah kalori yang masuk agar tetap sesuai kebutuhan.
Si langsing membatasi pilihan
Banyak yang mengatakan, kita membutuhkan variasi makanan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi secara optimal. Namun, penelitian Barbara Rolls menunjukkan, semakin banyak pilihan makanan yang ada, semakin besar pula keinginan untuk menyantapnya. Ini berkaitan dengan kecenderungan panca indera kita yang akan lebih cepat puas terhadap sesuatu yang spesifik. Artinya, saat menyantap seporsi besar menu makanan, perut bisa merasa kenyang dan nafsu makan menurun. Namun, begitu disodori menu makanan lain yang menggiurkan, kita tiba-tiba merasa masih punya ruang di perut untuk menyantapnya.
"Yang terjadi, saat dihadapkan pada beberapa pilihan menu, kita akan memiliki batasan rasa kenyang yang terus bergeser untuk tiap jenis makanan," kata Barbara yang juga menulis The Volumetrics Eating Plan. "Kita akan merasa 'lapar' untuk tiap makanan yang belum dicoba. Terutama makanan yang memiliki rasa, aroma, bentuk, dan tekstur yang berbeda," ia menambahkan.
Meskipun demikian, ia tidak merekomendasikan agar kita membatasi hanya menyantap jenis makanan tertentu agar tetap langsing. "Kita harus meningkatkan variasi makanan dari golongan sayur dan buah yang rendah kalori agar tetap memperoleh nutrisi yang dibutuhkan tubuh," katanya.
Si langsing tidak makan secara emosional
Juli Triharto, penulis buku Hypnolangsing, mengingatkan kita untuk tidak makan secara emosional. Artinya, kita harus memahami tubuh apakah memang lapar secara fisik atau hanya sekadar lapar emosional. "Memenuhi kebutuhan lapar emosional akan berujung pada kegemukan," ia menegaskan. Kenali perbedaan kedua jenis lapar itu, salah satunya dengan mengenali penyebab naiknya berat badan. Apabila kita tahu penyebabnya, kita dapat mencegahnya.
"Stres, sedih, marah, kesepian, dapat membuat kita menyantap es krim, cokelat, atau makanan-makanan lain yang menggemukkan," ujar Stephen Gullo. Si langsing biasanya menyadari dan menghindarinya. Mereka jarang menyimpannya di rumah. "Makan secara emosional biasanya terjadi di rumah," tambahnya.
(Prevention Indonesia/Rooslain Wiharyanti)
No comments :
Post a Comment