KOMPAS.com - Awalnya Adrina Effendi berprofesi sebagai seorang desainer artistik yang pernah bekerja di berbagai perusahaan periklanan. Salah satu tugasnya adalah mendesain berbagai media iklan dan produk. Sejak dulu wanita yang akrab disapa Rina ini sudah senang mendesain. Oleh karenanya, waktu kuliah ia mengambil jurusan Ilmu Desain Komunikasi Visual di Universitas Trisakti, Jakarta.
Sebenarnya minat utama Rina adalah merancang produk fashion. Sewaktu lulus dari bangku SMU, ia berkeinginan mengambil sekolah desain busana. "Namun sayang, orangtua saya melarang. Alasan mereka, bidang desain busana saat itu belum memiliki tingkatan sarjana," ujar Rina mengawali cerita.
Ketertarikan Rina dalam merancang pakaian ternyata dipengaruhi sang nenek yang memang pandai mendesain dan menjahit pakaian. Setiap neneknya membuat pakaian, Rina selalu memperhatikan dan banyak bertanya. Saat sekolah dasar dulu, Rina juga sering membuat baju untuk boneka-boneka koleksinya. "Makanya saya ingin masuk sekolah desain busana. Tapi karena tidak bisa, saya memilih jurusan desain komunikasi visual. Masih berhubunganlah," terang Rina.
Lima tahun silam Rina memutuskan menetap di Bandung. la mengikuti sang suami, Andrian Mali, yang berwirausaha di sana. Karena pindah, otomatis Rina berhenti dari pekerjaannya di perusahaan periklanan tersebut.
Di Bandung Rina sempat mencoba untuk berwirausaha juga. Dengan keahlian mendesain yang dimilikinya, ia menjual kaus untuk suvenir, kaus handmade, dan menjadi penyuplai handuk. Dari usaha yang pernah dijalaninya itu, ia mendapat pesanan baju seragam, baik untuk seragam sekolah maupun perusahaan.
"Mungkin awalnya pesanan ini terlihat sepele. Tapi dengan hal-hal seperti ini, saya terlatih menjadi orang yang siap menangkap peluang," ujarnya.
Meski usahanya berjalan lancar, Rina belum cukup puas. Ia masih memiliki cita-cita yang ingin sekali diwujudkan, yaitu bisa menjual apa yang diciptakan sendiri sambil menerapkan ilmu yang pernah dipelajari. "Saga ingin menciptakan brand atau merek pribadi yang bisa dijual dan digunakan banyak orang," ujar wanita yang juga mengambil gelar Master Business Administration (MBA) di Swinsburne University Melbourne Australia ini.
Peluang datang ketika adik Rina, yang juga pemilik usaha aksesori fashion anak, mengajaknya mengikuti pameran kerajinan berskala nasional April 2010 lalu. Ajakan itu semakin mendorongnya untuk menciptakan produk sendiri. "Akhirnya tercetus ide untuk membuat pakaian anak dan ibu dengan desain dan motif serasi atau matching," ujar perempuan kelahiran Jakarta, 19 Maret tersebut.
Ingin kompak dengan anak
Salah satu faktor yang melatarbelakangi munculnya ide untuk menciptakan baju serasi antara anak dan ibu adalah pengalaman pribadi Rina sebagai ibu dua orang anak. Setiap ada acara keluarga atau acara-acara khusus, Rina selalu ingin berpakaian serasi dengan kedua putrinya, Nicole (4) dan Nayara (2), agar terlihat kompak. Namun sayang, masih jarang yang menjual pakaian dengan konsep family matching ini. "Saya jadi terpaksa menjahit sendiri," terangnya.
Rina memulai usaha ini dari pameran. Ketika itu ia masih mengusung merek Apple Juice dan menciptakan 10 pasang model pakaian kembar. Ternyata hasilnya sangat memuaskan. Kreasinya langsung habis terjual. Ini membuat Rina semakin semangat mewujudkan cita-citanya membuat label sendiri. Akhirnya pertengahan tahun 2010, ia memutuskan untuk mematenkan mereknya. Tapi ia tidak menggunakan nama Apple Juice, melainkan nama anak keduanya, Nayara.
"Saya juga terinspirasi dengan perkataan motivator Mario Teguh. Beliau pernah berkata, 'Jika ingin menjadi sesuatu, pantaskanlah dirimu untuk sesuatu itu.' Oleh karenanya, jika punya label, saya harus memantaskan diri menjadi seorang businesswoman dan desainer yang brilian," ujar Rina dengan penuh semangat.
Untuk memantapkan usahanya, Rina membuka sebuah toko di pertokoan ITC Mal Ambassador, Kuningan, Jakarta Selatan. Kegiatan produksi dilaksanakan di workshop milik Rina di Jalan Pasir Wangi Raya Kavling 10, Bandung, Jawa Barat. Rina dibantu empat penjahit, tukang pola, dan tukang potong bahan. Semua desain pakaian dikenakan sendiri oleh Rina.
Rina juga sangat bersyukur karena mendapat dukungan dari kedua adiknya yang berprofesi sebagai seorang buyer perusahaan produk fashion ternama, dan seorang dokter kecantikan. Kedua adik Rina inilah yang kini mengatur manajemen usahanya. Rina pun semakin mantap menjalani usaha pakaian dengan konsep yang disebutnya mom and kids matching outfits.
Dalam mendesain pakaian, Rina sangat memperhatikan kenyamanan si pemakai. Dari pemilihan bahan, ia sengaja memilih bahan katun karena tidak panas, sehingga sangat nyaman dikenakan anak-anak. Untuk desain baju sang ibu, Rina lebih memilih model yang sopan alias tidak berpotongan terbuka. Kebanyakan desainnya berbentuk dress dan rok agar terlihat lebih girly, namun tetap bisa digunakan sehari-hari.
Kini, usaha miliknya sudah berhasil meraup omzet puluhan juta per bulan. "Usaha yang saya lakukan sangat menyenangkan karena ini berawal dari kebiasaan. Siapa pun bisa melakukannya," tutupnya.
Nayara
ITC Kuningan Ambasador, Lantai 1 Blok B10 No 5
Jalan Prof. Dr. Satrio, Jakarta
Telepon: 021-57934494, 08161620209.
HP Adrina: 081229292180
Facebook: Nayarashop
Workshop: 022-5223890
(Ira Nursita)
Sumber: Majalah Sekar
No comments :
Post a Comment