KOMPAS.com - Topi sebagai pilihan aksesori dalam berpenampilan mengalami masa pencerahan di Inggris. Terutama ketika pemberitaan mengenai gaya busana, termasuk topi, dalam pernikahan kerajaan Pangeran William dan Kate Middleton tersiar ke berbagai penjuru dunia. Namun apakah topi bisa menjadi pilihan aksesori di Indonesia?
Perancang ternama penerima Young Creative Entrepreneur (YCE) Fashion Award British Council, Oscar Lawalata dari Indonesia dan Justin Smith dari Inggris menilai topi bisa menjadi budaya berpenampilan, tak hanya di Inggris.
Kedua perancang yang sama-sama menyukai kerajinan tangan ini pun menampilkan inspirasi menyegarkan untuk berpenampilan etnik dengan topi. Di fashion show bertema The Culture Incarnation di Jakarta Fashion Week 2012, gaya etnik semakin kental ketika busana etnik kontemporer rancangan Oscar dipadukan dengan topi anyaman dan tenun buatan Justin.
Menurut Oscar, sebenarnya orang Indonesia terbiasa memakai aksesori di rambut. Seperti tusuk konde atau aksesori lainnya. Jadi bukan tak mungkin topi juga menjadi pilihan aksesori bagi orang Indonesia.
Hanya saja Indonesia belum memiliki banyak pilihan topi. Oscar pun melihat peluang besar bagi desainer yang berkonsentrasi merancang topi di Indonesia untuk pemakaian sehari-hari. "Kesempatannya bagus," kata Oscar. Meski saat ditanya apakah Oscar tertarik mencoba merancang topi, ia mengembalikannya pada sang ahli, teman yang dikenalnya satu tahun belakangan Justin Smith, perancang topi dari Inggris.
"Saya masih melihat seperti apa respons Indonesia setelah fashion show. Saya belum tahu pasarnya seperti apa, namun saya juga ingin tahu. Saat ini saya masih bereksperimen di Indonesia untuk aksesori topi," akunya menjawab tantangan dari Oscar, saat wawancara khusus dengan beberapa media nasional di Jakarta, Senin (14/11/2011) lalu.
Oscar dan Justin sepakat, topi bisa dikenakan kapan saja, dan dipadupadankan dengan busana apa pun, bahkan kebaya atau busana etnik kontemporer seperti yang ditampilkan Oscar di panggung JFW 2012.
Keduanya pun mengakui, aksesori topi belum menjadi pilihan banyak orang. Targetnya sangat spesifik, karena tidak semua orang suka atau percaya diri mengenakan topi sebagai bagian dari penampilan sehari-hari.
Justin menjelaskan, topi ready-to-wear rancangannya dibuat dengan mengandalkan teknik. Pengalaman yang didapatkannya di Indonesia selama total tiga bulan, termasuk perjalanan ke Kalimantan Barat dan Yogyakarta, untuk mempersiapkan kolaborasi fashion bersama Oscar memberikannya inspirasi. Mantan penata rambut gaya avant-garde yang mengeyam pendidikan perancang topi di London's Royal College of Art ini antusias dengan teknik anyaman dari Indonesia.
Teknik anyaman inilah yang kemudian ditafsirkan secara modern melalui rancangan topi yang dipadupadankan dengan busana etnik buatan Oscar. Selain anyaman, tenun Nusa Tenggara Timur juga ditampilkan berbeda dalam rancangan topi etnik oleh pemilik label J Smith Esquire ini.
Menurut Justin, yang juga diamini Oscar, topi merupakan aksesori untuk perempuan yang memahami dirinya dan percaya diri serta ingin tampil dengan gaya personal. Siapa pun bisa memilih topi sebagai pilihan aksesori. Termasuk memadu-padankan topi dengan aksesori lain seperti kalung, anting, gelang atau lainnya, asalkan memperhatikan unsur keseimbangan dalam berpenampilan dan menyesuaikan dengan kepribadian.
"Tak apa memakai topi, dengan juga memakai aksesori lain, asalkan tahu bagaimana menciptakan keseimbangan dalam berpenampilan dan sesuai kepribadian," jelas Oscar diamini Justin.
No comments :
Post a Comment