KOMPAS.com - Perempuan dan laki-laki berhak punya ambisi atas karier dan pekerjaannya, sekaligus menjalankan peran sebagai ayah dan ibu di rumah. Namun, menyeimbangkan karier dan keluarga, masih saja menjadi dilema kebanyakan ibu bekerja.
Ibu bekerja masih harus membagi perhatiannya lebih ekstra untuk urusan domestik, termasuk pengasuhan anak. Hal ini terjadi karena perempuan itu sendiri yang kadang merasa bersalah meninggalkan "peran ibu" yang sebenarnya bisa dilakukan bersama pasangan. Selain juga karena faktor di luar dirinya, termasuk budaya yang masih membebankan perempuan dengan peran domestik sebagai kewajiban.
Meski masih menjalani dilema, perempuan nyatanya mampu menjalani segalanya. Riset "High Heeled Warriors" yang dirilis Universal Networks International menyebutkan, perempuan modern di perkotaan berorientasi karier dengan juga menganggap penting keluarga.
Perempuan urban modern merasa perlu bertanggungjawab atas dirinya dengan tetap mengejar karier, dan bertanggungjawab atas keluarganya dengan menjalankan peran tradisional sebagai ibu, istri, dan bahkan anak perempuan.
Riset di Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Filipina ini menunjukkan, perempuan bekerja di perkotaan mampu menyeimbangkan kehidupan personal, keluarga, dan kariernya. Justru keluarga menjadi motivasinya untuk meningkatkan kualitas hidup, melalui pekerjaan dan kariernya.
Pengalaman dua perempuan pengusaha di Jakarta dan Makassar bisa menjadi inspirasinya. Bekerja sebagai pemimpin perusahaan, kedua ibu bekerja ini menyeimbangkan karier dan keluarga, dengan berbagi peran dan menjadikan pasangan sebagai penyeimbang.
Seimbang bersama pasangan
Imelda Jusuf Kalla (40), Direktur Finansial dan Administrasi PT Hadji Kalla di Makassar mengaku masih mencari cara untuk seimbang antara karier dan keluarga. Waktu yang banyak dihabiskannya di kantor, membuatnya merasa hubungan dengan keluarga, dari segi kuantitas terasa berkurang.
"Saya masih mengejar kuantitas dan menuju kualitas dari segi waktu kebersamaan dengan anak-anak dan keluarga," aku Imelda kepada Kompas Female di sela Konferensi SDM Nasional Indonesia di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Diakui Imelda, meski jarak dari rumah ke kantor tak jauh, hanya lima menit berkendara. Serta kondisi yang berbeda, tinggal di Makassar berbeda dengan Jakarta, hampir tak ada macet, semestinya memberikan waktu lebih baginya untuk keluarga. Namun, posisinya sebagai pimpinan dalam perusahaan, dan orientasinya terhadap karier dan hasil pekerjaan, membuatnya harus mengorbankan waktu bersama anak dan keluarga.
Untuk menyeimbangkan kehidupan karier, personal, dan keluarga, Imelda mengaku berbagi peran dengan suami menjadi penting. Selain juga manajemen waktu yang baik dan konsisten. Imelda dan keluarga berkomitmen untuk menjadikan Sabtu dan Minggu sebagai hari bersama keluarga. Soal peran pengasuhan anak, Imelda dan suami tak sungkan berbagi peran.
"Bagi peran tidak harus diungkapkan secara langsung tetapi dengan kesadaran pribadi. Lakukan apa yang kita bisa dan berinisiatif. Komunikasi dengan pasangan juga penting dalam mengasuh anak," kata Imelda yang mengaku belajar menjadi orangtua harmonis seperti ayah ibunya, mantan Wakil Presiden RI Jusuf Kalla dan Mufidah Jusuf Kalla.
Merie Mangawing (33) punya kisah lainnya. Presiden Direktur PT Expanindo Guna Ringgas Sejahtera yang bergerak di sektor MICE (Meeting, Incentive, Conference, Exhibition) mengaku tugas sebagai ibu tiga anak dan pemimpin perusahaan bisa dijalankan dengan adanya keharmonisan dan keteraturan dalam rumah tangga.
Bagi Merie, keharmonisan hubungan dengan pasangan dan seluruh anggota keluarga membantunya untuk fokus menjalani karier dan memimpin perusahaan. Pekerjaan di rumah didelegasikannya kepada dua pekerja rumah tangga dan satu pengasuh anak.
"Tak apa membayar lebih namun mereka bisa menjalankan tugas dengan baik. Memasak makanan yang sehat untuk anak-anak, melakukan pekerjaan rumah tanpa dibebankan pekerjaan lain, dan fokus mengasuh anak saat saya tidak di rumah tanpa dibebankan pekerjaan memasak atau membersihkan rumah misalnya. Pembagian kerja ini penting dan lebih adil untuk mereka," kata Merie.
Meski tugas rumah tangga dibagi porsinya, bukan berarti ia lepas tangan. Pengaturan menu mingguan masih menjadi tugas dan tanggungjawab yang dipilihnya sendiri, tanpa beban. Keteraturan di rumah membuatnya fokus mengembangkan bisnis yang dirintis bersama suami.
Keinginan kuatnya untuk membangun bisnis bersama pasangan, tak lain adalah juga untuk meningkatkan kualitas hidup keluarga, terutama anak-anak. Kerja kerasnya membangun bisnis dan karier beroerientasi kepada keluarga.
Meski akhirnya tak sempat memanjakan diri sendiri, Merie mengaku, keharmonisan dan keteraturan di rumah membuatnya lebih nyaman bekerja. Selain juga peran pasangan yang menjadi penyeimbang. Saling berbagi peran, mendukung, dan menguatkan serta memberi kesempatan yang sama untuk maju dan berkembang.
Keseimbangan menjadi penting bagi perempuan, untuk bisa merasa aman dan nyaman, dalam menjalankan karier dan pekerjaannya, di segala bidang. Setiap perempuan, ibu bekerja, mampu meraih keseimbangan ini dalam kehidupannya dengan motivasi tinggi dan sikap positif dari dalam diri, serta bermitra dengan pasangan.
No comments :
Post a Comment