KOMPAS.com - Kasus kekerasan terhadap perempuan baik secara fisik, maupun psikologis di Indonesia ternyata masih cukup tinggi. Dari kekerasan yang terjadi dalam rumah tangga, sampai kekerasan yang dialami para TKW di luar negeri. Kasus yang dialami para perempuan ini sebenarnya mengundang simpati dari banyak pihak, namun sayang baru sebatas pernyataan simpati, tanpa diikuti dengan tindakan.
Aktivis-aktivis perempuan pun banyak bermunculan untuk menuntut persamaan hak dan keadilan, misalnya dengan melakukan demo. "Menurut saya, itu bukan cara yang paling tepat untuk mendapatkan persamaan hak untuk perempuan," ungkap Melanie Subono kepada Kompas Female, saat peluncuran buku ketiganya, Cerita Segelas Kopi, di Toko Buku Gramedia, Grand Indonesia, Jakarta, Senin (5/12/2011) lalu.
Bagi Mel, begitu ia biasa disapa, banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi berbagai permasalahan perempuan, salah satunya melalui musik, menulis blog, sampai edukasi. "Namun yang paling penting untuk mengatasi hal ini adalah adanya penghargaan terhadap diri perempuan itu sendiri," ungkap perempuan yang sejak tahun 2009 menjadi duta Sahabat Peduli Perempuan dari Komnas Perempuan.
Menurutnya, sampai saat ini kekerasan terhadap perempuan masih sering terjadi karena perempuan pada dasarnya masih kurang menghargai dirinya sendiri. Banyak perempuan Indonesia yang belum mau berjuang untuk mempertahankan dan mendapatkan keadilan untuk dirinya sendiri, sehingga masih bergantung pada orang lain untuk memperjuangkan nasib mereka.
"Salah seorang teman saya seorang yang aktivis perempuan yang selalu berjuang untuk menentang poligami, dan ia ada di barisan depan ketika berdemo. Namun ternyata ketika suaminya akhirnya berpoligami, dia hanya bisa pasrah dan nrimo saja karena takut tidak ada yang menjamin hidupnya lagi jika bercerai. Ini membuktikan bahwa perempuan masih kurang menghargai dirinya sendiri," tukasnya.
Kurangnya penghargaan perempuan terhadap diri sendiri berdampak pada sikap menerima setiap perlakuan buruk yang diterima. Bentuk perlakuan yang kurang menghargai diri juga terlihat dari kurangnya kemampuan para perempuan menerima kondisi fisik atau kehidupan mereka. Misalnya, melakukan operasi plastik untuk mengubah bentuk wajah, sampai memutihkan kulit.
"Satu yang saya ingin tegaskan pada semua perempuan, bahwa kalian semua cantik apa adanya kalian, jadi nggak perlu melakukan itu semua," tegasnya.
Namun, bukankah semua perempuan berhak untuk tampil cantik dan merawat diri? "Itu benar, namun ada batas-batas dimana para perempuan ini sudah kelewat batas untuk mencoba mengubah dan mengingkari jati diri mereka sebenarnya untuk menutupi berbagai kekurangan fisik mereka. Kulit Indonesia ciri khasnya berwarna coklat, walau pakai pemutih apapun juga akan tetap coklat. Jadi tidak usah ngoyo untuk jadi putih," tambahnya.
Penerimaan terhadap semua kondisi yang dialami, dan penghargaan atas diri sendiri, menurut Mel bisa mengurangi berbagai bentuk kekerasan terhadap perempuan. Sebab perempuan sudah berani bersuara, dan berani melawan jika mengalami kekerasan untuk membela diri, dan kemudian menuntut keadilan.
"Kalau kita ingin dihargai orang lain, maka kita seharusnya menghargai diri sendiri dulu. Lelaki atau perempuan berhak punya mimpi yang sama," tukasnya.
No comments :
Post a Comment