KOMPAS.com - Riset terkini terhadap perempuan Asia, yang direpresentasikan sebagai "High Heeled Warriors" (laskar berhak tinggi), menunjukkan bahwa perempuan modern di perkotaan mampu dan berani membuat keputusan atas dirinya. Mereka gigih mengejar mimpi, berorientasi pada karier dengan menyeimbangkan kehidupan pribadi, pekerjaan, karier, keluarga, atas kemauan dan kesadaran penuh atas dirinya.
Perempuan Asia, terutama di Indonesia, memilih untuk menjalankan segala hal, dan merasa mampu menghadapi berbagai tantangannya. Riset yang diadakan oleh Universal Networks Entertainment terhadap perempuan pemirsa televisi berbayar di perkotaan ini boleh jadi juga dialami oleh Anda sendiri.
Kompas Female berbincang dengan dua perempuan yang sukses menjalani berbagai tantangan tersebut, dengan memilih menjadi ibu bekerja. Keinginan kuat, kepercayaan diri, kompetensi, dan profesionalitas, ada dalam diri mereka. Satu hal yang membuat mereka sukses menjadi ibu bekerja adalah keahlian manajemen.
Kemampuan mengatur berbagai hal, terutama waktu, justru mereka dapatkan dengan memilih menjadi ibu, perempuan bekerja, istri, dan berbagai peran sosial yang melekat dalam dirinya, sebagai perempuan urban di Indonesia.
Mengasah kemampuan manajemen
Nani Koespriani (56), Sekretaris Jenderal Perhimpunan Manajemen Sumber Daya Manusia (PMSM) yang kini berprofesi sebagai Komisaris PT Agung Automall mengatakan, kemampuan manajemen, terutama dalam hal waktu, terasah saat merintis karier.
Ibu satu anak ini berhasil meraih posisi kepala divisi sejak usia 29. Kariernya terus meningkat dengan kepercayaan untuk menjadi menempati posisi penting, mulai level direktur hingga kini sebagai komisaris, di berbagai perusahaan besar dan ternama di Jakarta.
"Ibu bekerja perlu kreatif. Tantangannya memang kurangnya waktu bersama keluarga, apalagi jika suami istri bekerja. Namun dengan manajemen waktu yang baik dan kreativitas, tantangan ini bisa dihadapi," akunya.
Waktu selalu menjadi tantangan bagi ibu bekerja, begitupun bagi Nani. Namun kebersamaan keluarga tetap bisa didapatkannya. Saat anak libur sekolah, dan orangtua bekerja tak bisa cuti, kebersamaan tetap bisa diciptakan dengan membawa anak ke kantor, misalnya. Kreativitas kembali dibutuhkan, untuk menciptakan suasana kerja yang nyaman meski ada anak di kantor.
"Saya beli krayon, siapkan kertas yang banyak, anak saya bebas menggambar di meja di belakang meja kerja saya. Saya sibuk bekerja, anak juga tenang dengan kesibukannya," kata Nani.
Manajemen waktu juga penting, dan ibu bekerja harus menguasainya dengan baik. Nani merencanakan cuti sejak awal tahun. Waktu cuti inilah yang dimanfaatkannya secara berkualitas bersama keluarga. Perencanaan jangka panjang untuk cuti dan liburan bersama keluarga menjadi cara yang dilakukannya untuk meningkatkan kualitas waktu bersama anak dan pasangan.
"Saya sudah merencanakan cuti sejak awal tahun. Termasuk memilih tempat liburan yang mendidik untuk anak," tutur Nani yang memilih tempat wisata untuk merangsang rasa ingin tahu anak dan menambah pengetahuannya.
Nani merencanakan berwisata sambil mengedukasi anak, bukan untuk mengenalkannya dengan budaya konsumtif. Misalnya, Nani mengajak anaknya ke Mesir dengan berbagai peninggalan kuno yang merangsang anak menggali pengetahuan tentangnya. Juga mengunjungi tempat bersejarah di berbagai kota di Indonesia. Dengan begitu anak bisa belajar sejarah langsung, bukan sekadar menghapalnya dari buku, lanjut Nani.
Merencanakan cuti dan liburan bukan satu-satunya cara mengasah keahlian manajemen. Hal sederhana yang seringkali dipikirkan ibu, juga merangsang diri sendiri untuk mengasah keahlian manajemen bagi ibu bekerja. Seperti merencanakan dan memilih mainan yang tepat untuk anak.
"Jika tujuannya untuk memberikan hiburan kepada anak dengan games, daripada membelikan nintendo, lebih baik saya belikan komputer untuk anak. Di komputer anak bisa sekaligus belajar bahasa Inggris sambil bermain," katanya.
Semua hal yang dipikirkan ibu, untuk keluarga, karier, dan berbagai hal yang dijalankan dalam keseharian, justru mengasah keahlian ibu bekerja dalam hal manajemen. Tak heran jika kemudian, keahlian yang terasah setiap hari ini, juga membuatnya berprestasi di dunia kerja.
Disiplin dan teratur
Manajemen waktu penting dimiliki ibu bekerja. Merie Mangawing (33), Presiden Direktur PT Expanindo Guna Ringgas Sejahtera yang bergerak di sektor MICE (Meeting, Incentive, Conference, Exhibition) membuktikannya.
Keteraturan dalam rumah tangga diakui Merie turut berkontribusi terhadap kesuksesannya mengembangkan bisnis jasa bersama suaminya.
Merie mengaku tak menjalani peran dalam rumah tangga dengan beban. Justru, keinginan kuatnya untuk mewujudkan kesejahteraan dalam keluarga, memotivasinya untuk menjalani berbagai hal dengan teratur dan disiplin.
Pekerjaan rumah tangga, meski didelegasikan kepada pekerja rumah tangga, tetap saja ada sentuhan langsung dalam hal pengaturan darinya. Soal pengasuhan, Merie dan pasangannya konsisten menjalani aturan dalam keluarga.
"Senin sampai Jumat adalah waktu bekerja. Namun Sabtu, ada waktu khusus untuk saya dan suami, meski hanya dua jam untuk menonton di bioskop misalnya. Waktu berduaan ini penting untuk menjaga chemistry dalam hubungan. Sedangkan Minggu adalah waktunya bersama anak-anak. Mulai pukul 16.00, anak-anak dan seluruh anggota keluarga harus ada di rumah, tak boleh keluar rumah," jelas ibu tiga anak ini.
Perencanaan waktu untuk keluarga ini penting, tak sekadar untuk mengajarkan disiplin kepada anak, namun juga untuk menciptakan keteraturan di rumah tangga. Pembagian kerja dan peran dengan pasangan juga tak kalah penting.
Merie dan suaminya kerapkali harus meninggalkan anak-anak untuk keperluan pekerjaan di luar kota. Beruntung, mengelola bisnis sendiri membuat keduanya lebih leluasa mengatur waktu. Ia dan suaminya bergantian mengasuh anak, saat salah satu harus bekerja di luar kota.
Setiap ibu bekerja semestinya juga memiliki kemampuan baik dalam manajemen. Berbagai peran yang dipilih perempuan atas kemauannya sendiri justru bisa mengasahnya menjadi pribadi yang dapat diandalkan. Pantang menyerah menghadapi setiap tantangan menjadi ibu bekerja.
No comments :
Post a Comment