KOMPAS.com - Anak, bagi orangtua mungkin tak ada bedanya. Perempuan dan laki-laki, anak pertama, kedua, ketiga, sulung atau bungsu sama saja. Boleh jadi ini pengakuan yang diucapkan hampir semua orangtua. Namun ucapan belum tentu sama dengan apa yang tersimpan di dalam hati. Penulis Jeffrey Kluger, dalam bukunya The Sibling Effect, menuliskan orangtua sebenarnya punya anak kesayangan, hanya saja mereka tak mengungkapkannya.
Menurut Kluger, 95 persen orangtua memiliki anak kesayangan. Sementara para orangtua yang mengaku tak membedakan anak, atau tak memiliki anak kesayangan, cenderung berbohong, katanya.
"Saya meyakini 95 persen orangtua di dunia ini punya anak kesayangan, dan lima persen orangtua cenderung berbohong jika mereka mengatakan tak punya anak kesayangan," katanya.
Kluger melanjutkan, orangtua cenderung menyembunyikan perasaannya ini kepada anak-anaknya. Alasan utamanya, tentunya menjaga perasaan seluruh anggota keluarga agar tak ada yang kecewa. Meski sebenarnya, ayah atau ibu ingin sekali mengungkapkannya kepada anak favoritnya tersebut.
"Meski ingin menunjukkan, orangtua takkan pernah mengungkapkan siapa anak favoritnya," lanjutnya.
Kluger menulis mengenai anak favorit di keluarga ini, juga dilandasi dari pengalaman pribadinya. Kluger, anak kedua, dan anak tertua dari empat bersaudara (semuanya laki-laki) di keluarganya merupakan anak favorit dari ayahnya. Sementara anak ketiga dan si bungsu merupakan anak favorit dari ibunya.
Pengalaman Kluger berbeda dengan studi yang menemukan fakta, bahwa anak favorit ayah biasanya adalah anak perempuan bungsu di keluarga. Sementara, secara umum, ibu memfavoritkan anak laki-laki tertua.
Anak tengah, kata Kluger, tak menjadi favorit orangtua, kecuali anak ini adalah satu-satunya anak laki-laki atau perempuan dalam keluarga. Meski sebenarnya jenis kelamin dan urutan lahir di keluarga tak berpengaruh banyak terhadap pilihan anak kesayangan bagi orangtua.
Bagi Kluger, adalah wajar jika orangtua memiliki anak favorit dalam keluarga. Perilaku narsisme genetik dimulai dalam diri seseorang ketika memiliki anak. Hal ini secara alami akan dialami setiap orang.
"Apa yang kita cari dalam diri seorang anak adalah sifat, karakter, keperibadian yang mengingatkan kita dengan diri kita sendiri," katanya.
Pernyataan Kluger mengenai sebagian besar orangtua punya anak favorit memang kontroversial. Apalagi hal ini bertolak belakang dengan survei terkini Parenting.com, yang menunjukkan hanya 19 persen ibu yang mengakui punya anak favorit dalam keluarga.
Meski begitu, Kluger meyakini, para orangtua nantinya takkan lagi merasa tabu untuk mengutarakan fakta, bahwa memang mereka memiliki anak favorit. Ia yakin, akan semakin banyak orangtua yang berbicara terbuka mengenai anak kesayangannya.
Studi di Inggris menunjukkan fakta lain lagi. Sebanyak 88 persen responden, kaum ibu, mengakui memperlakukan anak perempuan dan laki-laki secara berbeda. Meski pun mereka mengakui perlakuan berbeda ini merupakan sebuah kesalahan. Sementara lebih dari 55 persen ibu mengakui, mereka lebih dekat dengan anak laki-lakinya.
Bagaimana dengan keluarga di Indonesia? Apakah di keluarga Anda punya kecenderungan serupa, atau bisa jadi Anda adalah anak favorit ayah atau ibu Anda?
Sent from Indosat BlackBerry powered by
Sumber: dailymail.co.uk
No comments :
Post a Comment