TEMPO Interaktif, Jakarta-Memanfaatkan media sosial Twitter, para peneliti di Cornell University Amerika menemukan bahwa orang-orang di seluruh dunia terbangun dari tidur dalam kondisi suasana hati (mood) yang bagus. Namun, suasana hati itu secara global menjadi buruk saat orang-orang memasuki jam kerja mereka. Para peneliti tersebut mengamati perilaku 2,4 juta orang di 84 negara.
Dengan melacak 'kicauan' orang-orang di Twitter selama lebih dari dua tahun, para peneliti menemukan bahwa pekerjaan, saat tidur dan jumlah siang hari mempunyai peranan dalam menentukan siklus emosi orang seperti antusiasme, kegembiraan, kewaspadaan, kesedihan, ketakutan dan kemarahan.
Para peneliti sudah mengetahui sejak lama mengenai ritme afektif ini tetapi hanya mendasarkannya pada sedikit sample serta tidak mempunyai data efektif per jam dalam waktu yang lama atas perilaku perorangan di berbagai belahan bumi ini.
Sebelum kemunculan media sosial, ungkap Scott Golder, mahasiswa pascasarjana di bidang sosiologi dan Michael Macy, profesor bidang sosiologi di Cornell University, dalam artikel mereka yang dipublikasikan di jurnal Science pada 29 September, hasil seperti ini sulit diperoleh.
Memanfaatkan gabungan antara Twitter dan perangkat lunak yang memantau bahasa, Golder dan Macy, menemukan sehari dua kali terjadi 'puncak' Tweet yang merepresentasikan sikap positif. Umumnya terjadi pada pagi hari dan mendekati tengah malam, yakni ketika stres akibat pekerjaan menurun. Hal positif ini juga terlihat saat orang-orang terbangun lebih lambat pada akhir pekan.
Pola ini tercermin juga pada berbagai budaya di banyak negara di seluruh dunia, tetapi dengan sedikit perbedaan dalam waktu dan jam kerja. Sebagai contoh, menurut jurnal tersebut, 'kicauan' dan suasana hati yang positif pada pagi hari menjelang siang mencapai puncaknya pada akhir pekan, yakni Jumat dan Sabtu di Arab Saudi. Sementara jam kerja biasa di negara itu adalah Minggu sampai Kamis.
Golder dan Macy juga melacak perilaku orang-orang secara global berdasarkan musim untuk mengevaluasi jika 'winter blues' terwakili di layar Twitter. Diperoleh data bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara lamanya siang hari dengan suasana hati. Tetapi diketahui ada hubungan antara suasana hati dengan perubahan musim seperti berkurangnya waktu siang hari pada musim panas dan musim dingin.
SCIENCE DAILY I ARBA'IYAH SATRIANI
No comments :
Post a Comment