KOMPAS.com - Pria asal Banjarmasin, Ronny Noor, tahan hingga lebih empat jam menari salsa. Jika sedang ingin bersalsa ria, ia biasa menyediakan lebih dari dua baju ganti. Energi besar yang dibutuhkan kala menari sanggup membuat tubuh mandi keringat.
"Saya menari hingga swing (melayang) di udara. Sampai malas turun dari lantai dansa, apalagi jika bertemu pasangan yang menari salsanya asyik," kata Ronny yang berkenalan dengan salsa sejak tujuh tahun lalu itu.
Di Hacienda Mexican Bar and Grill, Ronny bertemu dengan sesama pencinta salsa. Mereka biasa berkumpul setiap Rabu malam demi menari salsa. Di antara kursi-kursi pengunjung, mereka bergantian turun menari berpasangan.
Seperti pada Rabu (28/12), rekan Ronny, Tri Setiyono, mengulurkan tangan ke beberapa pengunjung bar lalu mengajak menari salsa dengan iringan lagu berbahasa Spanyol berjudul "Me Mantengo" yang dibawakan penyanyi Los Van Van.
"Ay! Ay! Ay! Ahora es mejor ni hablar! … Por eso ahora con este Songo a todo el mundo quiero expresar… Que si se puede bailar de todo sin ser tan burdo ni chabacan (Sekarang lebih baik tidak bicara. Dengan lagu, aku ingin mengungkapkan diriku pada dunia. Lalu kita menari tanpa suara)."
Pasangan penari salsa akan menari dengan saling terus mempertahankan kontak mata pada pasangan. Tangan kiri penari pria memegang tangan kanan pasangannya, sementara tangan kanannya ditempatkan di pinggang perempuan penari. Gerakan tangan ini akan berubah berpadu dengan gerakan pinggul dan langkah-langkah kaki yang energik.
Sejak pertengahan Agustus tahun lalu, Setiyono mulai menjadi pelatih tari salsa di Lets Salsa Indonesia yang didirikannya bersama Ronny. "Kami ingin melepas stigma bahwa salsa hanya milik kalangan menengah ke atas. Di Eropa, tari salsa sangat digemari. Komunitas pencinta salsa Jakarta makin tumbuh," kata Setiyono.
Agar makin percaya diri menari, pencinta tari salsa memang harus belajar tari di pusat-pusat pelatihan tari. Selain Lets Salsa Indonesia, kursus tari salsa juga dibuka oleh sekolah tari seperti Genecela Dance Centre. Genecela Dance Centre menerima murid tari salsa dari usia 11 tahun.
Pada ruangan berdinding kaca, pelatih tari salsa di Genecela Dance Centre Juddy Rustandy dengan sabar membantu murid-muridnya belajar langkah-langkah tari salsa. Ia mengajari sideway basic atau gerakan dasar salsa yang paling sederhana. Gerakan ini berupa langkah menyamping ke kanan dan ke kiri yang biasa disebut juga langkah side drop.
Salsa termasuk tarian latin yang mengandalkan permainan pinggang dan kaki. "Salsa menyenangkan dan bisa sekaligus menjadi sarana refreshing," kata Juddy yang sudah dua tahun menjadi pelatih tari salsa.
Atika (24) memilih belajar tari salsa karena efektif mengubah tubuhnya menjadi lebih seksi. "Baru satu bulan berlatih salsa, tubuh sehat, lebih ringan, dan serasa makin cantik," kata ibu satu anak ini.
Keanggunan tarian salsa makin kental terasa karena perempuan penari wajib menggunakan sepatu hak tinggi. Tubuh penari harus selalu pada posisi tegak agar goyangan pinggul bisa makin terlihat indah. Lemak di tubuh pun lantas terbakar oleh gerakan dinamis itu.
Karena baru masuk kelas pemula, Atika baru menguasai delapan step tari salsa. Selain salsa, Tika juga menguasai line dance yang juga merupakan tarian latin. Berbeda dengan line dance yang cenderung egois, tari salsa membutuhkan kerja sama karena harus ditarikan secara berpasangan.
Untuk mempererat keakraban antarkaryawan, pemilik PT Batara Suryasemesta yang bergerak di bidang building material, Sofia Meilani, juga sengaja mendatangkan pelatih salsa dari Lets Salsa Indonesia bagi karyawannya. Lebih dari 70 karyawan diajak berlatih salsa selama dua bulan, kemudian mempraktikkan salsa di acara perusahaan.
Dengan hanya sepuluh kali latihan, karyawan Batara sudah berani tampil menari salsa. Salah satu karyawan, Nelly (28), mengaku mulai jatuh cinta pada salsa meski awalnya sempat merasa enggan belajar. "Salsa bisa membangun kebersamaan antarkaryawan sebagai social dancing," tambah Sofia.
Murid dari Lets Salsa Indonesia, Chieko Kato, yang sudah delapan tahun belajar salsa, mengaku berolahraga dengan menari salsa. Ketika pindah ke Indonesia, perempuan asal Jepang ini pun segera bergabung dengan komunitas salsa di Jakarta.
Lain lagi cerita Rikas yang ketagihan tari salsa meskipun baru dua bulan belajar. Awalnya, dia hanya berusaha mengimbangi pacarnya yang sudah piawai menari salsa. "Cowok harus jago karena harus jadi leader. Ketika menari salsa, cowok akan terlihat cowok banget," kata peraih gelar L-Men of the Year 2010 ini.
Rikas sempat menyesal tidak belajar salsa sejak awal. Ia pernah pergi ke Republik Dominika dan tidak bisa bergabung ketika rekan-rekannya di sana menari salsa. Setelah mulai bisa menari salsa, Rikas berharap bisa memanfaatkan tari salsa untuk berkomunikasi jika suatu saat kembali pergi ke tempat-tempat di mana salsa menjadi perekat hubungan sosial.
Dengan bergabung dalam komunitas salsa, para pencinta tari salsa ini bisa puas menari. Tak hanya tubuh yang sehat, hati pun makin senang.
(Mawar Kusuma)
Sumber: Kompas Cetak
No comments :
Post a Comment